Bab XII. Sebuah Alasan

2.9K 443 42
                                    

Gadis itu menatap lelaki di hadapannya dengan malas sebelum akhirnya membuka kotak obat di pangkuannya, mengambil sebuah salep antiseptik dan kasa steril

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu menatap lelaki di hadapannya dengan malas sebelum akhirnya membuka kotak obat di pangkuannya, mengambil sebuah salep antiseptik dan kasa steril. Ia menangkup wajah lelaki di hadapannya tersebut, memperhatikan dengan saksama luka di sudut bibir dan memar pada rahang serta pelipis yang tampak memprihatinkan.

“Ini udah dikompres pake es batu?” tanya Athania seraya menyentuh memar di rahang Bara.

Bara menggeleng cepat. “Belum.”

Gadis itu kembali menyeleksi satu persatu wajah Bara, mencari memar yang mungkin tak dilihatnya. “Memarnya cuma ada di rahang sama pelipis? Nggak ada yang lain lagi?” tanyanya pada Bara.

Lelaki itu mengulum bibirnya tipis, melirik ke bawah. “Ada, di perut,” sahutnya santai.

Athania melirik ke arah perut Bara sepersekian detik, sebelum kemudian mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia menghela napas panjang. Beranjak ke arah meja untuk mengambil ice bag compress, lantas meraih ponsel yang tergeletak di ranjang UKS untuk menghubungi Renjana. Saat ini sedang jam istirahat, jadi gadis itu yakin bahwa Renjana sedang berada di kantin. Atau paling tidak, berada di lapangan basket.

Setelah menghubungi Renjana dan memintanya untuk membawakan es batu, lalu lelaki tersebut mengiyakan, Athania kembali mendudukkan dirinya di ranjang UKS. Ia menatap Bara yang juga duduk di hadapannya. Selagi menunggu Renjana, Athania berinisiatif untuk mengobati luka di sudut bibir Bara terlebih dahulu.

Athania membuka tutup salep antiseptik yang ia genggam. Gadis itu mengoleskan salep dengan gerakan pelan pada sudut bibir Bara.

“Kenapa nggak diobati di rumah sih?” gerutu Athania seraya fokus pada kegiatannya.

“Sengaja, biar lo aja yang ngobatin.” Bara tergelak susah payah, sementara Athania mendengus kemudian mencibir jengkel.

“Kemarin lo kenapa berantem? Gue denger dari Renjana katanya anak Gardaria kepancing sama lo," tutur Athania hati-hati. Ia melirik Bara yang sekarang sudah mengubah raut wajahnya menjadi serius.

"Tumben kepo,” balas Bara sekenanya. Lelaki itu membuang wajah ke arah lain, tampak menghindari tatapan Athania yang menyelidik.

"Lo udah janji kemarin untuk ngebahas perihal ini,” tekan Athania.

"Gue nggak ada bilang janji,” sanggah Bara. Kini balik menatap Athania lekat.

Gadis itu menghela napas kasar. Athania menekan usapannya pada sudut bibir Bara dengan kuat, membuat lelaki itu melotot kesal.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang