Bulan lalu, hanya cukup satu kata yang keluar dari bibir Riana, maka Athania sudah dapat menyimpulkan bahwa ibunya tak akan pulang lagi ke Indonesia. Kemungkinan dalam kurun waktu yang lama. Dissapointed but not surprised. Lagipula, Athania tidak pernah berekspektasi lebih terhadap orang-orang di sekitarnya. Sebuah ekspektasi hanya akan membuat semuanya terasa sulit. Maka entah sejak kapan, Athania mulai memutuskan untuk tak berekspektasi terhadap apapun itu. Meskipun ia sedang merasa ingin sekalipun. Meskipun ia punya setitik harapan jauh di dalam hatinya, gadis itu memilih untuk menguburnya jauh-jauh. Ia tak ingin sakit hati akan hal yang seharusnya bisa ia hindari.
Athania putuskan untuk tak berekspektasi bahwa pada hari ulang tahunnya, Riana akan menelpon dan setidaknya memberi ucapan selamat ulang tahun dan mengatakan bahwa ia mencintai putrinya tersebut. Ia memutuskan tak berekspektasi bahwa Arjanya akan setidaknya mengerti bahwa Athania hanyalah seorang putrinya yang butuh kasih sayang, bukan tuntutan ataupun kalimat pujian. Memutuskan untuk tak berekspektasi mempunyai keluarga harmonis seperti kebanyakan orang-orang di luar sana.
Berulang kali Athania meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Bahwa dirinya sudah seharusnya bahagia akan apa yang ada dalam hidupnya. Berulang kali Athania berusaha meyakinkan orang-orang di luar sana bahwa dirinya adalah sosok yang sempurna. Namun pada kenyataannya, Athania tak mampu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia baik-baik saja. Bahwa ia adalah sosok yang sempurna. Pada kenyataannya, Athania tak lebih dari sosok menyedihkan yang kekurangan kasih sayang. Sosok menyedihkan yang dulunya tak punya satu orangpun dalam hidupnya untuk bersandar dan bercerita.
Deep down, she was just a lonely girl. Athania tidak tahu bagaimana cara menghadapi dunia, saat ia bahkan tak punya siapa-siapa. Saat ia duduk di bangku sekolah dasar dan diberi pertanyaan : Siapa superhero dalam hidup kamu? Siapa sosok yang paling kamu sayangi di dunia ini? Maka, Athania hanya bisa termangu, melamun memikirkan apa yang harus ia jawab. Mungkin hanya satu jawaban yang ia punya, dirinya. Sosok superhero dalam hidup Athania adalah dirinya. Sosok yang paling ia sayangi di dunia ini adalah dirinya. Sebab ia tak punya siapa-siapa. Hanya dirinya. Pada akhirnya, hanya dirinya yang ia punya.
Setelah Bara pergi, cukup banyak perubahan yang terjadi dalam hidup Athania. Namun gadis itu mulai menata semuanya kembali, menata kehidupannya agar berjalan dengan baik. Tapi sepertinya tak cukup sampai di situ, karena Athania hampir kebingungan dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Banyak hal mengejutkan terjadi padanya. Seperti misalnya, sosok Widadiningsih yang kerap kali mengajaknya untuk makan malam lalu menceritakan kisah-kisah masa kecil Bara. Lalu kerap mengajaknya untuk bermain ke rumah dan mengajarkan cara memasak sekaligus mengasuh Denila, anak dari kakak perempuan Bara. Sejujurnya, Athania senang diperlakukan dengan baik. Meskipun dirinya tak tahu apa penyebab seorang Widadiningsih tiba-tiba memperlakukannya dengan sangat baik, tapi setidaknya satu yang Athania paham. Widadiningsih membuatnya merasakan sosok seorang ibu yang selama ini ia cari-cari. Sosok seorang ibu yang tak pernah Riana berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...