Bab XVII. Bidak

2.6K 411 30
                                    

Rintik hujan membasahi bumi dengan guntur yang ikut-ikutan memecah keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik hujan membasahi bumi dengan guntur yang ikut-ikutan memecah keheningan. Gadis dengan hoodie berwarna hitamnya tersebut duduk di depan salah satu minimarket seraya memeluk kedua lututnya erat, bahunya bahkan bergetar karena menahan isakan tangisnya. Tampaknya, melepaskan memang selalu menjadi hal yang paling menyebalkan. Terlebih lagi, jika menyangkut hal-hal yang kita sukai.

Athania tak tahu sejak kapan ia sudah berada di sini. Niatnya, gadis itu hanya ingin berjalan-jalan sejenak karena rasanya sesak jika ia terus menerus berdiam diri di rumah, rasanya hanya akan membuat perasaan Athania campur aduk tak karuan. Dan tahu-tahu entah kenapa ia sudah berada di sini, menumpahkan seluruh rasa sedihnya di tempat umum, yang tentu saja merupakan hal memalukan.

Mungkin sekarang, Arjanya sedang marah besar dan memerintahkan Pak Ajun untuk mencari keberadaan Athania. Tapi, gadis itu tak peduli. Karena untuk sekarang ia hanya ingin sendirian.

Dan berselang beberapa menit kemudian, takdir tampaknya sedang bergurau dan ingin bermain-main sejenak. Sebab, sosok lelaki yang menenteng sebuah kantung plastik di tangannya tampak keluar dari minimarket tak berselang lama. Takdir seakan ingin membuat keduanya saling bersinggungan satu sama lain.

Bara yang baru saja keluar dari minimarket terdiam sejenak menatap perawakan seorang gadis yang tampak familier di matanya. "Athania?" Bara memanggil dengan pelan, lelaki itu melirik gadis yang sekarang sedang terduduk di depan minimarket.

"Tha," Bara memanggilnya lagi untuk kedua kalinya seraya menepuk pundak Athania dari belakang. Gadis itu kontan menoleh, dan Bara dibuat terkejut saat melihat sosok Athania dengan wajah kacaunya di tempat sekarang ia terduduk.

"Lo nangis?" Bara menaikkan nada pertanyaannya karena terlanjur kaget melihat gadis di hadapannya mengeluarkan air mata.

Athania membulatkan matanya, tampak terkejut setengah mati. Entah terkejut karena Bara tiba-tiba ada di sini atau terkejut karena Bara melihatnya menangis seperti sekarang. Atau mungkin, malah kedua-duanya?

"Hah?" Ia melongo sejenak, sebelum akhirnya tersadar dan menghapus air matanya dengan terburu-buru. Bara dapat melihat dengan jelas gadis itu meringis pelan. "Lo sejak kapan ada di sini?"

Bara berdecak pelan. Lelaki itu mendudukkan dirinya di samping Athania. "Nggak penting. Gue tanya, lo nangis? Kenapa? Ada masalah?"

Athania membuang wajahnya ke samping, tak ingin bersitatap dengan netra milik pemuda di sampingnya. Karena ia takut jikalau mata miliknya tak dapat berbohong, maka dengan sekali lihat Bara akan tahu apa yang sedang terjadi. Bara akan tahu bahwa Athania sedang memiliki masalah.

"Enggak, itu ... gue kalo lagi ngantuk atau nguap emang suka nangis." Yah, Athania tak sepenuhnya berbohong, jika sedang mengantuk dirinya memang seringkali menangis. Tapi sejujurnya, alasan miliknya sekarang terdengar sangat payah.

Bara menatap Athania dengan alis terangkat, sebelum akhirnya ia menghela napas samar. "Sendirian aja?" tanyanya seraya tersenyum singkat.

Aneh. Alih-alih kembali menanyakan sesuatu mengenai apa yang terjadi pada Athania, Bara malah mengalihkan topik pembicaraan.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang