Bab XXI. Sweet Things

2.3K 338 27
                                    

Athania menghentikan aktivitasnya yang tengah membaca buku, kini gadis itu menatap Kaili–yang terus-terusan mengganggu konsentrasinya dengan menempel tiada henti–dengan sorot jengkel, Athania berdecak pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athania menghentikan aktivitasnya yang tengah membaca buku, kini gadis itu menatap Kaili–yang terus-terusan mengganggu konsentrasinya dengan menempel tiada henti–dengan sorot jengkel, Athania berdecak pelan.

"Lo mau apaan?" sentak Athania seraya menutup buku di hadapannya. Berulang kali gadis itu jadi terganggu karena tatapan Kaili yang seperti serigala hendak menerkam seekor domba.

Kaili hanya cengengesan, memasang wajah memelas lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Athania. "Pinjem duit dong," tutur gadis itu begitu saja tanpa ragu.

Athania berdecak kagum, dalam artian, dibuat tidak percaya akan tingkah Kaili saat ini. "Dateng-dateng minjem duit. Lo dateng pas ada maunya aja, ya?" sindir Athania pedas, gadis itu bahkan melirik Kaili dengan tatapan sinisnya.

"Astaghfirullah. Nggak baik berburuk sangka." Kaili mengusap dadanya berulang kali dengan ekspresi wajah tersakiti.

Lelah akan drama yang diciptakan gadis di sampingnya itu, Athania lantas menghela napas panjang. "Bukan berburuk sangka, emang kenyataan. Mau minjem berapa lo?" balasnya cepat.

Athania perjelas, saat ini dirinya tidak sedang berbaik hati. Tapi, gadis itu hanya tidak ingin repot. Apalagi membuat keributan dengan Kaili yang punya tenaga mengomel tiada henti. Karena Athania mengenal Kaili sejak lama, gadis itu juga tau bagaimana sifat Kaili jika sedang dalam kanker. Bukan kanker penyakit, melainkan kantong kering.

"Lima juta doang. Pinjem bentar, minggu depan gue balikin kok. Kartu gue lagi disita bokap."

Athania menatap Kaili dengan skeptis. Lima juta? Jumlah yang sangat sedikit untuk seseorang seperti Kaili. "Yakin segitu? Mengingat sifat lo, gue genapin aja jadi sepuluh juta," putus gadis itu akhirnya.

"YANG BENER?! BOLEH NIH?! AAAA MAKASIH BANYAKK. SUMPAH YA LO BENER-BENER SAHABAT TERBAIK GUE, THA. HUHU NANGIS AJA GUE." Kaili memekik histeris, yang lantas membuat Athania menutup telinganya karena teriakan melengking gadis itu. Untung saja saat ini kelas sedang sepi, hanya ada beberapa siswa yang tengah belajar.

"Nggak usah pake teriak! Jangan lebay deh. Kaya abis gue kasih emas sebesar piramida aja," cibir Athania malas. Gadis itu meraih ponselnya di atas meja, berniat mentransfer uang di rekeningnya.

"Habisnya lo harapan terakhir gue. Regan sama Naka pada jahat banget, bukannya bantuin minjemin uang malah gue dimampus-mampusin sama tuh dua curut," Kaili mendadak curhat. Ia mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi sebal.

"Rekening lo tulis," sela Athania sembari menyerahkan ponsel di tangannya. Gadis itu bahkan tak sedikitpun berniat mendengar dan menanggapi curhatan Kaili. Tidak penting.

"Kartu lo disita kenapa?" tanyanya kemudian dengan penasaran.

Kaili menurunkan bahunya dengan lemas, tampak sebal sekaligus sedih. "Karena nilai quiz gue jelek banget. Udah nggak tertolong. Heran gue sama kalian-kalian yang pinter, makan apa sih? Padahal sama-sama makan nasi, sama-sama sering belajar. Tapi kok gue nggak pinter-pinter, ya? Stuck disitu mulu."

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang