Bab II. Kembali

6.1K 734 56
                                    

Gadis berwajah sedikit pucat dengan rambut hitam legam sepanjang bahu dan mengenakan coat berwarna navy tersebut seolah sibuk menolehkan kepalanya ke sana kemari, mencari seseorang seraya sesekali mengamati mobil-mobil bermerek di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis berwajah sedikit pucat dengan rambut hitam legam sepanjang bahu dan mengenakan coat berwarna navy tersebut seolah sibuk menolehkan kepalanya ke sana kemari, mencari seseorang seraya
sesekali mengamati mobil-mobil bermerek di sekitarnya. Gadis itu memiliki wajah oriental---tergolong cantik dan cukup manis meski sedikit di penuhi plester, memar di sekitar pipi, dan luka kecil di sudut bibirnya. Netra berwarna coklatnya menyorot tajam, menghunus tiap kilauan yang datang dan memikatnya.

Athania Binar Bratadikara, putri tunggal dari keluarga pemilik perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Hari ini adalah hari kepulangannya setelah mendiami salah satu kota terpadat di Washington selama kurun waktu kurang lebih dua tahun, Seattle---kota yang disebut-sebut sebagai kota hujan. Di belakangnya berdiri seorang lelaki dengan wajah yang sedikit lebih tua dan mengenakan pakaian serba hitam. Adrian, lelaki suruhan ayahnya yang selalu mengawasinya di Seattle.

Matanya berhenti melirik ke sana kemari saat tak sengaja melihat sesuatu. Di depan mobil BMW i8 berwarna putih, lelaki yang cukup tinggi dengan lengan yang dipenuhi tatto sedang bersandar sembari menghirup rokok di tangannya. Athania sedikit menghela napas berat, sebelum akhirnya berjalan pelan. Tak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk menghampirinya lalu merampas rokok tersebut dengan sembrono.

"Cigarettes isn't good for your health. Isn't it, Adio?" tanyanya tajam.

Lelaki tinggi dengan bahu lebar dan tubuh tegap serta keperawakan dewasa tersebut tidak terkejut, hanya sedikit mendengus lalu mengeluarkan lagi sebatang rokok dari saku celananya. "Sehat kalau cuma lo taruh di bibir dan nggak usah lo nyalain," tukasnya tanpa berniat mengalihkan pandangan ke arah Athania sama sekali.

"And that's impossible for you." Adio mengangguk menyetujui. Lelaki itu akhirnya melirik ke samping, sedikit mengernyit saat melihat sosok yang berdiri di sebelah Athania.

"Pacar lo? Tua banget," tunjuknya ke arah Adrian dengan senyum ambigu.

Athania kontan dibuat tergelak. "Jangan konyol. Since when i was interested in having a boyfriend?"

Adio menghirup rokoknya cukup lama, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya, tampak menyadari sesuatu. "Iya juga, lo nggak pernah tertarik sama cowok," balasnya dengan bibir yang sedikit terangkat ke atas.

Athania mengerutkan dahinya tak suka sebelum akhirnya melemparkan sling-bag miliknya tepat ke arah kepala Adio, membuat lelaki tersebut langsung melontarkan kata makian untuknya.

"Kalimat lo barusan membuat gue seolah nggak normal! And for your information, gue normal dan suka cowok tuh," ujarnya dengan berapi-api.

"Anjing," celetuk Adio sembari mengelus kepalanya berulang-ulang kali.

"Wahh, udah lama gue nggak denger lo mengumpat. You improve so well. Belajar dimana lo?" ledek Athania sembari terkekeh pelan, membuat Adio lantas mengacungkan jari tengahnya.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang