"Good morning," ucap Bara saat Athania membuka pintu suite room miliknya. Pemuda itu tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu dan menampilkan senyum kecil miliknya dengan tangan yang membawa seikat bunga lily putih serta papan catur. Bara kemudian menyerahkan bunga lily di tangannya ke arah Athania. "Buat kamu, jangan dibuang."
Sekarang masih pukul tujuh pagi, dan Bara sukses membuat Athania kehilangan kata-katanya. Athania terdiam beberapa detik, menatap bunga lily di tangan Bara serta menatap wajah pemuda itu secara bergantian, sebelum kemudian ia meraih bunga lily putih tersebut. Athania tertawa pelan. "Thank you. Nggak akan aku buang. Nanti aku simpen, kalau perlu aku laminating sekalian," balasnya cepat.
Gadis itu menghirup aroma bunga lily di tangannya, mendapati wangi yang begitu manis di indera penciuman, lantas kemudian kembali menoleh untuk menatap wajah pemuda di hadapannya. "Kamu beli bunganya kapan, Bar? Emang jam segini ada yang jual bunga?"
Bara mengulas senyum tipis lalu mengangguk sebagai balasan. "Aku nanya staff hotel tadi, jam segini toko bunga terdekat buka atau nggak, terus katanya buka, staff hotelnya juga ngasih tau alamat jalannya. Aku langsung keluar deh nyari tokonya. Ada kok, nggak jauh dari sini, toko bunganya cantik," papar pemuda itu.
Athania terdiam selama beberapa saat, sebelum kemudian sedikit menaikkan tubuhnya untuk mengecup sekilas pipi Bara secara tiba-tiba. "Untuk usaha yang luar biasanya, aku ucapkan terima kasih. Effort pacarku nggak main-main ya," tutur gadis itu. Kalimat yang sukses membuat pemuda tersebut terdiam kaku selama beberapa detik, sebelum akhirnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah Bara.
Bara menoleh pada Athania, mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu. "Yang tadi itu balasan untuk hadiah bunga lily nya?" tanya Bara dengan seringai geli, membuat Athania mengangguk cepat.
Mendapati anggukan dari gadis di hadapannya, Bara justru tertawa geli, semakin menyeringai lebar sekaligus tampak begitu senang. "Kalau gitu, tiap hari kamu akan aku bawain bunga lily warna putih, setiap harinya tanpa terkecuali."
"Ngapain?" Athania menggeleng tegas. "Nggak usah. Aku nggak butuh bunga lily setiap hari."
"Supaya aku dapet hadiah kaya tadi lagi," balas Bara enteng, sukses membuat senyum kecil terpatri pada wajah gadis cantik di hadapannya. Athania terkekeh. "Nggak mau kalau gitu. Yang tadi itu khusus, soalnya effortnya gede."
Bara mendengus, semakin mendekatkan wajahnya, membuat Athania menahan napasnya selama beberapa saat. "Bukannya sama aja? Emang nanti kalo aku ngasih bunga lily lagi untuk kedua kalinya, effort aku nggak gede gitu?"
Athania menjauhkan tubuhnya dengan cepat. Bahaya, jarak di antara keduanya sudah menyiratkan tanda bahaya. "Ya nggak sih, cuma kan beda rasanya, beda juga suasananya. Masa tiap hari kamu mau ngasih aku bunga lily. Coba hal lain gitu, jangan bunga lily putih terus. Nggak kreatif. Masa ngasih hadiah tiap hari sama," cerocos gadis itu, membuat Bara menahan senyumnya karena kelewat gemas dengan tingkah gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...