[Daftar Pendek Wattys 2022]
Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara.
***
Barata Killian Javas, pemuda i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Athania mendengus tak percaya. Menatap kepergian Bara yang berjarak cukup jauh darinya. Jadi, ini adalah waktu yang Bara maksud kemarin? Memberi gadis itu waktu dengan cara tidak mengacuhkan eksistensinya di hidup Bara? Athania benar-benar dibuat tak percaya saat ini. Menyaksikan Bara menatapnya dengan ekspresi masam seperti habis mencium aroma ketek supir angkot yang belum mandi lima hari. Pantas saja lelaki itu selalu menghindar dan mengalihkan netranya saat bersitatap dengan Athania akhir-akhir ini. Sudah lebih tiga hari ia mendiami Athania, dan sekarang, ekspresi masam lah yang Bara hadiahi untuk gadis itu.
Saat kemarin Athania ingin mengajak Bara untuk berbicara, lelaki itu melengos begitu saja seolah eksistensi Athania tak pernah ada. Dan hal itu benar-benar menjengkelkan. Rasanya gadis itu ingin berteriak sejadi-jadinya untuk meluapkan kekesalan. Athania ingin menghujami Bara dengan seribu pertanyaan di benaknya.
Ah, sudahlah. Masa bodoh. Athania sudah tidak tahan lagi. Emosinya sudah membludak ingin keluar saat menatap punggung Bara yang kian menjauh. Rasa kesal sekaligus marah karena dihindari oleh lelaki itu benar-benar membuat Athania naik pitam. Dengan emosi, Athania akhirnya berjalan cepat untuk mendekati lelaki yang berjarak beberapa langkah di depannya tersebut.
"Bara!" pekik Athania akhirnya. Sejenak, beberapa siswa yang lalu lalang menatap ke arahnya. Tampak ingin tahu mengapa gadis itu meneriakkan nama Bara.
Teriakan barusan jelas sukses membuat langkah Bara terhenti, lelaki itu menoleh ke belakang dan menatap Athania dengan alis tertaut bingung. "Kenapa?" tanyanya tanpa beban. Seolah tidak tahu apa yang salah dengan dirinya sendiri akhir-akhir ini.
"Kenapa? Lo serius nanya begitu sekarang? What the hell, Bara." Athania menggeleng tak habis pikir.
"I have no idea. Emang gue harusnya nanya apa?"
Benar-benar. Mau sampai kapan lelaki itu bersikap bodoh? Karena Athania sudah mulai tak tahan. "Gue yang seharusnya nanya di sini. Lo yang kenapa?"
Bara kembali memasang raut wajah tak mengerti, seolah kalimat Athania adalah rumus matematika yang harus ia pecahkan. "Gue baik-baik aja. Emang ada yang bermasalah?" tanya lelaki itu lagi.
Athania menghela napas kasar. "Iya, ada. Lo yang bermasalah. Lo ngehindar dan nyuekin gue."
"Sebentar ... kenapa lo ngerasa gue begitu?"
Athania memutar bola matanya jengah. Lelaki di hadapannya tersebut masih juga belum mengerti. "Saat gue ngajak bicara, lo selalu ngehindar. Terus tadi, ekspresi lo masam banget waktu ngeliat wajah gue," sahut gadis itu dongkol setengah mati.
"Kayanya lo yang salah paham. Gue nggak lagi ngehindar atau nyuekin lo."
Lalu apa? Alasan apa? Athania tidak tahu kalau Bara bisa semenjengkelkan ini. Hanya untuk menghadapi lelaki itu saja Athania dibuat geram bukan main.