Bab IX. Persepsi

3.5K 485 34
                                    

Semilir angin di rooftop membuat mata Athania mulai terasa lelah, ia mengantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin di rooftop membuat mata Athania mulai terasa lelah, ia mengantuk. Namun pikirannya berkelana tentang banyak hal. Tentang alasan mengapa ia kembali ke tempat ini. Tentang tujuannya. Tujuan untuk memperbaiki segalanya yang terasa salah. Tapi sampai sekarang, Athania masih belum berbuat apa-apa.

Apakah karena ia tak memiliki keberanian? Mungkin saja. Manusiawi. Athania tak seberani yang orang-orang bayangkan. Ia takut. Sangat takut. Hanya saja perbedaan cara ia menutupi rasa takut tersebutlah yang membuat Athania terlihat lebih berani dari orang-orang kebanyakan. Bahkan caranya menutupi rasa takut tersebut membuatnya benar-benar terlihat jahat dan menyebalkan di mata kebanyakan orang.

Pertemuannya dengan Deinandara beberapa jam yang lalu kembali menyeruak ke dalam ingatan Athania. Memberikan emosi yang cukup besar, mengingat Andara adalah sosok yang membuat semua hal dalam hidupnya berakhir kacau. Dulu ia dan gadis itu sedekat nadi. Namun sekarang, untuk bertatapan dengan netra milik Andara saja rasanya Athania tak mau. Rasa dikhianati, dendam, kecewa, marah, semua bercampur dalam dadanya.

Gadis itu terhenyak selama beberapa saat, bahkan kesulitan untuk berpikir jernih saat menatap netra berwarna hitam gelap milik Andara. Kejadian bertahun-tahun silam menghantamnya secepat kilat, memberikan sensasi menyesakkan di dada Athania. Gadis itu terdiam kaku dengan putaran memori yang terus berjalan di otaknya bagaikan kaset rusak. Namun tak butuh waktu lama, logikanya dengan cepat mengambil alih.

Deinandara mendengus kasar, ia tampak memandang Athania dengan raut wajah penuh dendam. “Lo kesini buat apaan sih, Tha? Pengen ngalahin gue?”

I think there's misunderstood here. Gue nggak perlu repot-repot ngalahin lo, karena bahkan lo udah kalah sedari awal,” sanggah Athania tajam.

“Oh ya, gue ingatkan. Jangan bertingkah seolah kita saling kenal dekat satu sama lain. Yang perlu lo lakukan hanya diam dan menikmati masa kejayaan lo yang tersisa sebentar lagi.”

“Lalu setelah itu, surprise! Something happened out of nowhere.”

“Lo ngancem gue?” Deinandara menatap nyalang Athania. Rahangnya mengeras, menyiratkan gadis itu tengah naik pitam.

Lo punya otak kan? Kalau iya, dipakai dan pikir sendiri.”

Athania kemudian bergerak mendekat, sedikit menyenggol bahu Andara dengan sengaja sebelum akhirnya berjalan menjauh. Meninggalkan orang-orang dibelakangnya yang tengah menatap tak percaya.

Athania menghembuskan napasnya perlahan, menetralkan emosinya yang kembali menyulut hanya karena mengingat pertemuannya dengan Deinandara beberapa jam yang lalu.

“Nggak masuk kelas?” pertanyaan yang keluar dari sebuah suara tak membuat Athania menoleh sedikitpun. Sebab, gadis itu sudah tahu lebih dulu bahwa yang baru saja melontarkan pertanyaan tersebut adalah sosok Barata Killian Javas. Aroma parfumnya yang entah karena alasan apa sudah terbiasa di indera penciuman Athania menyeruak begitu saja.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang