Athania menghela napas panjang saat memasuki ruangan kelas XII Science A, gadis itu memutar matanya malas seraya bergumam dan merutuk tiada henti. Sial sekali. Athania jadi merasa kelas unggulan Pionir ini lebih mirip kelas drama yang hebohnya melebihi sinetron, ketimbang tempat belajar dimana anak-anak ambis berkumpul. Karena nyatanya, mereka---anak ambis yang kerap kali disebut-sebut gila nilai dan selalu belajar tiap detik tersebut, memang punya seribu drama. Entah apa yang sedang terjadi, tapi Athania bisa melihat dan mendengar dengan jelas suara Deinandara yang terdengar marah dari tengah kelas.
"Lo berengsek sialan. Lo sama mantan lo itu sebelas dua belas," pekiknya pada Ares.
Athania ingin tertawa sekarang juga. Lihat? Ini bahkan pukul tujuh pagi, dan mereka---orang-orang bodoh di kelas yang katanya unggulan tersebut---dengan hebatnya malah melibatkan Athania ke dalam drama mereka yang tampak tiada ujung. Gadis itu berjalan memasuki kelas dengan separuh terpaksa, meski dalam hati mengumpat kasar karena jengkel suasana pagi harinya harus berjalan menyebalkan seperti ini. Athania lantas menjadi pusat perhatian sebagian manusia yang berada di kelas. Andara bahkan menatapnya tajam dan penuh ketidaksukaan saat gadis itu memilih berdiri di dekat pintu. Athania benar-benar merasa seluruh orang tampak tidak menyukainya bahkan jika gadis itu hanya bernapas dan tak merugikan siapa-siapa.
"Berapa kali gue harus bilang? It's not me!! Gue nggak sekurang kerjaan itu!" desis Ares tak terima. Lelaki itu mengumpat kasar, mengacak rambutnya sendiri dengan frustrasi.
Andara berdecih, memutar matanya malas. "Oh ya? Dan lo pikir gue bakalan percaya? Semua buktinya aja udah tertuju sama lo, Res. And you expect me to react like this, oh ternyata bukan lo, maaf ya. Like that? In your dream, asshole."
Ares berdecak kasar. "Bukti apa sih? Bukti cctv gue masukin rokok ke tas lo? Shit, oke, jaketnya emang mirip jaket yang sering gue pake. Tapi it's not me, i swear to God."
Deinandara hanya bisa menatap Ares dengan pandangan kesal setengah mati. "Res, semakin lo nggak mau mengaku, semakin lo bikin gue marah. Muak tau nggak? Ternyata selama ini, dibalik sikap lo yang sok baik dan sok berwibawa, ternyata lo sebusuk ini? Selicik ini?"
Ares mendengus tak percaya, lelaki itu mendadak membuat ekspresi menahan tawanya. "Lo juga...." Ares menunjuk Andara. "Lo pikir lo nggak busuk? Lucu lo tau nggak. Lo mengkhianati sahabat lo sendiri dua tahun yang lalu demi nilai. Dan sekarang, lo merasa tersakiti? I said it's not me, okay? Terserah lo mau ngamuk kesetanan sekalipun, nggak akan merubah fakta bahwa gue bukan pelakunya di sini," tandas Ares.
Bunyi tamparan yang nyaring lantas menjadi hal yang mengejutkan seisi ruangan kelas XII Science A, termasuk Athania yang kini masih terdiam di dekat pintu masuk dan menatap pertengkaran kedua orang di hadapannya dengan malas. Gadis itu tak berniat beranjak, hanya menghela napas jengkel karena di pagi hari harus menyaksikan hal yang tak mengenakkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Fix Everything [COMPLETED]
Teen Fiction[Daftar Pendek Wattys 2022] Seluruh penghuni SMA Pionir paham akan satu peraturan penting. Jika ingin hidup aman dan tenang, maka jangan pernah berani cari gara-gara dengan gadis bernama Athania Binar Bratadikara. *** Barata Killian Javas, pemuda i...