#79 Reumi Cedera

832 113 17
                                    

Jungkook mendorong troli belanja itu, menyusuri ramainya super market hari ini. Biasanya Jungkook memang akan berbelanja sendiri seperti ini karena menurutnya ini lebih menyenangkan dibanding meminta seseorang membelikan sesuatu untuknya.

Jeonghyun terus berusaha melepas jaket karakter yang ia pakai. Ia memang suka kelinci, tapi mengenakan jaket dengan telinga kelinci di topinya benar-benar membuatnya risi.

"Kau mau sakit lagi? Jangan dibuka," ujar Jungkook, membuat Jeonghyun mengakhiri usahanya.

"Appa." Jeonghyun menunjuk permen jeli yang pastinya membuat Jungkook terkekeh. Gigi Jeongsan memang sudah bertambah. Namun, ia tak yakin Jeonghyun akan benar-benar memakannya.

"Kau sungguh mau ini?" tanya Jungkook sambil menunjukan setoples permen jeli. Namun, Jeonghyun segera mengambil dan memeluknya, membuat Jungkook terkekeh. "Baiklah, kita bisa membeli itu."

Jungkook kembali mendorong troli itu. Ia mengambil beberapa bahan yang bisa ia gunakan untuk membuat kue. Ia hanya ingin memberikan hadiah untuk Tzuyu meski hari ini tak ada yang spesial. Namun, ia merasa jika ia harus memberikan hadiah untuk Tzuyu.

"Hyunie, menurutmu lebih baik gunakan stroberi atau yang lain?" tanya Jungkook sambil menunjukan sebungkus stroberi. Namun, Jeonghyun justru mengatakan sesuatu dengan bahasa bayi. "Baiklah, stroberi saja."








Ahreum meringis begitu kakinya terkilir. Ia tahu seharusnya ia tak memaksakan diri. Namun, ia tak mau membuat teman-temannya melakukan evaluasi ulang bulan depan.

"Kau baik-baik saja? Aku sudah katakan, tidak perlu memaksakan," ujar Sora. Ia berlutut kemudian membantu Ahreum agar bisa duduk di samping. Sebagai leader dari project itu, tentu membuat Sora merasa jika ia harus bertanggung jawab atas anggotanya.

"Eonni, aku tidak mau semuanya harus mengulang. Aku baru masuk ke dalam project ini dan aku benar-benar payah."

"Jangan bicara seperti itu. Sekarang kau bagian dari kami juga," ujar Sora kemudian meraih ponselnya. "Haruskah aku menghubungi seseorang? Atau Ayahmu saja?"

"Tidak perlu, Eonni. Aku baik-baik saja."

"Baiklah, aku akan telepon Ayahmu saja."

Sama seperti proyek Jeongsan, Ahreum juga akan debut dalam waktu dekat. Mungkin beberapa bulan setelah Jeongsan. Namun, akhir-akhir ini ia kesulitan untuk mengimbangi yang lainnya. Menurutnya benar-benar sulit untuk bergabung dengan proyek girlgrup itu. Apalagi usia mereka yang terasa terlalu jauh. Bahkan perbandingan usia Sona dan Ahreum adalah 9 tahun. Lalu dengan anggota tertua, ada jarak sekitar 10 tahun karena eonni line berusia 23 tahun sementara Ahreum baru menginjak 13 tahun.

"Tidak, jangan menangis. Ini bukan salahmu, sungguh." Yulhee mengusap air mata Ahreum. Baginya, Ahreum benar-benar seperti Adiknya. Ia tak mau jika melihat Ahreum menangis seperti ini.

"Ahreum, kakimu akan tambah sakit jika terus berlatih. Kau tahu kenapa Lily mengundurkan diri? Dia dulu terlalu memaksa sampai kakinya cedera parah. Aku hanya tidak mau itu terjadi padamu juga." Sona tersenyum lalu meletakan ponselnya. "Baiklah, jika tidak mau menelepon Ayahmu, aku akan minta seseorang untuk memeriksa kakimu."

"Panggil Paman Yoongi saja."

"Baiklah, kau saja yang meneleponnya," ujar Sona.

*
*
*

Jungkook tengah sibuk membuat kue sambil menoton video tutorial dari Youtube. Ia harap rasanya tak mengerikan karena ia jarang membuat kue.

"Hyunie, jangan makan yang ada di lantai ya? Kau bisa sakit perut nanti," ujar Jungkook saat menatap ke bawah di mana putranya duduk dengan sebelah tangan yang memeluk kaki Jungkook sementara tangannya yang lain sibuk membariskan permen jeli berbentuk beruang itu.

"Hyunie, lepaskan kaki Appa. Appa harus mengambil sesuatu," ujar Jungkook. Ia lantas berjinjit, mencari sesuatu yang mungkin bisa membuat permen jeli itu tak kotor. Hingga akhirnya ia menemukan plastik bersih di sana.

Jungkook merendahkan tubuhnya lalu memungut permen-permen yang Jeonghyun bariskan di lantai. Selanjutnya, ia menggelar plastik itu agar Jeonghyun bisa memakannya. "Kau letakan di sini ya. Jadi, kau bisa memakannya."

Sebenarnya Jungkook tak mau membawa Jeonghyun ke dapur. Namun, ia yakin bayi itu akan menangis jika ditinggal sendirian di ruang tengah. Apalagi Tzuyu saat ini sedang menonton film di kamar.

"Appa."

"Tunggu ya, Appa harus membuatkan kue untuk Eomma."

Jeonghyun meraih kaki Jungkook lalu berdiri. Tangannya berusaha menggapai kabinet dapur. Namun, tangannya terlalu pendek untuk menggapai.

"Appa!"

Jungkook menghentikan mixer itu lalu menoleh. "Tadi kau sedang bermain dengan permen. Ada apa?"

Jeonghyun mulai menggumam tak jelas sambil mengulurkan kedua tangan mungilnya.

"Kau mau digendong? Bagaimana bisa?" tanya Jungkook kemudian membuat Jeonghyun kesal. "Ah, baiklah. Appa akan menggendongmu."

Jungkook menggendong Jeonghyun. Bayi itu menatap adonan yang masih setengah jadi lalu menatap Ayahnya. "Kau ingin membantu Appa? Nanti saja ya."

Jeonghyun mulai menangis setelah mendengar larangan dari sang Ayah. Ia kesal karena sang Ayah malah melarangnya. Padahal ia merasa jika hal yang Ayahnya kerjakan terlihat menarik.

Jungkook menghela napas pasrah lalu mendudukan Jeonghyun pada kabinet dapur. "Hanya melihat ya? Kau bisa terluka jika memegangnya."

Kekesalan Jungkook luruh begitu saja saat Jeonghyun mulai tertawa sambil bertepuk tangan. Ia lantas sedikit merendahkan tubuhnya sambil meletakan kedua tangan di samping tubuh putranya. "Kau sangat tahu jika Appa tidak bisa marah padamu."

Jeonghyun mencium pucuk hidung Jungkook hingga membuat pria itu terkekeh.

"Ingat, kau hanya boleh melihat ya?" Jungkook memberikan dua stroberi pada Jeonghyun. Ia yakin bayi itu akan keras kepala dan memegang adonannya nanti. "Kau makan ini saja ya? Jangan sentuh adonannya saat mesin menyala, tanganmu akan terluka."

Jungkook kembali melanjutkan tugasnya. Namun, ia kembali menghentikannya saat Jeonghyun tiba-tiba menangis dan berdiri di atas kabinet. "Ada apa? Kau takut? Tadi kau tidak takut. Baiklah, Appa akan buatkan susu untukmu."







Yoongi menghela napas setelah melihat kaki Ahreum di-gips. Ini pasti sudah cukup membuat gadis itu putus asa. "Tidak apa-apa, kau akan sembuh dengan cepat. Kakimu hanya cedera ringan."

"Aku membuat yang lainnya harus menunggu."

"Kalau pun tidak bersama grup itu, kau tetap bisa debut. Yang terpenting kau baik-baik saja," ujar Yoongi. Namun, kalimat itu sepertinya belum cukup untuk menghibur Ahreum. Apalagi Yoongi tahu sekeras kepala apa putri kesayangannya Jeon Jungkook itu. "Ayahmu pernah mengatakan jika ia tak masalah soal kapan kau debut 'kan?"

"Bahkan Jeongsan Oppa sebentar lagi debut. Apa aku harus menunggu lagi?"

Yoongi merogoh sakunya lalu memberikan tape pemutar musik pada Ahreum. "Haruskah Paman pilihkan lagu untukmu? Kau bisa membuat akun di aplikasi musik untuk merilis lagumu bahkan lebih dulu dari Oppa-mu."

"Ini tidak diperlukan."

"Kau tahu? Paman juga pernah terluka dan Paman menyenbunyikannya, tapi kau tahu? Itu hanya memperparahnya. Paman hanya tidak mau kau kesakitan nantinya. Tadi saja kau menangis. Paman yakin kau bisa melewati ini semua."

"Aku tidak menyerah. Hanya saja aku sudah mulai lelah sekarang. Aku merasa tidak berguna."

Yoongi tersenyum. "Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Kau pelengkap proyek itu. Biasanya kau akan ambisius. Kenapa mendadak kau melemah seperti ini? Apa perlu Paman belikan es krim lagi?"

"Apa aku boleh tinggal di rumah Paman sementara? Aku tidak mau Appa tahu soal ini. Dia pasti akan memintaku istirahat lebih lama."

"Baiklah, kau bisa tinggal di rumah Paman, tapi kau harus memberitahu Ayahmu bagaimana pun caranya," ujarnya.






TBC🖤

21 Apr 2021

US (우리)3 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang