Tzuyu mengambil kartu itu dengan mata tertutup. Namun, detik berikutnya ia justru mendesah kecewa saat mendapat hal yang tak ia inginkan.
"Apa yang kau dapatkan?"
Tzuyu meletakan semua kartu yang ia punya. Menurutnya, percuma berusaha mengalahkan Jungkook sebab pria itu tetap akan menang pada akhirnya.
Hari ini mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Setidaknya, sebelum pria Jeon itu sibuk dengan berbagai pekerjaannya di kantor.
Jeonghyun beranjak dari area bermainnya. Ia meletakan dagunya pada pagar berbahan plastik itu. Ia ingin bergabung, tapi tak bisa membuka pagar itu.
"Appa."
Jungkook menoleh saat putra kecilnya memanggil. Ia terkekeh saat melihat bagaimana sang putra memasang wajah memelas sambil meletakan dagu di pagar yang hampir sepantar dengannya.
"Kau bosan tetap di sana?" Jungkook beranjak lalu menggendongnya. Hal ini tentu membuat batita itu bertepuk tangan kegirangan.
Jungkook menurunkan Jeonghyun kemudian duduk di depan meja. Namun, Jeonghyun malah segera berlari menuju Tzuyu.
"Ya, kau memang anak Eomma." Jungkook merapikan kartu-kartu itu. Meletakannya ke lemari TV. Selanjutnya, ia kembali menghampiri Tzuyu, tak mau kalah dari putranya.
"Mwoya ..." Tzuyu tertawa saat Jungkook justru menggunakan pangkuannya sebagai bantal. Namun, hal ini sepertinya tak disukai oleh Jeonghyun hingga batita itu terus menarik hidung sang Ayah.
"Ah, Hyunie, kau belum potong kuku," protes Jungkook lalu duduk, membuat Jeonghyun segera berlari sebab tahu sang Ayah akan memotong kukunya. "Tzuyu, dia bukan bayi."
"Biarkan saja. Dia akan berhenti saat lelah," ujar Tzuyu. Ia berniat beranjak sebab pekerjaan rumah belum sepenuhnya ia selesaikan. Namun, Jungkook lebih dulu melarangnya.
"Aku yang akan kerjakan." Jungkook mengulurkan tangan untuk menangkap Jeonghyun. Namun, ia tetap tak bisa. "Hyunie, duduk."
Jeonghyun menggeleng. Tentu menurutnya, potong kuku adalah hal membosankan. Ia takkan mau melakukannya.
"Hyunie, Appa akan berikan mobilmu pada Yejin Noona jika kau tidak duduk," ujar Jungkook, membuat batita itu duduk. Namun, bukan di pangkuan Jungkook, melainkan di tempatnya berdiri tadi.
"Aku harus melipat pakaian. Pastikan Hyunie mau memotong kukunya." Tzuyu beranjak. Ia tak mau jika terus diam sebab biasanya ia mengerjakan semua.
Memang, Jungkook sering membantunya. Namun, ia merasa kasihan karena suaminya pasti lelah karena pekerjaannya.
Jungkook mengambil gunting kuku, melambaikan tangan agar Jeonghyun menghampiri. Namun, sia-sia saja karena batita itu terus menggeleng dengan senyum jahilnya. "Hyunie, kau mau Appa memberikan mobilnya pada Yejin Noona?"
Jeonghyun beranjak, meraih ponsel milik sang Ayah. Lalu, ia berjalan mendekat sambil memberikannya. "Mobil."
"Kau mau Appa membeli yang baru? Mobil yang itu juga baru. Kenapa Appa harus membelinya lagi?"
"Una," jawab Jeonghyun dengan ekspresi polosnya. Tentu, Jungkook terkekeh mendengarnya.
"Ah, dibanding memberikan milikmu, Appa harus membelikan mobil yang baru untuk Yejin Noona?"
Jeonghyun mengangguk dengan ekspresi menahan tangis. "Ne."
Mobil memang mainan kesukaan Jeonghyun. Ia tak mau berbagi dengan siapa pun. Bahkan, jika yang lain menyentuhnya, Jeonghyun akan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
Fanfic"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook