Jeonghyun menangis lalu melempar boneka kelinci kesayangannya. Hal ini tentu membuat Jungkook berusaha keras menahan tawanya.
"Appa harus bekerja, Hyunie. Kau tidak mungkin ikut." Meski mengatakan hal seperti itu, Jungkook tetap menggendong putranya. Ia lantas meraih boneka kelinci itu meski Jeonghyun melemparnya lagi.
Jungkook menyerahkan Jeonghyun. Namun, bayi itu malah memeluk erat lehernya. "Hyunie, kau ingin mainan baru 'kan? Appa harus bekerja."
"Hyunie, kau tidak boleh ikut kali ini," ujar Tzuyu. Mana mungkin Jeonghyun muncul di video nanti.
Jeonghyun menggeleng sambil mengeratkan pelukannya. Ia tak mau melepas sang Ayah.
"Kau bisa bermain dengan Appa nanti." Bujukan Jungkook nampaknya sama sekali tak berpengaruh. Bahkan ini malah semakin membuat Jeonghyun menempel.
Hari ini akan ada syuting trainee's diary untuk keperluan proyek boygroup. Kemunculan Jeonghyun hanya akan membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
"Aku akan hubungi Namjoon Hyung. Mungkin mereka bisa syuting tanpa aku." Jungkook kembali melepas sepatunya, berjalan masuk lalu duduk di sofa. "Hyunie, berhenti menangis, hm? Appa tidak akan pergi."
Jungkook menyesal karena berangkat agak siang. Mungkin jika ia berangkat sebelum putra bungsunya bangun, ia takkan kesulitan seperti ini.
"Hyunie, kau mau ikut Eomma memberikan ini pada Noona?" tanya Tzuyu. Namun, Jeonghyun malah menggeleng lalu memeluk Jungkook.
"Ada gogi," ujar Jungkook. Namun, lagi-lagi Jeonghyun menolak. Padahal Jungkook sudah memancing dengan makanan kesukaannya.
Jungkook menghela napas. Sepertinya ia takkan bisa pergi dengan mudah.
"Hyunie, kau mau sup?" tanya Tzuyu sambil mengulurkan kedua tangannya. Namun, Jeonghyun justru menggeleng. "Hyunie, Appa akan segera pulang. Ayo."
"Tzuyu, jangan dipaksa." Jungkook meraih ponselnya saat terdengar nada dering. Ia yakin Namjoon baru sempat menghubunginya balik.
"Hyunie, kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kau--"
Jungkook meletakan telunjuknya di bibir Tzuyu agar sang istri diam. Lagi pula, Jeonghyun masih kecil. Tidak mungkin jika harus dimarahi.
"Baiklah, aku akan membawa Hyunie." Jungkook memasukan ponselnya ke saku kemudian mencari gendongan Jeonghyun. "Kau mau ikut 'kan? Baiklah, Appa akan membawamu."
"Oppa ...."
"Tidak apa-apa, dia bisa bersama Hyung nanti. Daripada dia terus menangis, lebih baik dia ikut 'kan?" Jungkook berbalik agar Tzuyu bisa membantunya memasang gendongan. Ia juga sebenarnya tak mengerti kenapa Jeonghyun malah rewel hari ini.
Rasa kesal itu sirna saat putra bungsunya tersenyum sambil melambaikan tangan mungilnya. Bahkan ini membuat Tzuyu mencium pipi tembam Jeonghyun. "Kau ingin ikut Appa? Jangan nakal, eoh?"
*
*
*Jeonghyun berlari saat memasuki gedung itu, membuat suara dari sendal yang iakenakan mulai menggema. Namun, saat seseorang menghampirinya, ia justru berbalik dan menghampiri Jungkook.
Dengan jaket bulu tebal dan sendal yang berbunyi, tentu membuat Jeonghyun terlihat menggemaskan.
Jimin tersenyum lalu kembali berdiri. Ia mengejar Jeonghyun. Namun, putra bungsu Jungkook itu justru berteriak dan bersembunyi di balik kaki sang Ayah.
"Hyunie, Paman punya jeli." Jimin berjongkok sambil menunjukan sebungkus jeli yang iabeli. Namun, Jeonghyun malah menggeleng. "Kau tidak mau?"
"Dia lebih terobsesi pada daging," ujar Jungkook kemudian meraih tangan putranya. "Ah ya, di mana yang lainnya? Apa sudah mulai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
Fanfiction"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook