Tzuyu terkekeh saat Jungkook terus meringis. Padahal saat bertengkar tadi, Jungkook sama sekali tak takut hingga membuat beberapa suruhan dari penyelenggara acara survival itu ciut.
"Makanya, jangan cari masalah. Oppa tidak sekuat itu meskipun bisa bela diri. Oppa tetap saja akan menangis padaku." Tzuyu meletakan kapas yang ia gunakan untuk membersihkan luka Jungkook.
"Apa aku harus diam saja saat mereka menyerang? Tidak 'kan?"
Jeonghyun hanya menatap sang Ayah dengan tatapan serius. Ia berdiri sambil bertumpu pada lutut Jungkook dengan tatapan yang tak beralih sama sekali dari sang Ayah.
"Hyunie, lihat Ayahmu. Kau jangan mengikutinya, ya?" tanya Tzuyu, membuat Jeonghyun tak mengerti apa-apa hanya mengangguk kemudian terkekeh. "Aigo, kau sangat menggemaskan." Tzuyu mencubit dagu putra bungsunya sambil tersenyum.
"Oppa, lebih baik kau hentikan saja."
"Aniyo, pembentukan grup itu tidak adil. Bagaimana jika ada season selanjutnya dan ada korban lainnya?" tanya Jungkook saat Tzuyu menempelkan plester pada beberapa luka suaminya.
"Daripada kau berakhiran seperti ini."
Jeongsan membulatkan mata lalu berlari menghampiri sang Adik. Ia merebut bagian robot yang hampir tertelan oleh Jeonghyun. "Hyunie, ini bukan makanan."
"Ui." Jeonghyun tersenyum menampakan 2 gigi mungilnya. Ia memberikan potongan robot itu pada Jeongsan lalu bertepuk tangan.
"Kau benar-benar suka meledek. Jangan memakan itu lagi." Jeongsan meraih biskuit milik Jeonghyun yang ada di atas meja. "Makan saja yang ini."
Jungkook hanya menatap heran Jeongsan. Sebab, setahunya Jeongsan sedang karantina di dorm trainee untuk debut. "Kapan kau pulang?"
"Semalam. Uncle Jimin mengatakan jika debut-ku sedikit ditunda."
"Kenapa dia tidak mengatakan apapun padaku?" gumam Jungkook kesal. Padahal ia punya alasan kuat tak datang saat rapat agensi. Namun, stak ada seorangpun mengumumkan hasil rapatnya di grup.
"Aku sedang ujian. Bagaimana jika aku tidak naik kelas? Uncle Jimin mengatakan jika debut-ku bulan depan."
Jungkook mengangguk paham. Ia pikir Jeongsan kabur dari dorm trainee. Ia kemudian meringis saat Tzuyu kembali mengobati lukanya. "Kenapa kau tidak memberitahuku dulu?"
"Baiklah, sayangku, aku harus mengobatinya." Tzuyu tersenyum secara paksa, membuat Jeongsan memutuskan berbalik lalu berjalan menuju kamarnya saja. Ia yakin Ibunya akan marah jika sudah seperti itu.
"Hyunie, main di kamar Hyung saja, ya?"
Ahreum masih memijat dahinya yang terasa berkedut. Sungguh, belajar bukanlah hal yang ia sukai. Ia sudah membaca materinya. Namun, tetap saja ia merasa pelajaran itu tak ada yang masuk ke dalam otaknya. "Ah, aku lelah."
Ahreum menatap sebuah sticky note hati yang ada pada monitor komputernya.
Reumi, kau pasti dapat nilai bagus. Oppa janji akan mentraktirmu makan setelah ujiannya selesai^^
Ahreum tersenyum lalu meraih sticky note itu. "Ck, ternyata Oppa-ku bisa sangat manis juga."
Suara pintu terbuka membuat Ahreum segera menoleh. Ia meletakan kembali sticky note itu saat Jeongsan duduk di tepi ranjangnya.
"Kenapa membawa Hyunie?"
"Bukankah awalnya aku yang tidak mau punya adik? Kenapa sekaranh kau yang tidak mau?"
"Hyunie akan membuat kamarku berantakan. Dia bahkan sedang belajar berjalan sekarang," ujar Ahreum, membuat Jeonghyun memberikan potongan biskuit yang sedang ia makan. "Tidak perlu menyogok Noona."
"Kau stres lagi karena belajar?"
"Oppa, semester kemarin saja aku dapat nilai buruk. Satu-satunya nilaiku yang bagus hanya bahasa Inggris saja. Sisanya rendah," ujar Ahreum dengan wajah sedihnya. "Padahal aku ingin masuk SOPA seperti Appa."
"Jika kau tidak ingin belajar, tidak apa-apa. Kau hanya perlu menghapal yang menurutmu penting. Aku biasanya menghapal dengan menyanyikannya. Seperti saat tabel kimia atau yang lainnya."
"Aish, Oppa seperti orang dewasa saja," desis Ahreum, membuat Jeongsan terkekeh. Bukankah ia memang dewasa? Setidaknya lebih dari Ahreum sedikit. "Biasanya juga tidak."
"Sialan," batin Jeongsan kesal. Ia sudah berubah. Apalagi semenjak ikut acara survival. Ia bukan lagi anak Eomma yang mudah menangis lagi seperti biasanya. Ia bahkan memutuskan untuk tak seperti itu lagi karena ia tahu ada pria yang mendekati Adiknya itu.
"Apa yang menurutmu sulit? Aku akan membantu."
"Una." Jeonghyun membagi biskuit yang ia makan menjadi 2. Mungkin ia ingin memberikan sedikit semangat pada Noona kesayangannya itu.
"Tidak, Noona tidak suka biskuit. Kau saja yang makan."
*
*
*Jimin meletakan beberapa lembar kertas di hadapan Jungkook. "Jeongsan akan ikut project boy group. Ini adalah project pertama jadi lakukanlah dengan baik."
Jungkook melihat beberapa foto trainee yang ada. Ia mengernyit saat mendapati usia mereka yang cukup jauh dengan Jeongsan. Bahkan yang paling dekat saja bedanya 5 tahun. "Ini terlalu jompang."
"Tidak, Jeongsan bisa masuk project ini. Dia punya kemampuan yang bagus. Vocal, rap, dan juga lirik. Dia juga mulai belajar aransemen 'kan? Dia akan menyempurnakan project ini." Jimin duduk di kursi yang ada di hadapan Jungkook. "Dia juga pernah ikut acara survival. Itu akan cukup menguntungkan karena Jeongsan sudah punya banyak penggemar."
"Kau yakin ini tidak akan jadi masalah untuk anggota lainnya?"
"Aku rasa tidak. Jeongsan tidak akan jadi bayangan yang menutupi anggota lain."
Satu hal yang Jungkook khawatirkan hanya perlakuan anggota lainnya. Ia hanya takut jika Jeongsan mendapat masalah nantinya. Apalagi jika Jeongsan diserang penggemar anggota lainnya.
"Sebagai gantinya, kita bisa meminimalisir aktivitas solo Jeongsan. Mungkin setelah beberapa tahun debut, Jeongsan baru bisa melakukan aktivitas solo seperti CF, cameo drama, atau mungkin membintangi drama."
Jungkook mengangguk sambil mendengarkan perkataan Jimin.
"Ini dilakukan karena Jeongsan maknae dan masih harus sekolah. Jadi, hanya akan ada aktivitas grup untuk Jeongsan."
"Baiklah, maafkan aku karena kemarin tidak ikut rapat."
"Tidak apa-apa, aku tahu kau pasti sibuk mengurus laporan kecurangan itu," ujar Jimin diakhiri dengan senyumnya.
Suara pintu terbuka, membuat Jungkook serta Jimin menoleh. Mereka mengernyit saat mendapati Taehyung memcebikan bibirnya.
"Ada apa, Hyung?"
"Sana pergi ke Jepang tanpa aku. Bukankah itu sangat menyebalkan? Bahkan dia juga meninggalkan Taejin dan Taemin bersamaku."
Jimin membulatkan mata tak percaya. "Apa dia ingin berpisah denganmu?"
"Ish, jangan melantur. Aku pikir dia tidak jadi berangkat untuk menungguku. Ternyata tidak sama sekali. Sekarang aku juga harus bawa Taejin dan Taemin ke sini," ujar Taehyung kemudian meminta Taejin dan Taemin masuk. Kim junior itu hanya tersenyum lalu berlari ke arah Jimin.
"Sekarang aku harus bagaimana?" tanyanya sambil menuntun tangan mungil Taemin.
"Selamat bekerja. Hyung, anggap saja kau sedang bermain," ujar Jungkook dengan nada gurauannya.
Taehyung memang senang jika bisa menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Hanya saja, ia merasa pusing jika harus bekerja sekaligus mengurus mereka berdua. Memang Taemin sudah berusia 6 tahun. Namun, ia tetap harus memperhatikan Taemin. Apalagi putranya itu benar-benar tak bisa diam.
TBC🖤
10 Feb 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
Fanfic"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook