#84 Hukuman

729 111 27
                                    

Tzuyu masih kukuh dengan aksi diamnya. Sejak tadi ia bahkan tak menanggapi suaminya. Padahal, Jungkook sudah melakukan banyak cara untuk menarik perhatian Tzuyu. Tetap saja tak ada yang berhasil. Bahkan saat Jungkook memeluk pun, Tzuyu hanya diam seolah pria itu tak ada.

Tzuyu tengah fokus memasak makan siang. Di sampingnya, Jeonghyun menemani sambil memainkan adonan yang Tzuyu berikan.

Mie adalah makanan yang sangat disukai Jeongsan juga Jeonghyun. Itulah kenapa Tzuyu memilih untuk membuat mie sendiri.

"Berjanjilah untuk tidak memakannya," ujar Tzuyu.

"Ne." Jeonghyun masih sibuk memainkan adonan itu. Bahkan Jeonghyun tak peduli apa pun selain adonan itu.

Jeonghyun berdiri, ia berusaha meraih gelas yang ada di samping sang Ibu. Namun, yang terjadi justru isi gelas itu tumpah hingga membasahi wajah juga kepalanya. Bahkan ini cukup membuat Jeonghyun menangis karena terkejut.

"Aigo, kau mandi lagi?" Tzuyu segera menggendong Jeonghyun dan membersihkan air itu dengan tisu. "Ah, sepertinya kau harus ganti baju."

Tzuyu melangkah meninggalkan dapur. Namun, langkahnya terhenti saat Jungkook tiba-tiba berdiri di hadapannya.

"Tzuyu, sampai kapan kau akan diam?"

Tzuyu tak menjawab, ia segera menghindari Jungkook dan berjalan menuju kamar. Hal ini tentu membuat pria Jeon itu mencebik. Baru beberapa jam tak diajak bicara, Jungkook sungguh merasa sangat pusing.

Jungkook putuskan untuk kembali melihat perkembangan penyelidikan itu. Ia bersyukur karena Namjoon bisa menemukan siapa yang sudah menyebar berita palsu itu. Meski belum ada kepastian soal berakhirnya skandal ini.

"Ah, aku tahu jika pelakunya di bawah umur. Astaga, apa mereka begitu membenci Ahreum dan Jeongsan? Sungguh menyebalkan," gumam Jungkook.



"Kau akan terus diam?" tanya Jeongsan kemudian duduk di tepi ranjang sang Adik. "Bagaimana jika melukis? Biasanya kau akan senang setelah melakukannya."

"Aku tidak berselera melakukan apa pun."

Jeongsan tersenyum lalu meletakan sekotak cat air di pangkuan Ahreum. "Dari seseorang."

"Aku sudah katakan, aku tidak mau melukis."

"Sungguh? Bahkan saat kau tahu jika ini dari idolamu."

"Aku melihat idolaku setiap saat. Jadi, apa gunanya?"

Jeongsan terkekeh. "Maksudku, bukan Appa. Idolamu yang lain. Dia juga mengirim canvas dan hampir semua albumnya yang ditanda tangani. Lalu, dia juga mengirimkan sebuah kartu ucapan. Ayolah, setidaknya kau harus melihatnya."

"Apa dari ... Mystic sunbae? Apa Leon sunbae yang mengirimnya? Sungguh?" Ahreum nampak antusias sebelum akhirnya segera turun dari ranjang dan menghampiri sebuah kardus yang Jeongsan letakan di dekat meja belajar Ahreum. "Apa ini sungguhan?"

"Dia yang menghubungiku. Kau tidak ingat? Aku pernah membuat lirik untuk albumnya."

Ahreum sebenarnya ingin sekali mengoleksi album dari sang idola. Namun, ia selalu berakhir menjualnya karena tak dapat set milik Leon.

Jeongsan tersenyum saat Ahreum tak lagi memasang wajah sedihnya. Ia harap, permasalahan yang saat ini sedang ramai, bisa secepatnya selesai. Melihat Ahreum terus menangis, membuatnya merasa terluka. Bahkan, Jeongsan sampai lupa jika dirinya juga terjerat skandal yang sama.

Getar ponsel, membuat Jeongsan merogoh lalu menatap layar ponselnya. Ia tersenyum saat mendapati pesan dari seseorang yang ia sukai sejak lama.

Sora
[Apa kau baik-baik saja?]
[Aku harap debutmu tidak ditunda lagi]
[Hubungi aku jika kau tidak sibuk. Aku akan mendengarkan apa pun yang kau ceritakan]

US (우리)3 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang