"Sae—" Jungkook celingukan saat tak ada siapapun di meja makan. Dia mengerutkan dahinya lalu meletakan kue yang sudah dia nyalakan lilinya itu. Satu hal yang jadi pertanyaannya sekarang, dimana semua orang.
"Aneh," gumamnya yang kemudian memutuskan untuk duduk di ruang tengah. Dia masih bingung kenapa tak ada seorangpun di rumah.
Dia melirik ke arah jam dinding kemudian memukul pelan dahinya. Ini masih menunjukan pukul 1 malam. "Aku pelupa. Bukankah tadi aku baru saja selesai latihan? ck, aku tak mengerti lagi dengan diriku."
Jungkook kembali mendekati kue yang lilinnya sudah dia nyalakan itu, meniupnya lalu berjalan menuju kamarnya. Hari ini adalah hari ulang tahun Tzuyu. Itu sebabnya, dia menyempatkan dirinya untuk membeli kue ulang tahun setelah latihannya selesai tadi. Untung saja ada toko kue yang masih buka.
Tzuyu merasa terusik ketika seseorang tiba-tiba saja memeluknya. Dia tahu itu adalah Jungkook.
"Oppa belum mandi?" tanya Tzuyu yang kemudian mendorong tubuh Jungkook agar tak memeluknya.
"Lalu? lagipula ini sudah malam dan airnya dingin."
Tzuyu menutup hidungnya lalu mengibaskan tangannya, menyuruh Jungkook untuk mandi terlebih dahulu.
"Baiklah, baiklah."
Jungkook beranjak meskipun sebenarnya dia sungguh malas untuk mandi semalam ini. Tapi daripada dia harus tidur di luar, lebih baik dia melawan rasa malasnya saja.
Jungkook mengendus tubuhnya sendiri. Dia heran kenapa Tzuyu sampai menutup matanya padahal jelas-jelas saat ini tubuhnya wangi.
"Aku harus menghadapi Tzuyu yang mulai bersikap berlebihan untuk apapun," gumamnya.
*
*
*"Reumi?" Jeongsan sangat terkejut saat melihat wajah Ahreum yang sedikit membengkak. Dia yakin adiknya itu pasti sudah menangis semalaman.
Ahreum langsung memeluk Jeongsan dan melanjutkan tangisannya, membuat Jeongsan bingung harus melakukan apa sekarang. Namun perlahan, dia mengusap halus punggung Ahreum.
"Kau baik-baik saja? apa seseorang membuatmu menangis? katakan padaku."
Ahreum melepas pelukannya lalu menggeleng. Dia tak bisa menjamin keselamatan orang yang sudah menyakitinya jika dia mengatakannya pada Jeongsan. Meskipun Jeongsan selalu kalah saat taekwondo, tapi tetap saja Jeongsan bisa saja berkelahi dengan orang yang sudah membuatnya menangis.
"Kenapa kau takut, hm? semalam aku sudah bertanya, bukan? kenapa kau tidak menjawabnya?"
"Aku baik-baik saja," jawab Ahreum yang membuat Jeongsan langsung menggeleng.
"Jika kau baik-baik saja, tidak mungkin kau sampai menangis semalaman, 'kan?" tanya Jeongsan yang kemudian meletakan punggung tangannya di dahi Ahreum. "Bahkan sekarang suhu tubuhmu juga naik."
Ahreum meremat jarinya, mencoba mengumpulkan keberanian namun tetap saja dia tak mendapatkannya. Bayangan Jeongsan yang akan menghajar orang-orang bermulut pedas itu selalu menghantuinya sekarang.
"Seseorang pasti membullymu. Iya 'kan? jawab aku," pinta Jeongsan yang saat ini mengguncang tubuh Ahreum agar adiknya itu mau mengatakannya.
"Mereka terus mengatakan jika aku tak pantas jadi Jeon Ahreum, aku tak pantas ada di keluarga ini." jelas Ahreum sambil menangis. "Mereka mengatakan jika aku tidak berbakat."
Jeongsan mulai jengah mendengar penjelasan Ahreum. "Reumi-ya, katakan nama mereka."
"Tidak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
Fanfic"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook