Menemui ibunya memanglah hal paling membahagiakan untuk Tzuyu. Terlebih karena selama ini dia terus berada di Korea karena dia tak bisa meninggalkan Jeongsan dan Ahreum. Lalu ibunya juga sibuk mengurus perusahaan. Awalnya Tzuyu memang diminta mengurus salah satu perusahaan milik keluarganya. Tapi dia tidak mau dan meminta kakaknya saja untuk mengurus perusahaan itu.
"Aigo, sudah berapa kali ku katakan biar aku saja yang mempersiapkan semuanya, kau sungguh keras kepala," omel Jungkook yang dengan segera mengambil alih baju yang tengah dilipat oleh Tzuyu.
"Hanya melipat baju dan kau sangat berlebihan."
"Melipat baju juga membutuhkan tenaga. Aku saja yang melakukannya," jelas Jungkook yang membuat Tzuyu tersenyum. Akhir-akhir ini dia memang merasa jengkel karena suaminya yang terlalu berlebihan. Tapi sepertinya kali ini dia sudah mulai terbiasa. Lagipula ini tak akan mungkin berlangsung lama.
"Aku juga sudah mengemas pakaiannya Ahreum dan Jeongsan. Jadi kita hanya tinggal berangkat nanti."
"Apa akan ada media?" tanya Tzuyu yang membuat Jungkook terdiam. Dia sungguh tak tahu apakah media akan ke sana atau tidak. Tapi dia yakin media pasti ada. Terlebih karena sasaeng dirinya tetap masih merajalela meskipun dia sudah tak seaktif dulu.
"Tenanglah, tak akan ada sesuatu yang terjadi. Aku akan meminta beberapa orang untuk mengawal kita nanti. Aku juga tak mau ambil resiko," ujar Jungkook sambil melipat baju-baju miliknya dan juga Tzuyu. Dia beruntung karena dia bisa melakukan semuanya sehingga dia bisa membuat Tzuyu banyak beristirahat. Dia tak bisa bayangkan jika dia tak bisa apa-apa. Pasti Tzuyu harus melakukan semuanya sendiri.
Ahreum tengah duduk menyendiri di bangku taman sekolahnya. Dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, dia fokus membaca buku fiksi yang baru saja dia pinjam dari perpustakaan.
Tepukan seseorang di bahunya membuat Ahreum dengan segera membuka earphone di telinganya. Ahreum langsung menggeser duduknya saat mengetahui siapa yang sudah mengganggu aktivitas membacanya.
"Reumi, kau masih saja-"
"Yak! jika kau berpikir aku akan selamanya diam, maka kau salah besar." Ahreum berdiri dengan wajah penuh amarahnya. "Kau masih aman karena aku tak memberitahukan semuanya dan kau berbohong pada kakakku."
Yuvin hanya berdecih. "Lagipula apa itu menjadi masalah besar?"
"Tentu saja, kau membuat semua orang membenciku. Ah atau aku perlu melaporkanmu pada guru agar kau segera dihukum?" ujar Ahreum meskipun dengan nada takutnya. Terlebih karena teman sekelasnya itu benar-benar sudah kelewat batas. Kesalahannya bukan hanya soal memalak. Tapi juga membuat satu kelas menjauhi dirinya dengan rumor-rumor tak jelas.
Suara tepuk tangan membuat Ahreum menghentikan langkahnya. Dia lantas tersenyum menatap sang kakak ada di sana. "Jadi bukan adikku yang bersalah? heol, seharusnya kau malu karena kau bermain-main dengan orang yang salah."
"Dia memang begitu. Tanpa aku jelek-jelekan pun, dia memang seperti itu."
Jeongsan mencengkram kerah baju Yuvin, membuat Ahreum mulai panik sebab dia tak ingin kakaknya terkena masalah lagi nantinya.
"Kau sungguh keterlaluan dengan menyebar berita buruk mengenai adikku!" geram Jeongsan yang membuat Ahreum mulai kesulitan melerai mereka berdua.
"Pada kenyataannya, adikmu memang lolos karena marga Jeon yang dia bawa, bukan? lalu soal kepopuleran kalian berdua juga sama. Semua itu karena nama ayahmu. Mungkin jika kau terlahir di keluarga lain, kau tak akan pernah dikenal."
"Yak! jaga ucapanmu, bodoh! aku pergi ke sekolah tanpa membawa nama ayahku dan satu hal yang perlu kau tahu, aku sungguh tak ingin menjadi populer. Kalaupun aku terlahir di keluarga lain, aku tetap bahagia. Kau mengerti?"
Yuvin memberikan satu kali pukulan yang sukses membuat sudut bibir Jeongsan mengeluarkan darah segar.
"Kau sungguh tak tahu tata krama," ujar Jeongsan yang hampir membalas pukulan itu. Namun dengan cepat Ahreum menangkisnya. Dia sungguh tak ingin kakaknya kembali dimarahi oleh kepala sekolah.
"Oppa, cara ini tidak akan menyelesaikan masalah."
*
*
*"Kalian sudah pulang?" Senyum Jungkook memudar kala dia melihat luka di sudut bibir Jeongsan. "Kau bertengkar lagi? Jeon Jeongsan, kau sungguh bertengkar lagi?"
Ahreum langsung berdiri di depan Jeongsan, melindungi sang kakak dari amarah ayahnya. "Appa, oppa tidak bertengkar. Temanku hanya memukulnya karena oppa membelaku."
"Kalau begitu, kau langsung pergi saja ke kamar, appa perlu bicara dengan Jeongsan," ujar Jungkook namun hal itu justru membuat Ahreum menolak.
"Appa harus berjanji terlebih dahulu padaku jika appa tidak akan memarahi oppa." Ahreum mengulurkan kelingkingnya, membuat Jungkook langsung tersenyum lalu merendahkan tubuhnya dan mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Ahreum.
"Baiklah, appa berjanji. Sekarang kau pergi ke kamar dan mandi, nanti malam kita akan pergi ke rumah halmeoni," ujar Jungkook yang tentu saja membuat Ahreum sangat bahagia.
"Busan lagi?"
"Aniyo, kita akan ke Taiwan. Jadi cepatlah bersiap."
Ahreum langsung saja berlari menuju kamarnya. Dia benar-benar senang karena dia sungguh jarang sekali pergi ke Taiwan. Mungkin bisa terhitung jari karena nyonya Chou lebih sering mengunjungi mereka di Korea.
Jungkook menatap sang putra. Dia sebenarnya sedikit kecewa karena Jeongsan lebih sering menggunakan perkelahian untuk menyelesaikan masalahnya. Tapi dia juga tak bisa serta merta menyalahkan Jeongsan karena dia tahu putranya itu berusaha melindungi sang adik.
"Jeongsanie, appa sudah pernah mengatakannya, bukan?" tanya Jungkook sambil mengusap halus bahu Jeongsan. "Lihat? bukankah seperti ini akan membuatmu sulit untuk makan?"
"Dia yang memukulku. Tapi aku tidak memukulnya karena Ahreum menahanku," ujar Jeongsan yang kemudian mengangkat kembali wajahnya, menatap sang ayah. "Sekarang aku tahu alasan Ahreum sering mengunci diri di kamar dan terus murung. Seseorang membuatnya tak memiliki teman di sekolah. Kenapa aku tidak satu kelas saja dengan Ahreum?"
"Jika kau mau menjadi yang paling tua sih, tidak masalah," canda Jungkook yang justru ditanggapi serius oleh Jeongsan.
"Tak masalah selagi aku bisa menjaga Ahreum."
"Aigo, kau sungguh kakak yang baik. Terimakasih karena kau menjaga Ahreum. Appa pikir Ahreum yang akan menjagamu." Jungkook mengakhiri ucapannya dengan kekehan, membuat Jungkook memasang wajah kesalnya.
"Appa~" rengek Jeongsan yang membuat Jungkook kembali terkekeh.
"Lebih baik kau mandi, nanti appa yang akan obati lukamu."
Jeongsan mengangguk kemudian berlalu, membuat Jungkook langsung saja tersenyum karena dia sungguh bangga Jeongsan menjadi putra sulungnya. Dia harap Jeongsan tak akan menemui masalah apapun dalam karir lyricistnya. Dia jadi ingin mengajari Jeongsan cara membuat aransemen lagu jika sudah seperti ini.
"Heol, oppa sudah pandai mengendalikan emosi."
"Jeongsan tak sepenuhnya salah. Kali ini dia justru jadi korban," ujar Jungkook yang membuat Tzuyu memasang wajah bingungnya. "Dia terlihat keren dengan luka di sudut bibirnya."
"Dia bertengkar lagi?"
"Lebih tepatnya dia dipukul. Tapi Jeongsan bilang Ahreum menahan dirinya agar tak memukul orang yang sudah memukulnya," jelas Jungkook yang membuat Tzuyu tersenyum.
"Karena tingkatan sabuk Jeongsan di bawah Ahreum. Itulah kenapa dia memilih untuk menurut pada Ahreum."
"Jinjja? woah, aku pikir karena Jeongsan mengendalikan emosinya."
Tzuyu terkekeh karena Jungkook mempercayainya. "Tidak, aku hanya bercanda."
TBC🖤
13 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
أدب الهواة"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook