Jeonghyun berteriak senang saat sang Ayah membawanya ke kantor agensi. Ia bahkan sampai bertepuk tangan karena senang bisa berada di sana.
Saat ini Tzuyu tengah istirahat sehingga Jungkook memilih mengajak Jeonghyun bekerja dan meminta seorang perawat untuk datang ke rumahnya.
"Hyunie." Hoseok mengulurkan tangannya. Namun, Jeonghyun memilih untuk melepas topinya kemudian menggeleng. "Kenapa kau membawanya?"
"Tzuyu sedang sakit. Jadi, aku harus membawa Jeonghyun," jawabnya sambil memungut topi yang Jeonghyun jatuhkan. Ia memang akan kesulitan jika membawa Jeonghyun bersamanya. Namun, ia tak akan mungkin meninggalkan Jeonghyun di rumah.
"Appa." Jeonghyun menunjuk Jungkook dengan jari mungilnya. Mungkin bayi kecil itu ingin mengatakan pada Hoseok jika sang Ayah mengajaknya.
"Aigo, kwiyeopta." Hoseok mencubit pipi tembam Jeonghyun dengan gemas. Namun, putra bungsu Jungkook itu memilih untuk tak peduli dan memainkan biskuitnya. "Ah ya, evaluasinya akan dimulai setengah jam lagi. Kau yakin akan membawa Jeonghyun?"
"Kenapa tidak? Dia tidak akan membuat kekacauan selagi diberi makanan dan mainan," ujar Jungkook yakin. Selama ini Jeonghyun memang selalu menyukai makanan. Bahkan mainan saja selalu ia masukan ke dalam mulutnya.
Jungkook berjalan menuju ruangannya sambil sesekali berceloteh untuk mengajak Jeonghyun bermain. Ia memang bukan tipe orang yang akan malu untuk mengajak main putranya.
"Appa."
Jungkook berjalan menuju salah satu foto yang ada di meja. "Kau tahu ini Appa? Aigo, kau semakin pintar saja."
Jungkook menurunkan Jeonghyun dari gendongannya. Ia meletakan bayi kecil itu di atas karpet bulu yang ada di ruangannya. Ia perlu mengerjakan sesuatu dulu sebelum evaluasi bulanan itu. Terlebih ia juga belum selesai mencetak lembar penilaiannya.
Jungkook menatap Jeonghyun saat terdengar suara ketukan keras pada pintu. Ternyata itu merupakan ulah Jeonghyun yang jelas saja cukup menarik atensi beberapa staf yang lewat. Apalagi pintu ruangan Jungkook terbuat dari kaca.
"Aigo, kacanya kotor," ujar Jungkook kemudian menggendong Jeonghyun. Selanjutnya, pria Jeon itu memilih untuk mendudukan Jeonghyun di pangkuannya. Jika Jeonghyun sampai lecet sedikit saja, Tzuyu pasti akan marah besar padanya.
"Cha, makan saja biskuitmu." Jungkook memberikan sekeping biskuit yang baru pada Jeonghyun. Namun, Jeonghyun malah meletakannya kembali kemudian menggeleng. "Hyunie sudah kenyang? Sebentar ya, Appa harus mengerjakan sesuatu dulu."
Jeonghyun menatap Jungkook seolah bertanya, membuat Jungkook tersenyum kemudian mencium pucuk kepala Jeonghyun yang rambutnya masih belum terlalu tebal.
"Komputer."
Jeonghyun sebenarnya mengikuti. Namun, dengan kata yang justru terdengar sangat jauh hingga membuat Jungkook terkekeh. Hanya 2 kata yang bisa Jeonghyun sebutkan dengan jelas, Eomma dan Appa. Sisanya Jeonghyun masih menggunakan bahasa bayinya.
"Hyunie ...." Taehyung berlari dengan senyum lebarnya. "Hyunie, mau bermain dengan Paman?"
Jeonghyun tertawa kemudian menggeleng. Ia memang sangat suka menggoda atau meledek orang dewasa dengan caranya yang menggemaskan.
"Ayo bermain dengan Paman. Kita lihat ikan." Taehyung mengulurkan tangannya. Kali ini Jeonghyun langsung menyambutnya sehingga Taehyung bisa segera menggendongnya. "Let's go."
Jeonghyun mengepalkan tangannya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. "Go."
"Aigo, kau sungguh mengatakannya?" tanya Taehyung kemudian mencium pipi Jeonghyun. "Kookie, aku akan membawanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
US (우리)3 ✔️
Fanfic"Aku tidak ingin terkenal, aku hanya ingin appa ada dirumah,"-Jeongsan "Jika ada pilihan lain, aku mungkin akan memilihnya,"-Jungkook