Sejuk sekali melihat suasana pepohonan yang masih asri belum dipenuhi oleh polusi yang bisa merusak organ hati.
Ketika cinta mulai merasuki kehidupan seseorang, maka ia akan merasakan kebahagiaan. Tak hanya cinta dari teman, sodara dan keluarga. Semua yang menyayangi kita dengan tulus dan ikhlas patut kita cintai.
Cinta tak hanya muluk-muluk masalah seputar hati yang sedang mengembara berusaha menemukan siapa pengembaranya?
Suasana kantin saat itu sudah terbilang ramai. Semua murid akan datang kesana untuk menikmati makanan atau hanya sekedar munum untuk mengisi energi yang telah terkuras oleh mata pelajaran yang telah diberikan oleh guru tadi.
Feli duduk melamun di sebuah bangku dengan tatapan mata yang kosong. "Gue jahat banget gak sih?" rancaunya.
Ketika Gabriel dan Keni menolak untuk pergi ke kantin, akhirnya Feli memilih untuk pergi seorang diri. Tidak memperdulikan tatapan orang yang menatapnya dengan berbagai tatapan yang sulit diartikan.
Selama menunggu pesanannya datang Feli memutuskan untuk bermain sosmed yang sudah lama dirinya tidak buka. Bukannya tidak update atau apa, Feli malas untuk mengisi waktunya dengan bermain media seperti itu.
"Jijik banget sih! Untung aja gue gak ketemu sama tu anak. Kalau ketemu udah gue jambak itu rambut!" dengus Feli ketika melihat sebuah postingan salah seorang temannta waktu di sekolah yang lama.
"Permisi dek? Ini pesanannya," ucap bu Kokom yang menyerahkan pesanan dari Feli. Feli lantas menerimanya dan memberikan uangnya kepada bu Kokom. Feli langsung pergi menuju kelasnya dan segera meninggalkan kantin yang memiliki aura gelap di mata Feli.
"Matanya emang minta gue colok!" gerutu Feli, lalu melenggangkan kakinya untuk segera meninggalkan area kantin itu.
Dug...
"Kalo jalan liat-liat!" Feli terkejut lantaran ada orang yang membentaknya. Manik matanya melihat ke arah atas melihat manik mata siapa yang tidak sengaja dirinya tabrak, "owh...ga sengaja," tuturnya secara lirih setelah melihat siapa yang dirinya tabrak. Kedua manik mata mereka saling memandang satu sama lain. Seakan manik nan indah itu mebius keduanya.
Feli tersadar. "Ternyata bener kalau kata yang sulit di ucapkan itu kata maaf dan terima kasih! Minta maaf kek!"
"Gue gak sengaja dan sekarang gue mau pergi, permisi," ucap Feli, namun terlambat lengan terlebih dahulu di tahan oleh Haikal. Haikal-lah yang tidak sengaja di tabrak oleh Feli.
"Minta maaf dulu!" bentak Haikal dengan suara yang sedikit tinggi.
"Gak sengaja!"
"Minta maaf!"
"Gak sengaja."
"Minta maaf."
"Lanjutin aja terus dialognya sampai dunia ini tamat!" sahut Dion yang langsung melenggang duduk di bangku yang kosong itu. "Suka kok gengsi."
"DIEM LO ES BALOK BERJALAN!"
"Salah gue dimana?" protes Dion dengan langsung mengambil ponselnya dan memainkan game-nya.
"Salah lo ikut campur tolol!" Zarco langsung menyenggol lengan Dion dengan geram. "Gue kalah lo yang gue gorok!"
"Es balok ternyata banyak bicara juga, ya? Salut banget gue sama lo, beda da-pfttt." Feli langsung diam dan berniat untuk kabur serta mencari celah untuk bicara lari.
"Namanya juga orang pasti punya kepribadian dan sifat yang berbeda. Bisa aja gue bersikap dingin dan baik sama orang disini dan di luar? Bisa jugakan kalau gue liar dan berteman dengan orang yang salah?" sahut Dion dengan tidak sadar apa yang baru saja dirinya katakan dengan spontan. Zarco dan Haikal takjub melihat Dion yang selalu di panggil es balok oleh cewek culun ternyata bisa banyak bicara. "Ups..gue ngoceh apaan tadi?" alibi Dion yang mulai sadar.
"Bodokamat! Gue mau ke kelas dulu!" pamit Feli. Haikal masih saja memegang lengan Feli, "minta maaf!"
"Gak sengaja!"
"Apa susahnya minta maaf?"
"Gak sengaja. Gue udah bilang gak sengaja!"
"Gedein aja terus itu anu!" sahut Dion yang jengah dengan tingkah keduanya. "Apanya yang di gedein?"
"Nilai mata pelajarannya!"
"Lo sih ambigu!" protes Zarco.
Dreerttt...dreetttt....
Suara dering ponsel itu langsung menarik perhatian mereka. Feli langsung merogoh saku roknya untuk melihat siapa yang menelponnya di jam sekolah begini.
"Lepasin tangan gue! Gue mau ngangkat telpon!" sentak Feli.
"Minta maaf dulu!"
"Nanti dulu ngangkat telpon siapa tau penting!" Haikal dengan terpaksa melepaskannya. "Awas lo kabur!"
Feli langsung tak menghiraukannya dan mengangkat panggilan itu.
"Halo, ada apa, El?"
"Hiks...hiks..." suara tangis itu terdengar oleh Feli.
"Lo kenapa nangis? Jangan bilang kalau?" bola mata Feli sudah memerah dan Haikal serta Zarco melihatnya dengan heran.
"Iya, dia udah! Hiks...hiks..."
Sambungan langsung di putus secara sepihak. Tangan Feli sudah mengepal dengan keras dan air matanya turun membasahi pipinya tanpa disadari. Feli langsung mengusapnya dengan cepat dan langsung melempar makanan serta minumannya ke sembarang arah, lalu dengan segera ia berlari meninggalkan kantin. Banyak pasang sorot mata yang memperhatikannya dengan heran dan penasaran.
"Culun! Suruh minta maaf malah pergi gitu aja. Awas aja lo!" rancau Haikal.
"Awas lo suka sama dia nanti!" goda Zarco.
"Gak akan!"
"Awas nelen ludah sendiri," ucap Dion yang masih sibuk memainkan ponselnya. "Gila aja tu anak buang makanan sama minuman sembarangan!" sambung Zarco.
"Emang cewek aneh!"
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikal dan Feli(END)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU DULU YA:) Kehidupan di SMA Gajahmada begitu tenang dan normal, seperti biasa Haikal and the gang akan selalu menjadi orang yang mereka kagumi karena ketampanannya. Thalia yang selalu mengejarnya namun tak kunjung di notic...