"Hati akan mulai luluh ketika perasaan sudah bernaung di dalam diri manusia."
***
Pagi sekali Haikal sudah berangkat dan tujuannya hanya satu menemui Feli. Semenjak kejadian kemarin membuatnya merasa pusing dan iba akan masalah yang telah ia alami.
Langkah kakinya terhenti ketika melihat seorang menggunakan Hoodie hitam tengah mengikutinya. "Woy! Siapa lo!" teriaknya. Namun, orang itu sudah berlari terlebih dahulu. Karena penasaran Haikal memutuskan untuk mengikutinya dari belakang.
Ia berlari sekuat tenaganya ketika melihat sosok itu semakin menjauh dan akhirnya menghilang.
"Sialan! Siapa tu orang," umpat Haikal ketika kehilangan sosok tadi. Napasnya tersengal-sengal akibat mengejar orang itu. Kalau dia orang baik kenapa harus menghindarinya?
"Ngapain disini lo?" Jantung Haikal ingin loncat detik ini juga ketika mendengar suara dari belakang tubuhnya. "Dion?"
"Ngagetin aja lo njir!" sargahnya. Dehak jantungnya masih berdetak tidak karuan saat ini.
Dion mengangkat sebelah alisnya. "Tumben berangkat pagi? Ada masalah apa lo?" Dion mengenal Haikal sejak lama, jadi ia paham dengan tingkahnya. Kalau bukan karena ada urusan mana mungkin anak mami satu ini berangkat pagi.
"Lomba masih beberapa hati lagi, kenapa berangkat pagi?" ulangnya lagi.
Namun, kalian tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Haikal?
"Lo sendiri kenapa berangkat pagi?" balik tanya Haikal.
Dion terkekeh pelan mendengar penuturan Haikal itu. "Dari dulu emang gue berangkat pagi. Kalau lo lupa," ujarnya.
"Apa gue cerita ke Dion masalah orang tadi? Tapi, kenapa gue ragu sama dia juga?" batin Haikal.
"Anak mami satu ini kenapa diem aja?"
"Stop! Manggil gue anak mami!" protesnya. Telinganya mendadak panas ketika mendengar panggilan itu yang dilontarkan kepadanya.
"Lidah gue udah kebiasaan aja. Lagian lo ngelamun mulu!"
"Lagi pusing kepala gue."
"Minum obat. Gue anterin ke UKS dulu," ajak Dion.
"Kenapa gue ngerasa ada yang berbeda ya?" batinnya.
"Buruan jalannya keburu jam bel masuk bunyi," ajak Dion.
Mereka akhirnya berjalan menuju UKS dan saling mengobrol bersama. Entahlah tapi perasaan Haikal tidak tenang saat ini.
Sesampainya di UKS Haikal bingung sendiri dengan perasaannya kali ini. Kenapa bisa Dion bersamaan dengan menghilangnya sosok tadi?
"On?" panggilnya lirih.
Dion berbalik menatap Haikal dan mengangkat sebelah alisnya untuk bertanya kenapa? Setelah, selesai mengambil obat Paracetamol, Dion kembali mendekati Haikal yang terduduk di tepi brankar itu dengan membawa obat dan air putih.
"Minum dulu," suruhnya dengan menyodorkan obat dan air tersebut. Haikal menerimanya dengan senang hati dan meminumnya.
"Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikal dan Feli(END)
Fiksi RemajaJANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU DULU YA:) Kehidupan di SMA Gajahmada begitu tenang dan normal, seperti biasa Haikal and the gang akan selalu menjadi orang yang mereka kagumi karena ketampanannya. Thalia yang selalu mengejarnya namun tak kunjung di notic...