"Bodoh!" Feli mengumpat dirinya sendiri karena telah memilih jalan ini. Banyak kumpulan anak cowok yang sedang nongkrong di salah satu warung dekat dengan sekolahannya.
"Masa iya gue harus putar balik? Cupu banget!" Feli bermonolog pada dirinya sendiri. Ia tidak mau di katakan oleh orang-orang lagi seperti dulu.
Sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah dasar, mamanya meminta ia untuk membeli garam di warung dekat rumahnya. Namun, banyaknya kumpulan para cowok di warung itu selalu saja menggodanya. Jadi, ia memutuskan untuk putar balik kembali ke rumahnya lagi. Kejadian itu terus berulang sampai mamanya memarahinya karena selalu pulang dengan tangan kosong.
"Mana garam pesenan mama?" Feli bukannya mengulurkan garam yang ia beli malah mengembalikan uang yang diberikan oleh mamanya. Mamanya menatap uang itu dengan heran, tadi ia memintanya untuk membeli garam tapi kenapa malah uangnya kembali?
"Feli puter balik, ma. Soalnya di godain mulu sama cowok disana," adunya. Feli memang cengeng sedari dulu. Tapi, semua itu berubah seiringnya dengan waktu berjalan.
"Udahlah, ma. Mendingan kamu aja kasihan itu anak papa harus digodain mulu," ujar papanya. Papanya berjalan menuju kulkas dan mengambil sesuatu.
"Kamu itu jangan malu sama mereka. Lawan aja itu mereka jangan diem gitu. Kalau kamu diem mereka bakalan suka godain kamu," nasihat papanya.
"Emang bener, pa?" Feli bertanya dengan semangat. Gadis berumur sekitar 8 tahun itu berlari kecil menghampiri papanya yang tengah duduk di meja makan. Ia memeluknya dan mengambil tempat duduk disampingnya. "Kalau kita berani gak bakalan di gangguin?"
Papanya mengangguk sebagai jawaban. "Tapi, kenapa kak Flora gak pernah di suruh ke warung sih, pa? Kenapa harus Feli?"
Papanya diam sejenak dan beralih menatap mamanya. "Sayang, kakak kamu itu udah berani. Sekarang, gantian kamu. Masa iya kakaknya berani adiknya cupu gini?"
Memang Flora kakaknya itu terkenal dengan tomboy berbeda dengan Feli yang sedikit feminim saat itu. "Pantesan aja si Flora itu gampang berantem sama anak cowok," cuap Feli.
"Berantem?"
"Ish, papa jangan salah sangka! Gimana pun juga kita berdua ini primadona sekolah! Gak ada yang berani sama kita berdua. Bedanya cuma aku sering puter balik ada cowok di warung, hehehhe," ucapnya. Ia membuat papanya tersenyum.
Feli kecil beranjak turun dari kursi. "Hati-hati," peringat papanya.
"Sini, ma. Aku beliin garemnya." Mamanya tersenyum akan tingkah anaknya ini.
***
Sesampainya di warung Feli menjadi pusat perhatian para cowok yang suka nongkrong di warung tersebut. Ia dengan saran sejuta jurus papanya yang ia ingat langsung melancarkan aksinya.
"Bude Titik gak pake koma! Aku mau beli garam sama gula terus kopi," ucap Feli.
"Cewek sini gabung sama kita," ucap cowok yang tengah duduk menikmati gorengan itu. Feli dengan cepat dan meninggalkan rasa ragunya itu langsung duduk di sampingnya. "Ada perlu apa kak?"
"Buset! Nih, bocil udah berani kesini?" Cowok berperawakan tinggi datang menghampiri mereka dan duduk di bangku kosong itu. Ia membawa gitar di tangannya. Mata Feli membulat melihat gitar itu. "Kak Juju main gitar geh! Aku yang nyanyi!" seru Feli.
"Bocil pake segala mau nyanyi. Suara Lo aja kaya cacing kepanasan!" Gelak tawa terdengar. "Bodok amat!"
"Dah gak puter balik lagi Lo cil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikal dan Feli(END)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU DULU YA:) Kehidupan di SMA Gajahmada begitu tenang dan normal, seperti biasa Haikal and the gang akan selalu menjadi orang yang mereka kagumi karena ketampanannya. Thalia yang selalu mengejarnya namun tak kunjung di notic...