39. Pertandingan Basket

14 15 22
                                    

Hari tepat pada hari Senin SMA Gajahmada akan melaksanakan tanding basket sesuai dengan jadwal yang sudah diberikan beberapa Minggu lalu. Tentunya Haikal sudah dengan seragamnya begitupun anggota timnya. Dilain tempat Agil sibuk membawa makanan  ringan untuk sajen dirinya menonton. Ah, bukan menonton tapi lebih tepatnya pindah tempat makan.

Haikal dan yang lainnya sibuk melakukan pemanasan hingga tidak terlalu mendengarkan suara riwek dari para penonton, lebih tepatnya untuk penonton wanita. Aura Haikal yang begitu menawan membuatnya menjadi bulan-bulanan kaum hawa itu.

"Cowok kek lo banyak yang suka ya kal?" Patrik menatap heran ke arah para cewek itu.

"Maybe."

"Nggak ada rencana buat jadiin salah satu dari mereka pacar gitu?" kata Zarco yang melihat kerumunan cewek itu. Kalau dilihat-lihat semuanya memiliki kecantikan yang berada di atas rata-rata. Tetapi, anehnya Haikal tidak mau me-notice salah satunya.

"Kalau mau pacarin aja," ujar Haikal. Seolah dirinya tau apa yang tengah dipikirkan oleh Zarco sedari tadi.

Jantungnya mencelos ketika mengingat perkataan Zarco tadi.

"Nggak ada rencana buat jadiin salah satu dari mereka pacar gitu? Kata Zarco yang melihat kerumunan cewek itu. Kalau dilihat-lihat semuanya memiliki kecantikan yang berada diatas rata-rata. Tetapi, anehnya Haikal tidak mau me-notice salah satunya.

"Apa pada mau sama gue?" Zarco bertanya. Dengan suaranya yang sumbang memenuhi lapangan itu seraya terkekeh pelan.

Patrik langsung mendekati Zarco dan menabok pantatnya itu. "Buaya!"

"Pantat suci gue!" pekiknya tidak menerima perlakuan dari Patrik. Sebisa mungkin ia tidak berteriak atau bisa saja akan membuatnya menjadi sumber perhatian.

"Pantat lo itu haram!" celetuk Haikal dengan asal. Cowok itu memiliki pembawaan suasana yang damai dan tenang, namun tidak pernah ada yang bisa menebak bagaimana sifat aslinya.

Pandangan cowok itu mengarah pada bangku penonton yang sangat ramai. Entah, apa yang sedang dirinya perhatikan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat seakan tidak tenang dan gusar.

Melihat gerak-gerik Haikal membuat Dion menghampirinya dan menepuk pelan bahunya. "Fokus pertandingan ini dulu. Kalau ada masalah bisa diselesaikan sehabis selesai pertandingan." Dion kembali melangkah menjauh dari Haikal dan menuju ke agan temannya yang sedang minum.

***

Pertandingan telah dimulai dimana suara teriakan itu semakin riuh ketika Haikal berhasil merebut bola dari tangan Marko. Sorot matanya seperti memancarkan sebuah tatapan tidak bersahabat.

Marko. Sosok pria yang pernah bertemu dengan Haikal bukan? Tapi, sudah lupa mungkin.

Marko adalah pria yang ditampar seorang cewek dengan topi dan baju hitam sewaktu terjadi tawuran di depan gerbang SMA Perwira. Mereka masih mengenal betul bagaimana lekuk wajahnya itu sehingga mudah baginya untuk mengetahui.

Dibangku penonton sudah ramai bisik-bisik para tetangga yang melihat itu. Sedangkan, terdapat dua cewek yang duduk dengan tenang dan memperhatikan pertandingan itu dengan memakan roti. Ya, itu Feli dan Flora. Keduanya menjadi dekat karena memang saudara, tetapi tidak ada yang mengetahuinya kecuali beberapa orang dekat mereka saja.

"Itu bukannya Marko ya?" gumam Flora yang masih sedikit ingat bagaimana wajah cowok itu.

Feli menoleh kearah Flora seraya meminum es miliknya. "Memang. Dia satu sekolah sama Adi anak bi Juni."

Flora hanya mangut-mangut saja mendengar pengakuan itu.

"Gue di tuduh nampar tu orang gara-gara ada tawuran. Padahal gue nggak bakalan ngelanggar perintah bokap." Feli mengambil tisu untuk mengusap bibirnya.

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang