"Masa yang di tunggu akhirnya datang juga. Masa dimana ada senang dan sedih bercampur menjadi satu."
***
Ruang kelas itu nampak begitu tenang. Beberapa muridnya begitu fokus akan soal ujian yang berada di depan mata mereka. Tidak ada suatu halangan yang bisa membuatnya gentar, namun terdapat kumpulan siswa yang begitu bergemuruh di bagian pojok belakang.
Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan ujian untuk menentukan kelulusan mereka nantinya. Inilah akhir dari apa yang seharusnya mereka dapatkan setelah perjuangan penuh peluh dan juga berkat orang tua yang selalu mereka dukung.
"Shut!"
"Berisik."
"Soal ini jawabannya apa?"
"B."
"Thanks!"
Cowok yang memberikan jawaban itu sontak membulatkan matanya. "Heh! Soalnya kan acak bego! Masa iya lo mau jawab itu?!"
"Lagian lo mau ujian ngapa nggak belajar markonah!"
"Ketiduran."
"Alasan banget sih lo!"
"Sabar!"
"Yang di belakang jangan ribut!" tegur pengawas yang duduk di depan." "Kalau sudah bisa langsung keluar saja, jangan malah berbuat hal yang dapat mengganggu konsentrasi siswa lainnya yang belum selesai."
"Lo sih," ketusnya.
Kemudian mereka kembali tenang menghadapi ujian itu walau dengan bibir yang tidak berhenti komat-kamit membaca mantra. Feli yang memperhatikan gerak-gerik mereka hanya tersenyum. Menikmati masa yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan sama sekali.
"Setelah ini kehidupan gue akan segera berakhir," gumam Feli yang masih memperhatikan mereka dan kini kembali fokus pada lembar soalnya lagi. "Gue nggak akan pernah mau berhubungan sama dunia hitam lagi. Sudah cukup semua ini dan sebentar lagi akan segera berakhir."
Haikal terdiam sesaat sebelum fokusnya terpecah saat memperhatikan soalnya dan juga keberadaan Feli. Hatinya seketika menghangat jika melihat gadis itu, tapi masih terselip rasa bingung dengan apa yang terjadi pada gadis itu.
Setelah fokus akan ujiannya kini mereka kembali tidak saling melirik dan memilih untuk berdiam diri di tempatnya masing-masing. Patrik sudah dengan gayanya sendiri yang menopang kepalanya dengan tangan kanan dan pena yang sesekali ia ketukkan di kepala.
Lalu ada Zarco yang sibuk menggerakkan pena dan pensil miliknya seakan sedang balapan dan tidak memperhatikan apa yang seharusnya ia kerjakan terlebih dahulu.
***
Selekas selesai ujian mereka langsung berhamburan keluar dari ruangan itu dan memilih untuk segera pergi ke kantin. Sesampainya di kantin mereka langsung memesan makanan untuk mengisi nutrisi dalam tubuhnya.
"Laparnya perut ini," ujar Agil seraya mengusap perutnya yang terasa sakit karena belum sarapan dan menyebabkan ia tidak fokus dalam mengerjakan ujian tadinya. "Kalau ada yang mau traktir gue doain dia lulus dengan nilai yang memuaskan!"
"Bilang aja lo minta di bayarin anjing!" Zarco menoyor kepala Agil yang membuatnya gedek akan tingkah tidak jelasnya itu. "Kalian semua makan aja biar gue yang bayarin," ujar Zarco seraya mengambil gorengan dan langsung memakannya.
Dion tanpa malu lagi langsung mengambil gorengan dan juga minuman untuk dirinya dan tidak lupa ia mengambil juga untuk Flora. Tingkah lakunya itu yang membuat mereka semua langsung memasang raut wajah curiga dengan keduanya.
"Jangan makan gorengan. Nanti, suara kamu serak," ujar Dion seraya memberikan susu rasa strawberry yang ia ambil dari kulkas. "Minum."
Feli melihatnya dengan malas. Ia menyenggol lengan Flora dan membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. "Satu Minggu lagi baru semuanya selesai. Lo jangan bikin ulah lagi. Gue bingung sama langkah terakhirnya."
Flora mengangguk dan mulai meminum susu yang diberikan oleh Dion. "Lo lihat aja apa yang bakalan terjadi setelah kita pulang sekolah nanti." Setelah mengatakan hal itu Flora tersenyum layaknya orang psikopat dan mulai melirik Feli kembali. "Orang bodoh yang mainnya suka teledor. Dia lupa berhadapan sama siapa dan akhirnya akan seperti apa."
"Kalian berdua ada hubungan apa sama Dion?"
Flora dan Feli saling melirik satu sama lain dan gugup sendiri. Harus apa yang mereka katakan nantinya.
"Mereka saudaraan." Haikal yang menjawabnya dengan tenang, seakan tidak ada halangan suatu apapun. "Satu Minggu setelah ini kita mau perpisahan dan gue mungkin nggak akan bisa terus sama kalian."
"Maksud lo apa sih?" Patrik membalasnya dengan tatapan dingin dan datar berbeda dengan sebelumnya yang selalu penuh dengan keceriaan.
Haikal melirik Dion sebelum menjawabnya. "Kita bakalan pisah. Memangnya lo mau terus di SMA?"
"YA NGGAKLAH!"
"NGGAK USAH NGEGAS DUGONG!"
"BAU MULUT LO!"
"ENAK AJA LO! BAHKAN KENTUT GUE JAUH LEBIH WANGI DARI JIGONG LO!"
"DIEM!" Feli melihatnya dengan muak. "Lo berdua bisa diem nggak sih? Kayak anak kecil aja lo berdua berantem adu mulut!"
***
Sepulang sekolah Haikal langsung menarik lengan Feli dan segera mengajaknya menjauh dari lingkungan sekolah. Perasaannya mendadak tidak enak saat beberapa hari terakhir ini. Feli yang ditarik tangannya hanya bisa mendengus kesal, lantaran tidak ada satu patah kata pun yang Haikal lontarkan.
Langkah kaki mereka berhenti di depan gedung tua yang terlihat tidak pernah terpakai. Sudut bibir Feli sedikit berkedut bingung akan hal ini. "Lo mau ngapain gue?"
Haikal yang mendapatkan pertanyaan itu sontak melirik Feli dengan tangan yang masih setia menggenggamnya. "Menurut lo, siapa yang udah berhasil buat Flora putusin kak Tristan?"
Setelah pertanyaan itu keluar, Feli tidak langsung menjawabnya, lantaran ia masih berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh cowok ini.
"Lo tau kalau Flora ada hubungan sama Dion kan? Terus kenapa lo biarin mereka menjalin hubungan, sedangkan kakak gue harus menderita?!" bentaknya.
Tidak sesuai dengan apa yang Feli pikirkan sebelumnya. Apakah akhir kisah ini begitu pelik seperti ini? Kenapa Haikal tiba-tiba marah?
Feli menetralkan detak jantungnya agar bisa tenang. "Maksud lo?" Sebelah alisnya terangkat meminta penjelasan. "Flora mau putus dari Tristan atau nggak, itu bukan urusan gue! Itu hubungan mereka dan gue nggak berhak buat ngelarang mereka."
"Lo sebagai pacar gue, kenapa malah nuduh gue yang nggak-nggak?!" Feli mengepalkan kedua tangannya erat. Persetan dengan kebohongan ternyata hanya akan menyiksa batin dan hidup tidak tenang saja. "Lo sebenarnya suka dan cinta beneran sama gue apa nggak sih?!"
"Kalau memang lo cinta dan sayang sama gue. Setidaknya hargai perasaan gue dan jangan buat gue sakit! Atau niat lo jadiin gue pacar, cuma agar lo bisa nyakitin gue?!"
"Gue ini cewek yang memang urakan dan jauh dari kata feminim! Tapi, gue masih punya harga diri!"
"G-gue ...."
Haikal kesulitan untuk mengatakan semuanya. Seakan rasa bersalah menyelimuti dirinya saat ini. Kala Haikal ingin mengatakan sesuatu, Feli sudah lebih dulu menyelanya.
"Bahkan, saat semua orang yang kita sayang pergi. Mungkin lo nggak akan percaya sama apa yang gue bilang. Lo masih punya nyokap dan adik perempuan lo itu dengan nyawa yang masih ada. Sedangkan, kalau lo telat maka nggak sampai 3 jam mereka akan pergi jauh dari lo!"
"Orang yang lo anggap baik dan penuh kasih sayang sama lo selama ini. Ternyata adalah orang yang paling berbahaya dalam hidup lo!"
"Maksud lo?"
"Mereka akan menghabisi orang tua palsu dan juga nyokap serta adik lo!"
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikal dan Feli(END)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU DULU YA:) Kehidupan di SMA Gajahmada begitu tenang dan normal, seperti biasa Haikal and the gang akan selalu menjadi orang yang mereka kagumi karena ketampanannya. Thalia yang selalu mengejarnya namun tak kunjung di notic...