52. Perubahan

6 3 0
                                    

"Sebuah pengkhianatan lah yang membuatku tidak mudah untuk percaya dengan orang lain." -Felisa Leona Adelard.

***

"Kita memang partner dalam segala hal. Namun, tidak akan ada yang mengetahuinya." -XXX

***

Haikal berjalan dengan menaikkan sedikit dagunya. Matanya menatap ke depan. Tatapannya sudah berubah tidak seperti biasanya, akan tetapi masih saja penuh aura yang membuatnya begitu tampan. Bukan hal yang mudah untuk membuat seorang perempuan suka kepadanya. Kini, semuanya akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Sengenge, sinar matahari yang sudah mulai naik membuat tumbuhan yang berada di sekitarnya juga ikut tersinari dengan begitu indahnya. Koridor kelas yang masih sepi di dominasi dengan langkah kaki murid lainnya.

"Anak mami?!" Suara itu membuat langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang. Didapatinya Patrik dan juga Agil yang sengaja menggoda Haikal dengan panggilan itu. Haikal malas dengan hal itu dan memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya.

"WOY!"

Agil dan Patrik sudah berlari menghampiri Haikal yang dengan mudahnya mengabaikan mereka.

"Lo ngapain kok ngabaiin kita berdua?" Patrik bertanya kepada Haikal dengan tangannya yang sudah merangkul bahu Agil. "Kita berdua mau ngajak lo ngobrol!"

"Ngomong aja disini," ujar Haikal terlewat malas.

"Anjir! Mulut sama muka lempeng aja terus!" Agil menggerutu akan tindakan Haikal.

"Lanjutkan!" Haikal malah menyuruh Agil untuk melanjutkan apa yang ia ingin katakan.

"Lo masih kepo sama kematian Marko nggak sih?" Agil kembali bersuara. Meski respon dari Haikal begitu menyebalkan dan masih menguras energinya.

"Maksudnya?"

"Lo nggak ada curiga gitu sama seseorang?" Patrik balik menimpali percakapan mereka.

"Curiga sama siapa?"

"Bego! Kalo bego, jangan berkepanjangan anjing!" Agil mendengus kesal dengan tingkah Haikal. "Muka polos nggak jamin kalau dia baik dan nggak patut untuk di curigai!"

"Maksudnya siapa?" Haikal jengah dengan kedua cowok di sampingnya ini. "Ngomongnya jangan setengah-setengah!"

"Gue curiga kalau yang bunuh Marko itu si Gabriel atau nggak Thalia!" Patrik mengeluarkan pendapatnya secara ceplas-ceplos tidak jelas. "Secara tuh dua cewek bikin gue bebel!"

"Apa motif mereka?" Haikal menghentikan langkah kakinya dan menatap kedua temannya. "Jelasin!"

"Insting gue begitu tinggi! Tapi, masalah motifnya apa gue nggak tau!"

Patrik menoyor kepala Agil dengan geram. "KALAU MAU CERITA, CARI DULU ITU BUKTINYA!"

"CERITA KEK TAI AYAM AJA LO!"

"BERISIK!" Haikal menutup kedua telinganya saat makhluk tak kasat mata itu saling beradu bacot.

Haikal menatap keduanya dengan galak. "Bilang mau mati kapan?!"

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang