25. Kok bisa?

13 12 5
                                    

Haikal telah selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Ia menyugarkan rambutnya ke belakang dan mengeringkan rambutnya yang basah. Tubuhnya tampak lebih segar dan aura di wajahnya bertambah seketika ketika buliran air masih berjatuhan di wajahnya.

"Seger banget asli!" gumamnya. Ia menaruh handuknya dan langsung berjalan keluar kamar untuk mengambil minuman. Namun, langkah kakinya terhenti di kamar yang terletak di sampingnya. Seperti ada suara seseorang.

Karena penasaran ia menghampiri kamar itu.

"Besok deh gue kesana. Tapi, kalau suruh pulang belum mau gue!"

"Pokoknya bilang jangan temuin gue dulu sebelum gue tenang. Lagian aman kok gue! Lo gak usah sok peduli deh, lagian Lo gak ada hubungannya sama gue!"

"Jangan cerita ke siapapun kalau Lo tau gue!"

Haikal seperti mendengar orang sedang bergumam di dalam sana. Penasaran menyelimuti pikirannya ia nekat membuka kamar itu.

Ciett ...

"Lo ngapain disini?" ucap Haikal.

Feli terpelonjak kaget mendengar suara Haikal yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. "Lo ngapain?" Feli heboh sendiri karena dirinya hanya sedang menggunakan tank top berwarna hitam. Dengan cepat ia menarik selimut yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuhnya.

"Mau modus Lo ya?" tuduh Feli. Tatapannya sudah berubah saat ini. "Balik badan dulu kalau mau ngomel! Gue pake baju!"

Haikal merotasikan bola matanya dan berbalik badan terlebih dahulu. "Anak culun sok belagu!" gumamnya.

"Gue denger!" Feli segera memakai kaos oblong berwarna hitam polos dan mengikat rambutnya asal. "Udah balik badan gue udah tertutup!"

Haikal membalikkan badannya. "Ngapain lagi disini?"

"Gue mau nginep lagi disini! Besok baru gue pindah ke rumah Tante gue!" jawab Feli dengan santai dan tersenyum. Mana mungkin ia bersikap jutek di rumah orang bisa-bisa kena usir deh.

"Mami Lo udah ngizinin gue kok. Lagian syarat buat Lo masih gue bikin dan besok Lo harus nurutin kemauan gue!" Feli tersenyum penuh kemenangan.

"Apa syaratnya? Demi kakak gue bisa pulih lagi bakalan gue usahain."

Terbesit rasa bersalah di dalam hati Feli karena sudah berbohong kepada Haikal. Ia tahu kalau Tristan tidak amnesia tetapi ia juga butuh bantuan Haikal untuk mengantarnya ke suatu tempat yang ia tidak bisa kesana sendiri.

"Maafin, gue udah bohong. Sifat Lo sama kayak dia tapi gue gak mau Lo ngalamin nasib yang sama kayak dia!" batin Feli menatap Haikal dengan penuh iba.

"Gak banyak kok. Ada 3 atau 4 gitu."

"Banyak banget njir!" protes Haikal.

"Yaudah kalau gak mau!" Feli kembali berkutat pada ponselnya. "Keluar sana gue mau tidur!"

"Ini rumah gue!"

"Tamu adalah ratu!"

"Tamu adalah babu!"

Feli menatap Haikal jengah. Kenapa selalu menjawab sih. "Sejak kapan tamu itu babu?"

"Semenjak Lo tamunya!" Haikal menatap Feli jengkel bercampur malas. Cewek itu sangat berbeda dengan yang lainnya. Bagaimana tidak? Dia tidak ada malunya sama sekali dan takut dengan siapapun.

Cewek itu tidak pernah mau mengalah dan mau menang sendiri.

Feli mencibir. "Kalau gitu sekarang tamu adalah tamu dan gak ada istilah raja atau ratu!"

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang