44. Korban pembunuhan

14 10 0
                                    

Hari ini sungguh berbeda dari biasanya. Jika, Haikal terlihat tampan maka hari ini lebih tampan lagi. Auranya berbeda dari sebelumnya. Namun, ia tetap sama hanya saja penampilannya yang berbeda. Jiwa badboy-nya keluar seketika.

Anjing!

Ganteng banget parah!

Anak siapa itu?!

Mak anakmu ingin pacar atau lebih jodoh kek gitu gantengnya! Tapi, jangan ikutin akhlaknya!

Rahimku anget mas!

I love you!

Tolong itu jangan senyum! Bisa meninggoy gue!

Begitulah beberapa teriakan yang terlontar dari bibir siswa SMA Gajahmada. Haikal menjadi primadona yang sangat mereka kagumi.

Namun, pandangan mereka teralih kepada cewek yang berjalan disampingnya dengan rambut terurai dan ada jepit rambut di sisi rambutnya yang cantik. Tatapannya kosong dan wajahnya polos. Perpaduan hang cocok untuk keduanya.

Sakit hati gue udah ada pawangnya!

Sleding aja kuy!

Nikung di perempatan boleh gak sih?

Anti mainstream kalau di perempatan!

Terus gimana dong?

Di sepertiga malam anjay!

Flora yang berjalan di apit kelima cowok tampan itu hanya menghela napasnya dan berusaha acuh. Ingatannya tertuju pada Tristan yang pernah memperlakukannya sama seperti ini dulu. Namun, semua itu hilang karena Tristan tidak mau mengakuinya.

"Tristan kapan kamu mau percaya kalau aku ini Lio!" Flora berteriak dalam hatinya dan dia sangat rindu pada Tristan.

Namun, langkah mereka terhenti saat ada siswa yang menggunakan kacamata berlari kencang seperti orang yang sedang ketakutan.

"TOLONG!"

"TOLONG!!!"

"ADA MAYAT DI BELAKANG GEDUNG. TOLONG!"

Mereka semua melebarkan matanya kala mendengar ada mayat?

"Mayat siapa anjir?!" Patrik bingung sendiri karena sebelumnya tidak pernah ada kasus seperti ini.

Agil bergidik ngeri membayangkan ada mayat di sekolah ini. "Gue nggak sanggup kalau harus sekolah disini lebih lama. Kenapa bisa ada mayat? Berarti disini ada pembunuhnya?"

"Astagfirullah! Nyebut guys! Jangan sampai kita mati belum sempet tobat!" Patrik memeluk lengan Agil karena merasa takut. Agil menepis tangan itu dengan kesal.

"Gue masih normal opet!" Agil menatap tajam kearah Patrik.

"Patrik, Agil bukan opet!" Patrik mengoreksi perkataan Agil.

"Gue panggil lo opet sekarang!"

"Mamak gue belum bikinin tasyakuran buat ganti nama gue!"

"Kalian diem aja sih! Ribut mulu," protes Zarco.

"Agil nyebelin!"

"Oleg yang duluan!"

Haikal sempat berpikir akan hal ini. Namun, siapa yang sebenarnya sudah menghabisi siswa itu?

"Kesana sekarang!" Haikal berjalan lebih dulu untuk melihat kerumunan itu.

***

Kerumunan siswa dan siswi itu membuat Haikal lebih penasaran lagi karena tidak pernah ada kasus seperti ini sebelumnya.

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang