58. Kehilangan

16 2 0
                                    

"Setidaknya percaya sedikit saja dengan sebuah peringatan. Jangan biarkan semua itu hanya kau anggap sebagai angin dan berakhir dengan menyakitkan hati dan hidupmu."

***

Waktu menunjukkan tinggal 30 menit lagi untuk Haikal sampai di rumah. Cowok itu masih saja tidak menghiraukan peringatan dari Feli tadi sepulang sekolah. Namun, ia tetap santai dengan masih mengulur waktu untuk bisa segera sampai di rumahnya.

Motor yang dikendarai oleh Haikal melaju dengan santai melewati begitu banyak tempat ramai. Matanya melirik ke arah spion yang menampakkan beberapa motor sudah mengikutinya menuju jalanan yang terbilang cukup sepi. "Siapa lagi mereka?" gumamnya seraya terus melirik ke arah belakang dengan beberapa motor itu yang tidak berhenti mengikutinya. "Gue nggak ada masalah sama mereka. Kenapa mereka ngikutin gue anjir?!"

Seketika Feli mengingat perkataan Feli yang diberikan untuknya.

"Bahkan, saat lo tau Tristan itu mau bunuh lo! Lo masih aja baik sama dia? Lo nggak ngerti gimana rasanya kehilangan orang yang paling lo sayang!" Feli menatap Haikal yang masih setia memperhatikan dirinya. Bahkan, cowok itu seakan tuli dengan setiap perkataan dari Feli.

"3 jam dari sekarang kalau lo masih mau lihat adik perempuan dan mami lo hidup, mendingan sekarang lo pulang dan selamatkan mereka. Sebelum akhirnya Tristan bunuh mereka dengan alasan ada perampokan di rumah lo!" Feli mengusap wajahnya dengan kasar. Ingatan tentang bagaimana pembantaian itu terjadi muncul di kepalanya. Kejadian saat orang tuanya di tembak secara nyata oleh seorang pemuda yang membuat Feli nekat untuk masuk ke dalam lingkaran jalan kegelapan ini. "Buruan lo pulang bego!" teriak Feli terlihat sangat frustasi.

"Gue nggak bohong sama lo! Kalau memang lo masih mau hidup sama mereka cepet pulang! Kalau nggak terserah!"

Haikal masih memikirkan semua perkataan Feli itu. Kepalanya pusing memikirkan semua hal ini. Setelah selesai ujian bukannya merasa tenang malah merasa semakin pusing tujuh keliling. "Anjing!"

"WOY! BANGSAT!"

"BERHENTI LO ANJING!"

***

Dion menatap Feli dengan bingung. Cewek itu semakin membuatnya pusing saja, terlebih terasa aneh saja saat cewek itu terlihat pendiam seperti saat ini. Sedangkan, Flora yang sibuk makan es krim hanya tersenyum simpul memperhatikan Feli dari posisinya duduk saat ini.

Flora berdeham pelan membuat Feli buyar akan lamunannya. "Kenapa lagi lo? Masih mikirin Haikal?" tebakan Flora tepat pada sasarannya. Namun, satu hal yang membuatnya bingung itu kenapa Feli bisa seperti ini?

"Cerita sama kita. Jangan sampai lo gila mikirin hal ini sendirian. Belum juga nikmatin cuan, masa iya mau meninggal karena gila?" Dion berucap tanpa ada rasa sungkan kepada Feli.

"Lo yang gila," ujar Feli kesal.

Flora terkekeh mendengarnya. "Bukannya bos kita bokapnya Haikal? Sabilah kita usai sekarang," celetuk Flora dengan memasukkan satu sendok terakhir es krim ke dalam mulutnya. "Nggak perlu sampai usai."

"Beloon kok lo pelihara sih!" Feli mengumpati saudara nya itu dengan bebal. "Kalo itu tujuan awalnya udah dari lama selesai. Masalahnya ini tentang Tristan yang harus segera usai. Lagian heran gue, kok lo mau sama dia?!"

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang