29. Cemburu

14 7 0
                                    

"Cemburu itu hal yang wajar. Tetapi, cemburu kepada dia yang belum memiliki ikatan dengan kita bagaimana?"

#HaikalTheoRajawali

***

Suasana kelas saat itu sangat sepi memudahkan dan menyenangkan bagi siswa yang ingin menyendiri. Sepi, sunyi dan tenang tidak ada gangguan. Suara kipas angin yang bisa terdengar disana.

Saat ini pikirannya hanya sedang berlabuh pada satu orang yaitu Feli. Cewek itu seakan sudah masuk kedalam hidupnya dan sulit untuk dikeluarkan. Aneh memang aneh jika dipikirkan kembali.

"Kenapa sih sama otak gue!" Haikal menjambak rambutnya frustasi. Tiba-tiba saja perkataan dari orang tua Feli tadi malam masih melekat dengan sempurna di otaknya. "Gila gue lama-lama! Kenapa harus muncul dia sih?"

"Apa Lo lihat-lihat? Gue lempar ke coberan lu!" ucap Haikal tidak santai menatap teman sekelasnya yang memperhatikan dirinya seperti tidak suka.

Kini hanya membuka lembaran buku yang ia bawa tanpa tujuan yang pasti dan jelas. Seketika hilang sudah mood-nya saat ini. "Kosong banget hati gue kayak lembaran buku yang gue punya. Tanpa ada torehan pena dan juga noda."

***

"Feli? Kamu mau kemana?" Gabriel berlari kecil menghampiri Feli yang sudah berjalan ingin keluar.

"Mau ke kantin. Mau ikut?" ajaknya. Namun, sepertinya bukan hal itu yang ingin dirinya katakan. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bersama. "Atau ada urusan?"

Gabriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mau nitip sesuatu boleh?"

Bingung dengan maksud Gabriel, Feli memilih diam dan tidak menyahuti dulu. "Nitip ini buat Dion," ucapnya sembari memberikan sebuah kotak kecil kepada Feli.

Dengan baik dan senang Feli menerima kotak itu. Tidak tau apa isinya tetapi membantu tidak bersalah kan?

"Lo suka sama Dion?" tebak Feli. Namun, Gabriel menggelengkan kepalanya. "Cuma mau nitip aja. Gak boleh ya?"

Eh, Feli menjadi tidak enak sendiri. "Boleh kok. Nanti, gue kasihin."

"Thanks!"

"It's okay!"

Feli kembali berjalan keluar membawa koyak kecil itu. Sembari berjalan ia menimang-nimang apa isi kotak itu. Sampai-sampai tidak memperhatikan jalan saat berjalan.

Dug ...

"Kalau jalan pakai mata dong!"

"Anak culun?"

"Anak mami?"

"Dunia ini sempit banget sih!" tanpa sadar keduanya mengucapkan kalimat secara bersamaan dan sama pula. Mereka menjadi pusat perhatian dengan suara menggelegar milik Feli tadi. "Lo!"

Keduanya menghela napas berat. Mereka menimang apa yang ingin dikatakan. "Lu!" Lagi-lagi bareng dan membuat keduanya kesal sendiri.

"Lo dulu!"

"Lo dulu!"

"Anak culun jangan bantah!"

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang