42. Keni

7 9 0
                                    

Prasangka mereka kian mekuat ketika melihat bukti yang diberikan oleh Marko. Mereka semua sempat tidak percaya dengan hal itu namun semua bukti menunjuk padanya.

Masih terselip sedikit rasa penasaran pada Keni dan apa sebenarnya tujuan dari dia melakukan hal ini.

"Gue masih nggak nyangka kalau Keni yang terlihat cupu ngelakuin semua ini!" Feli mengeratkan kedua tangannya Yangs udah mengepal. Sudah lama ia tidak mengeluarkan semua amarahnya pada orang dan kini ia menemukan samsak untuk menghajarnya.

"Kayak lo nggak aja Leo!" goda Flora yang senang melihat Feli marah. Menurutnya ada sedikit hal yang menarik dalam diri Feli yang sangat menggemaskan.

"Beda dong! Gue cuma penampilannya aja yang culun tapi aslinya gue itu bisa lebih jahat dari mereka."

"Lo ngapain juga Pake kayak gitu? Agak bagusan dikit kek kalau mau nyamar!" Haikal menghilangkan kedua kakinya dan meneguk minuman kalengnya. Tenggorokannya terasa panas dan sangat dingin ketika sudah ia siram menggunakan air.

"Seneng banget lo jadi bahan cemoohan orang," lanjutnya.

"Pertama kali gue ketemu kakak kayak gini. Lagian gue mau rasain gimana sih rasanya di bully."

"Mau sampai kapan lo mikirin kakak? Move on dong! Sampai lebaran monyet lo nggak akan pernah ketemu dia lagi!"

"Kembarannya masih ada. Tapi, beda banget sama kakak. Cuma bikin gue gamon doang." Feli meletakkan kepala diatas meja dengan malas. Matanya memejam.

"KENI!" teriak Feli membuat Flora dan Haikal terjengkit kaget serta Marko yang baru saja datang langsung memegangi dadanya.

"Anjing lo pada! Gue kaget anjing!" Marko baru datang sudah mengumpat semua kebun binatang.

"Anjing teriak anjing!"

"Babi lo!"

"Babi itu lucu, imut, gemoy!"

"Gemoy palak lo botak!"

Marko berjalan mendekati mereka dengan membawa kantong kresek. "Makan dulu guys!"

"Kirain lo bawa bukti anjir!" Flora menghela napasnya berat. "Lama gue nggak makan bareng sama kalian. Bang Juju nggak ikut lo?"

"Bang Juju sibuk antar jemput Mbak Rina di depan gang." Feli menyahut dengan malas. Mengingat jika cowok itu pernah menggodanya.

"Anjir! Masih inget aja lo cil!"

"Gue pernah ketemu dia waktu itu. Sepulang sekolah tapi gue males ketemu nanti otak kriminal gue ketahuan lagi bahaya." Tangannya langsung merogoh kantung plastik itu dan mengambil camilan.

"Buktinya ada kok. Tenang aja tinggal tunggu beberapa hari buat bongkar semuanya." Marko memakan es krim yang ia beli tadi. "Flo? Jangan lupa sama hubungan spesial kita."

Feli tersedak mendengar hal itu. "Hubungan apa anjing!"

"Nggak usah ngegas juga babi!"

"Ngajak gelut lo!"

Sedangkan, mereka bertengkar maka Haikal sibuk memandangi sebuah foto cantik di ponselnya. "Maaf," gumamnya.

Flora yang melihat raut sedih Haikal lantas menepuk pundaknya. "Semuanya bakalan terbalaskan."

***

Sepulang dari pertemuan tadi Haikal mendatangi sebuah rumah yang jauh dari kata sederhana. Bangunan besar yang terlihat biasa dari depan namun terlihat begitu mewah di dalamnya. Siapapun yang melihatnya akan merasa terpesona.

Lantas terlihat Haikal yang tengah berbicara dengan seseorang berpakaian serba hitam itu dan langsung masuk ke dalam. Langkahnya terus mengelilingi rumah ini. Hingga akhirnya ia sampai di sebuah tempat yang ia tuju.

"Boleh saya berbicara dengan Anda?" Haikal yang masih berada di ambang pintu tidak masuk karena terlihat orang di dalam sana sedang sibuk dengan laptopnya.

Pria yang duduk di meja dengan wajah tertutup laptop hanya mengangguk. Ketika sudah diperbolehkan masuk akhirnya Haikal melangkah ke dalam.

"Saya ingin bertanya apa anda mengenal gadis kembar bernama Feli dan Flora?" Haikal bertanya pada pria itu. Rasa penasarannya pada twins membuatnya tak mampu menghilangkan rasa negatifnya pada mereka.

"Apa urusanmu?"

"Saya hanya ingin tau. Bagaimana mereka bisa terlihat menjadi banyak pribadi?"

Pria itu tertawa mendengar penuturan Haikal. "Setiap manusia memiliki topeng pada wajahnya lebih dari satu. Belum tentu yang baik padamu akan terus baik dan sebaliknya. Karena manusia akan selalu ada saatnya berada pada masa buruk dan terpuruk serta masa bahagianya."

"Cari taulah sendiri, karena mereka tidak seperti apa yang terlihat."

Haikal berdecak sebal. Dengan rasa penasaran ia keluar dari ruangan pria yang sedari tadi sibuk mengotak-atik laptopnya.

***

Berkat bantuan Marko tadi membuat twins menjadi saling membantu. Mereka saling tersenyum menatap satu sama lain. Namun, tidak akan ada yang paham dengan senyuman mereka saat ini. Jauh dari akal sehat jika mereka itu gadis biasa. Nyatanya mereka menyimpan banyak rahasia yang tidak diketahui orang lain.

"Nggak mudah buat tau semua masa lalu orang yang terkenal Kelam!"

***

Dion, Patrik, Agil dan Zarco kini berada pada sebuah pemakaman umum yang terlihat sepi. Meskipun, mereka sedikit takut akan suasana ini, tapi sebisa mungkin mereka mengabaikannya.

"Kita kesini mau ke makam siapa? Kayaknya teman kita nggak ada yang meninggal," ujar Patrik bingung. Bulu kuduknya meremang ketika angin berhembus begitu saja. Ia memegangi tubuhnya yang merasa dingin dengan maha yang selalu mengedarkan pandangannya.

Dion yang berjalan dengan wajah lempengnya hanya diam gak menjawab. Namun, semakin banyak celotehan ketiga makhluk itu membuatnya tidak tahan. "Saudara gue yang belum lama meninggal. Kalian ingat waktu gue nggak sekolah waktu itu?" Ketiganya mengangguk.

"Gue datang ke proses pemakaman saudara gue ini. Udah lama kita berdua nggak ketemu dan sekalinya ketemu kayak gini." Mereka memandangi Dion dengan tatapan yang ikut sedih.

"Semoga lo tabah ya?"

"Makasih."

"Cewek atau cowok?"

"Kalau cewek mau lo ajak pacaran?"

Agil melotot mendengar perkataan Dion. "Ini kuburan jangan aneh-aneh!"

"Cowok."

"Namanya?"

"Baca sendiri." Dion langsung duduk dan menaburkan bunga diatasnya tak lupa ia mendoakan saudaranya itu. Selepas itu ia segera berdiri untuk segera beranjak dari tempat itu.

"Kalau kalian mau disini lebih lama gue duluan," ucapnya.

Mereka bertiga yang masih kesusahan membaca tulisan itu hanya bisa menghela napas berat. Mereka lantas berlari mengejar Dion yang jaraknya sudah cukup jauh.

Patrik yang berlari tidak sengaja menginjak salah satu makam dan berteriak. "Maaf! Tolong!"

***

TBC

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang