40. Labrak

20 16 19
                                    

Setelah kejadian kemarin membuat Flora dan Haikal menjadi semakin dekat. Keduanya ingin saling bekerja sama dan membuktikan bahwa tuduhan yang tidak benar itu memang salah.

Kini Flora berangkat bersamaan dengan Haikal yang mana cowok itu menjemputnya tepat di depan rumahnya. Kedatangan Haikal tadi tentu menimbulkan tanda tanya besar dalam benak papa Flora.

"Kamu bukannya pacar Leo? Eh, maksudnya Feli?" Ade bertanya pada Haikal setelah cowok itu mengatakan ingin berangkat bersama Flora bukan Flora.

"Bukan."

"Tapi, saya sudah setuju kalau kamu itu jadian sama Leo. Lio itu nggak mungkin akan bisa berpaling sama mantan pacarnya itu."

Haikal hanya tersenyum simpul. Siapa yang suka dengan Flora?

"Papa ngapain disini?" Flora datang dengan menggunakan tas berwarna pink dan rambut yang ia biarkan terurai dengan jepit bunga melati di rambutnya menambah kesan indah.

"Feli mana?"

"Baru mandi. Katanya nanti mau berangkat bareng Adi."

"Kalian pacaran?"

"Nggak!"

Flora terkekeh pelan ketika mengingat percakapan pagi tadi. Serasa menjadi pengganggu hubungan orang saja.

"Sorry, gue tadi nggak bermaksud apa-apa. Cuma ngakak aja lihat bokap gue kayak gitu. Sayangnya dia nggak ngerestuin hubungan gue sama Tristan." Flora tersenyum kecut. "Pertahanan hubungan lo sama adik gue. Jangan sampai lo hianati kepercayaan dari bokap."

"Gue nggak suka sama Culun!" elak Haikal.

"Dia itu cantik dan nakal asal lo tau! Jangankan lo!" tunjuknya tepat di depan wajah Haikal. "Nggak ada yang bisa ngalahin dia dalam balapan!"

"Sayangnya gara-gara itu dia jadi banyak musuhnya. Banyak yang gak suka sama dia dan berusaha nyelakain dia. Untung aja bukan dia yang pakai motornya waktu itu, kalau enggak mungkin udah di atas sana dia bukan kakak."

Haikal semakin bingung dengan ucapan Flora dan Feli yang menyebut kata kakak! Sebenarnya kakak itu siapa? Dan apa hubungannya dengan sosok yang ia temui waktu itu?

"Bokap lo restuin hubungan lo sama Tristan. Gue denger sendiri tadi," tutur Haikal, ia segera meletakkan tasnya di bangku.

Flora ikut duduk disampingnya dengan tatapan tidak percaya. "Lo nggak bohong kan?"

"Tampang gue kelihatan bohong?" Haikal menaikkan sebelah alisnya.

Flora terkekeh, "gue tau manusia itu penuh dengan topeng wajahnya. Jadi, gue paham gimana sifat dan wataknya. Asal lo tau, kalau gue tau siapa bokap lo! Seorang mafia yang keberadaannya tidak diketahui siapapun dan hanya orang terpilih yang tau."

Tentu pernyataan itu menyita perhatian Haikal. Bagaimana ada yang tau masalah ini selain keluarganya.

"Semua orang nganggap dia udah nggak ada, tapi asal lo tau! Kalau sebenernya satu keluarga lo nyembunyiin kehidupan dia demi keselamatan kalian semua."

"Ada orang yang nggak suka dan itu ada di dekat kita yang mana dia sama dengan orang yang udah bikin wajah gue kayak gini. Tapi, gue seneng karena wajah gue jauh lebih cantik dari Leo."

"Kenapa lo manggil dia Leo?"

"Nama dia. Kalau di rumah gue dipanggil Lio dan dia Leo. Sedangkan diluar ada panggilan khusus dimana nggak semua orang tau."

Haikal semakin penasaran dengan kembar ini. Terlalu banyak teka-teki dalam diri keduanya.

"Anak mami!"

Haikal menoleh kebelakang sudah terdapat Feli yang berkacak pinggang. Ia melangkah mendekati keduanya dengan tatapan datar.

"Maksud lo apa sih?" Haikal mengerutkan keningnya tidak paham. "Kenapa lo deket-deket sama Lio! Lo nggak tau apa kalau tu Tresno selalu nganggap gue Flora!"

"Gue ini Feli bukan Flora! Butuh bukti apa lagi yang harus gue tunjukkin!" Feli sudah frustasi hingga banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya.

"Leo? Jangan marah disini!" bisik Flora. Ia tidak ingin ada yang tau masalah ini, sebab kemarin Marko sudah memberitahu mereka bahwa orang yang mereka cari ada disekitar mereka sendiri bahkan dekat.

"Bodoh banget lo! Dasar anak culun!" umpat Haikal kesal dengan tingkah cewek satu ini.

"Bilangin sama kakak lo yang nggak jelas itu!" Feli menyahut minuman milik Flora dengan santai lalu meletakkannya kembali dan meminjam ponsel milik kembarannya itu. Semuanya memperhatikan dirinya dengan tatapan aneh. "Lio? Punya nomornya bang Juju nggak?"

Flora langsung berdiri dan menarik tubuh Feli ke belakang agar tidak ada yang mendengar perkataan mereka. "Mau ngapain lo minta nomornya bang Juju?"

"Gue mau main bareng mereka lagi. Bosen lempeng banget idup gue!"

Plak

Satu tamparan mengenai pipi Feli dengan keras. Hal itu membuat Feli menggeram sakit hati ditambah fisik. Gabriel langsung masuk dan memegangi tubuh Feli agar tidak marah.

"Jangan marah Feli." Gabriel yang sudah lama tidak bersama Feli entah kenapa kini malah mendekatinya lagi.

Feli mengabaikan hal itu karena tujuan utamanya bukan mencari tau alasan kenapa Gabriel berubah. Tetapi, ia harus mencari dalang dari siapa yang sudah membuat kakaknya tiada.

"Lo kenapa datang kesini? Bukannya udah lama lo nggak bareng gue?" Gabriel melepaskan pegangannya dan menunduk. "Sorry, gue lagi nggak mood aja. Jadi, takut lo kena aja."

Feli mengibaskan tangannya acuh.

"Maksud lo nampar gue apa bitch!" Feli sudah tidak tahan melihat wajah Thalia yang sok berkuasa.

"Gue udah peringatan kalau jangan dekat-dekat sama Haikal!"

"Budeg lo ya?" imbuhnya.

"Gue nggak pernah deket sama dia!" bentaknya.

Thalia menjambak rambut Feli dengan kencang dan menimbulkan suara riuk akan hal itu. Tidak tau darimana datangnya Tristan yang kini sudah berada di tengah mereka.

"Jangan ganggu pacar gue!" tekannya pada kata 'pacar'.

Feli tidak tahan dengan drama ini sekarang. Mungkin ia akan berubah setelah apa yang terjadi.

Ia menggerakkan kakinya tidak tenang dan melihat air mata Flora hendak jatuh. "Gue bukan pacar lo!"

"Asal lo tau! Gue nggak akan pernah mau punya pacar bejat kayak lo!"

"Maksud lo apa?"

"Lo udah punya pacar dan katanya lo mau nyari dia! Giliran udah ketemu lo nggak mau ngakuin dia!" Feli sudah geram dengan Tristan.

Thalia hanya cengo. Niatnya untuk melabrak Feli si anak culun malah berakhir seperti ini.

"Bego!"

***

TBC

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang