5. Terlambat

129 88 41
                                    

Seperti biasa Feli berangkat sekolah mengendarai sepedanya. Setidaknya bisa belajar hidup hemat dan mengurangi polusi kalau katanya. Rambut yang masih tertata dengan rapi di kepang dua serta kaca mata yang melekat di wajahnya tentu itu menjadi ciri khas tersendiri bagi dirinya.


"Pagi, ini cerah banget," gumamnya dengan masih menggayuh sepedanya dengan santai.

Hari ini adalah hari kamis dimana akan ada pelajaran olahraga yang akan dilaksanakan nanti. Bukan hal yang buruk bagi Feli pelajaran olahraga, lebih baik pelajaran olahraga daripada matematika yang angkanya terlihat kabur saat Feli menatapnya.

***

Duar.....

Sebuah dentuman seperti mobil bocor terdengar. Mobil berwarna hitam itu sudah terparkir di pinggir jalan.

"Pak? Kenapa?" Seorang wanita yang tengah duduk di bangku penumpang itu terlihat tengah bertanya pada sang supir.

"Bannya pecah kayaknya, bu."

"Tuh kan, ma? Raja bilang juga apa? Mendingan bawa motor cepet sampenya dan gak bakalan kayak gini!" dengusnya dengan kesal.

"Udah turun dulu siapa tau ada taksi lewat atau kalo gak kamu telpon temen kamu itu," sarannya. Wanita itu langsung turun dari mobilnya dengan membawa kipas untuk mengipasi wajahnya, karena meskipun pagi udara-nya sudah terasa sangat panas, ditambah dengan matahari yang sudah tinggi membuat kulit bisa terbakar. Namun, panas matahari di pagi hari sangat baik untuk kesehatan.

Mereka akhirnya turun dari mobil tersebut. Tidak ada kendaraan yang lewat sampai detik ini juga.

"Kayaknya dosa kamu banyak geh, Raj! Karma buat kamu ini!" Wanita itu terlihat sedang menyalahkan anaknya. Terlihat dari mimik wajahnya yang begitu kesal.

Cowok itu langsung menatap mamanya dengan lekat seakan tidak terima apabila disalahkan, "Kenapa harus Raja yang disalahin? Ini semua karena mobilnya gak kuat nahan beban!"

Wanita paruh baya itu memutarkan bola matanya dengan malas dan mengipasi dirinya menggunakan kipas yang selalu dibawanya. "Mana ada keberatan? Orang cuma di isi tiga orang."

"Dosa mama yang keberatan!" ocehnya.

"Anak durhaka kamu! Senengin mamanya sekali aja bisa gak?"

"Iya, mama yang cantik dan sexy yang tiada taranya!" puji cowok itu dengan ogah-ogahan. "Bisa telat kalo kayak gini, ma! Temen Raja udah pada kumpul di sekolahan dan gabisa keluar!"

Bisa-bisanya mamanya ini malah santai dan tidak khawatir akan anaknya yang nanti telat dan pastinya akan mendapatkan hukuman. Bukan hal baru baginya jika berangkat telat, tapi kalau ada mamanya masa iya bilang sekalian bolos aja gitu?

Wanita itu tersenyum puas dan berjalan ke samping jalan raya.

"Ma? Kalau mau bunuh diri gak kayak gitu juga!"

Wanita itu balik menatap anaknya dengan malas, "gue masih pengen hidup! Siapa juga yang mau bunuh diri?"

"Terus ngapain disitu?"

Tangan wanita itu melambai-lambai seperti ada seseorang yang dipanggilnya. Cowok itu hanya malas melihat aksi mamanya yang tidak tahu malu.

Feli merasa ibu-ibu itu sedang memanggilnya tapi dirinya acuh saja bisa jadi ada orang lain di belakangnya yang sedang ditunggunya.

"Tu, tante-tante kenapa dijalan kayak gitu? Pake ngelambaiin tangan lagi," keluhnya. Dengan masih menggayuh sepedanya Feli berusaha agar lebih cepat sampai karena pasti akan telat kalau masih santai-santai.

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang