11. Sedih

53 43 22
                                    

***


"Ketika rasa bersalah menghantui hidup ini, rasanya semangat dan ketenangan telah membuat diriku merasa putus asa. Meskipun, putus asa itu tidak patut untuk di ikuti."

#Felisa.

***

Hari ini Feli akan berangkat bersama dengan Adi yang merupakan anak dari bi Mini salah seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya. Sungguh Feli merasa tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.

"Udah siap, non?" tanya Adi dengan seramah mungkin.

"Jangan panggil gue non! Feli aja," jawabnya lalu menyaut helm yang sudah di berikan oleh Adi. Perasaannya sungguh kacau pagi ini. Awal sekolahnya harus seperti ini tidak ada yang membuatnya semangat.

"Kenapa rambutnya di kepang dua? Padahal itu bisa bikin rambut-"

"Gak usah banyak komen! Lo jangan cerita apa-apa sama siapa pun!"

"Iya, L-"

"Feli!"

Setelah lama berdebat akhirnya mereka berangkat ke sekolah dengan menggunakan motor vespa milik Adi. Katanya sih itu motor keberuntungan dan merupakan motor warisan dari kakeknya dulu, hingga saat ini jatuh kepada Adi.

Feli di jalan selalu memasang wajah masam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Hening.

Suasana pagi dengan udara yang masih segar menerpa wajah Feli dengan segarnya. Namun, ekspresi wajahnya sudah berubah dari sebelumnya yang ceria menjadi murung. Entahlah, apa alasan di balik itu semua.

***

Setelah lama akhirnya mereka sampai juga di sekolah Feli dengan selamat. Tidak jarang mereka memperhatikan Feli yang berangkat bersama Adi. Banyaknya hujatan yang akan dirinya terima sudah ia siapkan mental terlebih dahulu sebelum terkena serangan mental nantinya.

"Dih! Muka aja polos ternyata cuma deketin cowok aja lewat mukanya!"

"Cewek culun kayak dia memang pantes buat punya cowok yang culun juga!"

"Gue rasa itu cowok sama butanya kayak si culun yang gak bisa lihat mana yang baik dan buruk."

"Gue sih ogah banget deket-deket sama cewek yang terlihat culun nyatanya muna!"

Feli hanya memasang muka datar dan berusaha untuk melepaskan helm yang tengah dirinya kenakan. Adi menyernyitkan keningnya melihat dan mendengar betapa banyak hinaan dan cacian dari mereka semua untuk Feli. "Nggak pa-pa?"

"Tenang aja, lo jangan lemah atau kalau ada yang bully bilang aja dia bakalan berhadapan sama orang yang belum pernah mereka tahu!" Feli langsung melenggang meninggalkan Adi. Adi hanya diam dan langsung melajukan motornya untuk menuju sekolahnya.

Sungguh telinga Feli rasanya sudah tidak kuat untuk mendengarkan semua ocehan tidak jelas dari penghuni sekolah ini. Langkah kakinya semakin di percepat agar bisa cepat di kelas dan setidaknya gunjingan demi gunjingan itu tidak menusuk indera pendengarannya.

Sesampainya di kelas Feli langsung mendudukkan pantatnya di bangkunya dan berdiam hingga tatapannya kosong. Sudah lama Feli berdiam dan tidak ada seorang pun yang berani untuk sekadar menyapanya.

Bruk...

Suara gebrakan meja itu sempat membuat Feli terkejut. Namun, ia hanya meliriknya secara sekilas dan kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong dan tidak mengindahkan tatapan dari orang yang baru saja menggebrak mejanya. Thalia, cewek itu yang baru saja menggebrak meja Feli dengan tatapan yang bisa di tebak oleh Feli.

"Gue udah peringatin sama lo!" tunjuk Thalia ke depan wajah Feli dengan jari telunjuknya itu. "Jangan deketin Haikal! Masih berani juga lo lawan perintah gue?" bentak Thalia.

Diam dan hening. Itu adalah suasana kelas saat ini, tidak ada yang berani ikut campur dalam urusan Thalia. Feli hanya diam dan tidak menyahuti apa yang di katakan oleh cewek yang berada di depannya saat ini.

"GUE NGOMONG SAMA LU, CULUN!" bentak Thalia, sembari menggebrak meja itu sekali lagi.

"Budek jadi orang, ya?" timpal Mina sembari mengipasi wajahnya dengan kipas berwarna biru dengan motif bunga.

Plak...

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Feli dan meninggalkan jejak merah disana. Feli hanya diam dan tidak membalas, dirinya hanya mengusap bekas tamparan itu dan kembali diam menatap dengan tatapan kosong. Pipinya yang sudah memerah dan tangan yang sudah mengepal di bawah meja.

"Lo lagi kesambet setan ya?" tanya Diana yang sedari tadi sibuk bermain game, kini ikut andil berbicara.

"Gue ingetin sama lo! Jangan deket-deket sama Haikal!"

"Kesambet setan beneran deh keknya dia? Dari tadi di ajak ngomong gak nyaut."

Bel tanda masuk telah berbunyi dan Thalia menghentikan tindakannya untuk memberi pelajaran kepada Feli. Gabriel dan Keni? Mereka berdua hari ini tidak masuk ke sekolah karena izin sakit. Kini Feli hanya sendiri karena tidak ada seorang pun di kelasnya yang mau berteman dengannya karena penampilannya yang terbilang cukup biasa dan hanya di tempatkan pada sekumpulan anak yang kurang populer.

Selama jam pelajaran berlangsung fokus Feli terpecah dan tidak bisa berpikir positif untuk saat ini. Sampai guru selesai menerangkan pelajarannya Feli hanya diam.

"KAMU YANG DUDUK DI BELAKANG POJOK!" teriak pak Heru selaku guru mata pelajaran Biologi. Feli langsung tersadar dari lamunannya, "maaf, pak. Saya kurang perhatiin."

"Saya maafkan kamu untuk saat ini. Jika besok pagi di jam pelajaran saya kamu masih seperti ini, saya akan hukum kamu," ujarnya, lalu kembali berkutat denganbuku paket yang begitu tebal di depannya.

Feli hanya mendengus kesal.

***

Jam istirahat telah berbunyi dan surga bagi siswa maupun siswi yang ingin segera keluar kelas dan mengisi asupanuntuk tubuh mereka.

Di sebuah bangku taman dirinya sudah berdiam diri disana tanpa ada seorang pun yabg datang dan menghampirinya. Feli masih terus meremas ponselnya dan tatapannya kosong.

Feli langsung menekan satu nomor yang sedari tadi sudah di lihatnya.

"Jawabannya tidak!"

Tut..tut..tut..

Panggilan itu di tutup secara sepihak. Feli hanya kembali meremas ponselnya semakin kuat.

"Gue boleh duduk disini?"

***

TBC

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang