49. Bedebah

10 10 0
                                    

"Pelaku sebenarnya adalah ia yang ada di dekatmu. Hanya saja matamu tertutup dengan wajahnya."

***

"Andaikan saja kamu tau, betapa sakitnya ketika mengetahui kebohongan itu terlebih kamu yang menerimaku disaat semua menjauhinya."

***

Haikal sudah mengajak Feli untuk datang ke tempat yang sudah sempat mereka bicarakan sebelumnya. Namun, kini bukan hanya berdua tetapi ada beberapa orang yang ikut seperti Flora dan Tristan. Seperti double date antara keduanya. Namun, tidak ada yang namanya perbucinan diantara mereka.

"Kalau mau mesra-mesraan mending jangan disini," sindir Feli. Flora dan Tristan malah terkekeh dan enjoy saja masuk ke dalam gudang tua itu sambil merangkul satu sama lain.

Tristan tersenyum, "Rangkulan nih sama cowok di samping lo!" Tunjuknya pada Haikal yang bermuka muram.

"Jibang!" Feli bergidik tidak sudi. "Mendingan juga gue jomblo daripada pacaran sama cowok kek dia!"

"Awas kemakan omongan sendiri," Haikal menyahut. "Aura ketampanan gue emang nggak bisa dihindari."

"Pedenya di kurangin mas!" Feli masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan gelap itu. Tangannya langsung menyalakan saklar lampu untuk menerangi pandangannya.

"Hilih! Nanti juga lo yang ngejar-ngejar gue," sombong Haikal.

"Hellow! Nggak salah denger gue?" Feli melebarkan telinga untuk mendengar lebih jelas apa yang dimaksud cowok ini. "Sampai mati juga nggak sudi gue punya pacar kayak lo!"

"Anjing lo!"

"Bangsat!"

"Mulutnya nggak di filter dulu," cibir Flora kesal.

"Sayang kita duduk aja yuk? Kasihan kamu capek," ajak Tristan untuk Flora yang terus berdiri. Merasa kasihan Tristan menuntun perlahan Flora untuk duduk dan menikmati perdebatan kedua insan itu.

"Mau ngajak gue baku hantam?" Tawar Feli dengan gaya angkuhnya.

"Nggak level gue lawan cewek culun kek lu!" ejek Haikal.

"Itu cuma penampilan doang boy! Bukan kepribadian gue!" Feli berkacak pinggang memperhatikan Haikal.

"Serah lu dah!" Haikal menyusul sepasang kekasih yang sedang memadu kasih dengan saling menyuapi es krim. Memang tidak tau kondisi untuk melakukan perbucinan!

Feli mengabaikannya dan berjalan menuju sebuah kursi yang mana sudah terdapat seseorang duduk di atasnya.

"Welcome, bitch!" Feli menyapa seseorang di dalam sana yang tengah duduk dengan tangan dan kaki terikat. Jangan lupakan juga mulutnya yang sudah tersumpal dengan kain. "Gimana rasanya mau m-a-t-i?"

Feli terkekeh sembari memperhatikan setiap lekuk wajah orang itu. Senyumnya meremehkan, namun penuh penekanan.

"Mau mati pake ditanyain," tutur Tristan. "Jadi, ini salah satunya orang yang udah berani mau bunuh pacar gue? Maksud lo apa?"

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang