24. Kenyataan

14 11 0
                                    

"Mau Lo apa?" Feli sudah berdiri di depan sosok lelaki yang memiliki tubuh tinggi itu. "Gue tau yang sebenarnya dari lo dan teganya Lo bohong sama orang yang sayang sama Lo!"

"Gue ngelakuin semua itu ada alasannya."

"Apa alasannya?" Feli sudah menenteng tasnya di bahu dan mencopot kacamatanya. "Sial! Nih, kacamata ngeribetin Mulu!"

"Apa alasan Lo?" ulang Feli.

"Ketemu sama dia! Gue udah lama nyari dia tapi gak ketemu!"

"Maksudnya Flora?" tebak Feli. Cowok itu mengangguk yakin.

"Lo pacarnya?" Feli memicingkan matanya menatap Tristan. Sosok lelaki yang selalu mendekatinya bukan karena suka tetapi tujuan tertentu.

"Mau apalagi Lo nyari dia?" Alisnya terangkat sebelah dan senyumnya berubah menjadi sinis. Mungkin siapa saja yang melihatnya akan merasa ngeri dan heran bercampur menjadi satu. "Mau nyakitin dia lagi?"

Ia tersenyum sinis dan merubah posisinya. "Gak cukup dengan lo putusin dia secara sepihak?"

Tristan bungkam tidak ingin memotong ucapan Feli terlebih dahulu. Ia ingin mendengarkan apa saja yang ia katakan agar menemukan titik terangnya.

Feli menghapus air matanya. Ia kembali menatap ke arah Tristan yang masih saja terdiam. "Gara-gara Lo!" tunjuknya tepat di depan wajah Tristan.

"Gara-gara lo! Mutusin dia dengan cara yang gak gantle ! Terus Lo mau deketin dia lagi?"

"Maksudnya apa?" Tristan tidak maksud dengan ucapan Feli. Ia tidak merasa memutuskan Flora dengan cara apapun. Bahkan ia masih menganggap Flora sebagai pacarnya sampai detik ini.

"Flora kecelakaan!" teriak Feli yang tidak kuat lagi menahan amarahnya. Sudah lama ia mencari siapa pacar Flora dan kenapa ia melakukan hal itu.

"Dan Lo tau apa penyebabnya?" Feli kembali menetralkan emosinya. Tidak ingin sampai sisi gelapnya keluar.

"Setelah Lo kirim chat ke dia buat mutusin dia! Dia jadi cewek yang gue gak kenal pada malam itu. Sampai dia nekat ikut balap liar sama gue."

"Kapan dia balap liar?"

"Kenapa Lo khawatir? Bukannya Lo seneng udah marahin hati bukan hanya atau orang tapi satu keluarga?" sudah tak ada kata lagi hang keluar dari bibir Tristan. Bibirnya kelu mendengar cerita Feli.

"Flora ikut balap liar sama gue dan ada yang nyelamatin gue dengan cara nebar paku di jalanan. Tapi, sayangnya Flora duluan yang lewatin jalan itu. Sampai dia kecelakaan."

"Orang tua gue nyalahin gue karena udah ngizinin Flora ikut balap liar kayak gitu. Karena walaupun Flora gak punya takut sama siapapun tapi pergaulannya masih aman beda sama gue! Jadi, bonyok selalu mojokin gue!"

"Sampai gue di pindahin ke sekolah ini! Sampai ketemu sama anak mami yang nyebelin!" Wajah Feli berubah ketika membayangkan Haikal. Bagaimana cowok itu pertama kali bertemu dengannya saat pertama kali masuk sekolah.

Sungguh darahnya mendadak mendidih ketika melihatnya. Bukan hanya melihat tapi hanya dengan mendengar namanya rasanya ingin menyimpan mulutnya itu. Tapi, bodohnya Haikal mau menuruti permintaannya untuk bisa ia kabulkan permintaan Haikal juga.

"Gue bakalan bantu Lo!" ucap Tristan.

"Bantuin apa?"

"Gue bantuin deketin Haikal gimana?" goda Tristan.

Feli membulatkan matanya. "Gak!" tolaknya dengan cepat tanpa berpikir dua kali. "Mana mau gue sama anak mami! Level gue tinggi!"

"Gimana mau gue bantuin gak?" ulangnya.

Haikal dan Feli(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang