🍒30_ trauma

3.6K 313 19
                                    

Mentari telah muncul, cahaya nya masuk melalui celah-celah jendela. Mata yang sebelumnya terpejam, kini perlahan terbuka sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Eunghh.. dimana ini??, apakah iky sudah di surga??." Monolog gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah insky.

Insky mengedarkan pandangannya. Bukan!!, ini bukan di surga melainkan ini kamarnya sendiri. Seingat nya semalam ia..
Uhh kepala nya sakit sekali!!,

Tunggu!!. Bukannya semalam ia tertusuk dibagian dada?. Ia segera memeriksa, namun tak menemukan luka apapun dibagian dadanya.

Ia mengerutkan dahinya heran. Walau tak menemukan luka dibagian dada, bagian kepala, tangan hingga kakinya terbalut perban yang artinya ia tak bermimpi semalam.

"Syukurlah bagian itu hanya mimpi." Ia menghembuskan nafas lega, ia memang tak percaya jika seseorang yang ia percaya melakukan hal itu padanya.

"Apanya yang mimpi atha."

Insky terlonjak kaget mendapati vino berjalan kearahnya. Vino berjalan dengan ekspresi datar dan menyeramkan menurut insky.

"Ka-kak." Lidahnya terasa begitu kelu hingga terlontar 1 kata itu saja. Badannya bergetar karna takut, ia tak berani menatap mata vino yang tengah menatapnya tajam serta dingin.

"Ingin menjelaskan sesuatu, hmm?." Vino berujar dengan nada dinginnya. Persis seperti insky bertemu dengannya saat pertama kali. Dingin dan menusuk.

Insky tentu gugup mendengar ucapan vino barusan, ia menunduk sambil memilin kaos nya. Matanya berkaca-kaca namun ia tahan agar tak menangis. Sungguh vino yang sekarang sangat menyeramkan.

Tangan vino terulur kearahnya, ia semakin menundukkan kepalanya, takut takut vino akan memukulnya. Namun setelahnya, ia merasakan tangan yang mengelus rambutnya.

"Kenapa diam saja?, kakak bertanya lho sama atha." Kini ucapan vino berubah lembut.

Insky memberanikan diri menatap vino. Kini tatapan matanya berubah lembut, tak lupa nampak senyuman diwajahnya.

"Aiss, kenapa atha melihat kakak begitu?." Vino mendadak jengkel karna sejak tadi ia mengoceh dan insky yang terus diam tak mau menjawab.

"Ini kak vino beneran kan?." Pertanyaan lirih itu meluncur spontan dari mulut insky. Ia takut hanya berilusi.

Vino tergelak mendengar pertanyaan insky, ia merengkuh tubuh insky dan mendekapnya hangat.

" kalo bukan siapa lagi?, sepertinya kepala atha terbentur cukup keras hingga tak mengenali wajah kakaknya yang tampan ini." Vino terkekeh sambil geleng-geleng, ada-ada saja kelakuan adiknya.

Sedetik kemudian, insky menangis keras hingga membuat vino kaget dan panik.

"Huaa, iky takut liat kak vino kayak tadi. I-iky kira kakak marah sama iky. Huuu, kakak jahat nakutin iky."

Insky menangis sesegukan dipelukan vino, ia juga memukul dada bidang vino untuk meluapkan kekesalannya.

"Aduh duh, jangan dipukul dong kakak. Iya-iya maaf deh, tadi kakak cuma bercanda lho. Gatau atha malah jadi takut." Vino menjelaskan sambil terkekeh.

Niat awal hanya ingin menemui insky. Tapi melihat wajah ketakutan insky, vino mendadak mendapat ide cemerlang.

"Hiks, iky takut liat kakak kayak tadi hiks." Insky berucap lirih memeluk erat vino.

"Iya-iya sekarang gak lagi deh." Ucapan jahil vino dibalas cubitan oleh insky.

Hei, mana bisa vino marah-marah kepada insky. Senakal apapun insky, paling-paling vino hanya membuatnya menangis seperti tadi.

INCREDIBLE BROTHER'S (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang