"Eughh..."
"Kau sudah sadar. Apa ada yang sakit?". Tanya zean khawatir.
Insky menggelengkan kepalanya kemudian mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang saat ini ia tempati. Ini dirumah sakit, bukankah tadi dia dirumah lisa.
"Kak, kenapa iky ada disini?"
Zean duduk disamping insky kemudian mengelus kepalanya lembut.
"Tadi kamu pingsan dirumah tante aira makanya dibawa kesini sama bang aiden, dan sekarang mereka sedang keluar mencari makan." Jelas zean yang dibalas anggukan kecil dari insky.
"Oh ya bolehkah kakak bertanya suatu hal padamu ky?". Wajahnya berubah serius membuat insky mengerutkan keningnya.
"Apa itu kak?".
"Apa dulu kamu pernah kecelakaan, atau kamu pernah terbentur hingga mengalami hilang ingatan?." Ujarnya serius membuat insky menundukkan kepalanya sedih.
"Iya kak, kata ibu iky dulu waktu kecil pernah kecelakaan dan hilang ingatan." Bukan hal mudah insky menceritakan kejadian mengerikan itu. Api yang begitu besar melahap kedua orang tuanya tepat didepan matanya sendiri, serta suara lirih bundanya yang menyuruh dirinya segera menjauh masih terekam jelas dimemorinya. Walau itu dimimpi, namun insky merasa kejadian itu begitu nyata.
Tiba-tiba wajah dengan senyuman hangat bunda dan ayahnya kala itu terlintas dibenaknya. Ia mencoba mengingat kembali masa kecilnya, tak peduli kepalanya serasa ingin pecah. Entahlah kenapa kedua wajah itu selalu buram.
"Berjanjilah tak akan pernah menangis lagi okey. Jika menangis lagi bunda sama ayah akan ikut sedih sayang." Itulah kata-kata yang bundanya ucap didalam mimpinya sebelum kejadian naas itu terjadi. Sungguh insky tak bisa menahan air matanya lagi.
"Hikss,...hiks...". Isak insky mencengkram selimut dengan kuat mencoba meredam sakit dikepalanya.
"Hei maaf-maaf jika kakak menanyakan hal itu. Sudah jangan dipaksa mengingat, kepalamu bertambah sakit nanti." Khawatir zean merengkuh tubuh insky yang bergetar hebat. Zean mengelus punggungnya menenangkan, bukannya tenang insky malah meremas kuat jas dokter milik zean yang akhirnya hilang kesadaran.
<<<<
Pagi ini ruangan insky hanya dihuni dirinya, zean, rina, kevin, dan kedua orangtuanya. Semuanya hanya diam tanpa ada yang mau memulai pembicaraan.
Insky menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya. Ia masih enggan menatap kelima orang diruangannya itu dan memilih berbaring menghadap jendela yang menampakkan taman rumah sakit.
"Insky, dengarkan dulu alasan mama sayang. Mama tidak ber..."
"Iky tak mau mendengar apapun saat ini, dan tinggalkan iky sendirian." Rina terhenti karna insky menyela ucapannya.
Mereka menatap sedih punggung insky yang membelakangi mereka. Zean memilih beranjak dahulu meninggalkan ruangan itu dengan alasan mengecek kondisi pasien lainnya. Awalnya mereka tak ingin meninggalkan insky sendirian, namun mereka sadar jika saat ini insky butuh ruang untuk menyendiri.
"Ibu dan lainnya akan keluar, jika ada sesuatu panggil saja ya sayang." Diana mengelus surai hitam insky dan meninggalkan ruangan dengan yang lainnya.
Setelah semuanya keluar, air mata yang sejak tadi ia tahan kini tak sanggup lagi ia bendung. Ia menumpahkan semuanya saat ini, menumpahkan semua kekecewaannya, menumpahkan semua kerinduan nya.
Ia marah, kecewa, sedih, sekaligus senang bercampur menjadi satu.
Flashback
Tengah malam insky terbangun dari tidurnya. Ia tau jika ada orang lain didalam ruangannya, maka dari itu iya tetap berpura-pura tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE BROTHER'S (TERBIT)
Fiction généraleBELUM DIREVISI.. FOLLOW DULU SEBELUM BACA^,^ - - - - - - - Hidup serba apa adanya tak membuat insky mematahkan semangatnya untuk terus membahagiakan kedua orang tuanya. Hingga suatu kebenaran terkuak, suatu hal tersembunyi tanpa sepengetahuan...