🍒18_ atha

6.7K 517 24
                                    

"Apa!!. Beneran rara sama dimdim pindah disekolah iky?". Kaget insky tak percaya.

Sedangkan dimas dan clara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan ucapan insky. Sudah beberapa kali insky bertanya hal serupa membuat keduanya pusing 7 keliling.

"Kok bisa kalian pindah?". Heran insky. Padahal dulu mereka tidak bisa bersekolah dengan insky dikarenakan orang tuanya harus pindah.

"Orang tua kita berdua udah setuju dan pindah lagi kesini. Makanya gue sama dimas pindah disekolah yang sama kek lo. Sapa tau disekolah lo buat macem-macem kan." Jelas clara diakhiri kekehan diakhir kalimatnya.

"Mana ada iky macem-macem. Udah ah yang penting rara sama dimdim sekarang sekolah bareng iky lagi." Ucapnya sambil bertepuk tangan. Aiss, rasanya mereka ingin memakan insky bulat-bulat.

Insky bersorak kegirangan dengan berita bagus itu. Dasar bocah pikir dimas dan clara sambil tersenyum kecil. Sepanjang jalan hanya diisi celotehan insky yang tak bermutu. Sebagai sahabat yang baik, dimas dan clara hanya mengangguk setuju setiap insky meminta pendapat.

***

Insky mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin. Namun sepertinya seseorang yang ia cari tak ada disana. Dengan lesu ia hendak beranjak dari tempatnya namun urung karna lengannya yang dicekal seseorang.

Tampan dan tinggi. Oke hanya 2 kata itu yang terlintas diotak insky kala melihat seorang pemuda yang mencekal tangannya sekarang ini. Namun ia merasa asing dengan wajahnya, atau mungkin anak baru??.

Melihat insky yang mengerutkan keningnya heran, pemuda itu berdehem pelan lalu tersenyum ramah. "Lo insky kan?" Tanyanya memastikan. Insky hanya mengangguk sebagai jawaban.

Pemuda yang masih belum diketahui namanya itu merogoh sesuatu disaku celananya dan memberikan sebuah kotak kecil pada insky.

Insky hanya diam memandangi tangan terulur pemuda itu lalu beralih menatap wajahnya dengan raut wajah tak mengerti.

Pemuda itu terkekeh geli melihat wajah kebingungan insky yang begitu menggemaskan menurutnya. "Ini buat lo dari zean." Ujarnya menjelaskan maksud dari pemberiannya.

Insky tampak berfikir sebentar mengabaikan raut wajah pemuda didepannya yang memandangnya gemas kemudian terkekeh geli.

"Ah, dokter zean?". Tanya insky saat mengingat seseorang bernama zean itu. Padahal kan baru kemarin dia bertemu dengan zean, dan rupanya kini ia sudah lupa.

Pemuda itu mengangguk membenarkan. Kemudian meletakkan kotak kecil itu ditangan insky. "Diterima ya, sebagai ucapan terima kasih." Ucap pemuda itu lalu melenggang pergi meninggalkan insky yang masih mencerna ucapannya.

Ck, ck Gemas sekali.

Insky mengambil kursi kosong lalu membuka kotak kecil pemberian zaen.

Sebuah kalung. Oke ini sungguh berlebihan menurut insky. Meskipun insky sedikit tak mengerti tentang perhiasan, ia tentu dapat mengira berapa harga kalung tersebut. Dari segi penampilannya saja sudah terlihat jika harganya pasti sangat mahal.

Ia tak sengaja melihat kertas kecil terselip didalamnya kemudian membacanya.

'Aku tak sengaja melihat ini saat jalan-jalan dan kurasa sangat lucu untukmu. Ini juga sebagai ucapan terima kasihku. Semoga kamu menyukainya'. Zean

"Apakah ini tulisan tangan dokter zean??, indah sekali. Kukira tulisan semua dokter seperti cacing." Gumam insky sambil terkekeh.

Ia mengamati kalung itu dengan seksama, ternyata matanya terlalu jéli menyadari ada sebuah huruf begitu kecilnya dengan inisial i dibalik bandul yang berbentuk kunci itu. Mungkin hanya kebetulan ada huruf kecil disana pikir insky mengendikkan bahunya acuh.

INCREDIBLE BROTHER'S (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang