"Atha ayo dong makan, atha kan belum makan dari kemaren." Bujuk vino yang lagi-lagi mendapat gelengan dari insky.
"Atha ga laper kak." Gumam insky bersembunyi dibalik selimut.
"Masa iya atha gak laper dari kemaren. Sini kakak suapin." Bujuk vino lagi.
Melihat vino yang gagal membujuk insky, zean maju untuk mencoba membujuk.
"Hey bunny, makan yuk. Kakak belum makan lho dari kemaren." Ujar zean mengelus rambut insky.
"Kakak belum makan?." Gotcha, zean tau adiknya itu tak akan tega mendengar kakaknya tak makan.
Zean memasang wajah melas.
"Iya, kakak gak mau makan kalo bunny juga ga makan." Ucapnya dengan nada sedih.Sebenarnya bener sih zean ga jadi makan kemaren setelah pulang kerja. Ga sepenuhnya berbohong juga.
"Kakak makan aja, atha ga laper." Kekeuh insky.
"Yaudah klo ga mau makan, kakak juga ga makan. Nanti kalo kakak sampai sakit trus dirawat dirumah sakit ga ada lagi yang mau nyanyiin atha pas bobo."
Pikiran Insky berkecamuk. Ia tak mau kakaknya sakit, tapi ia juga tak mau makan. Setelah lama berfikir..
"Yaudah atha makan tapi disuapin kakak ya." Luluh juga insky.
Zean beserta vino mengulas senyum senang. Ya hanya mereka berdua yang menemani insky, sedangkan yang lain masih dirumah dan nanti siang baru datang.
"Yaudah kalo gitu kakak pulang sebentar ganti baju ya." Pamit vino hendak beranjak pergi.
"Tapi kak vino kesini lagi kan." Insky bertanya seolah vino akan pergi meninggalkan nya dan tak akan menemuinya lagi.
"Iya sayang, kakak nanti kesini lagi. Yaudah makan yang banyak kakak pulang dulu, kak titip atha." Pamit vino dan keluar ruangan.
"Kakak heran deh sama kamu, katanya cita-citanya mau jadi dokter. Tapi kok benci sama rumah sakit." Celetuk zean disela menyuapi insky.
Insky mengangguk dan segera menelan makanan nya dulu.
"Atha bener mau jadi dokter, tapi ga mau jadi pasien. Atha ga benci, cuma ga suka aja liat banyak orang sakit sedangkan atha gak bisa bantu apa-apa. Atha suka sedih liatnya." Jelas insky membuat zean mengangguk bangga.Adik kecilnya yang lucu nan menggemaskan ternyata begitu dewasa dan bersimpati. Betapa polosnya ia, zean sungguh bangga memiliki adik sepertinya.
"Nah ayo buka mulut lagi." Pinta zean yang malah mendapat gelengan dari insky.
"Atha udah kenyang." Ucapnya mengembungkan pipinya lucu.
"Eh apanya yang kenyang, ini aja baru 3 suap. Nggak ada, ayok makan lagi."
"Atha udah kenyang lo kak, mau muntah rasanya." Ucapnya memelas.
"Yaudah 3 suap lagi deh." Putus zean
"Enggak, 2 aja ya." Tawar insky.
"3 atau makan sampai habis." Ancam zean membuat insky merenggut kesal.
"Yaudah iyaa."
Setelah menyelesaikan makanannya, zean membereskan peralatan makan. Dan kembali duduk disamping insky yang sedang menatapnya intens.
"Kenapa liatin kakak gitu?".
"Ini wajah kakak kenapa ada biru-biru. Kakak abis berantem ya?." Selidik insky sambil menyentuh bekas yang berwarna biru disekitaran wajah zean.
"Biasalah cowok." Ucap zean santai. Ia tak mau insky marah dengan aiden, makanya ia tak mengatakan yang sebenarnya.
"Seharusnya kakak yang nanya. Malem itu kenapa iky pergi dari rumah ga ijin?." Lanjut zean dan bertanya. Mengalihkan pertanyaan insky lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE BROTHER'S (TERBIT)
Ficción GeneralBELUM DIREVISI.. FOLLOW DULU SEBELUM BACA^,^ - - - - - - - Hidup serba apa adanya tak membuat insky mematahkan semangatnya untuk terus membahagiakan kedua orang tuanya. Hingga suatu kebenaran terkuak, suatu hal tersembunyi tanpa sepengetahuan...