23💜🍡

618 64 87
                                    

Happy reading
Tandai typo
.
.
.
.

o0o

Disebuah ruangan serba putih dengan bau yang menyengat, terdapat dua orang wanita yang sedang sibuk dengan dunianya masing masing.

"Dokter, dokter kenapa? Kok senyum senyum sendiri?" tanya sang perawat, Jee Ni.

"H-hah? E-em? Tidak tidak"

Jee Ni mengerutkan dahinya. "Dokter yakin?"

"Yakin kok"

'Ga yakin Jee, aku sedang baper tau gak?'batin Sila.

Jee Ni yang sepertinya masih curiga tetapi mencoba untuk percaya dan menganggukan kepalanya. Jee Ni segera melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.

Sedangkan Sila, ia segera menutup wajahnya yang memerah semerah tomat matang. Sila tidak bisa mennggambarkan perasaannya untuk saat ini. Saking bapernya ia dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Bahkan ia sampai harus menutup pipinya yang semerah tomat matang itu dengan masker.

Bisa bayangkan betapa bapernya Sila? Yang pastinya baper sekali. Sebelumnya Sila tidak pernah merasakan perasaan campur aduk seperti perasaannya saat ini. Bahkan, ini adalah kali pertamanya Sila merasakan perasaan seperti ini, tetapi ia masih belum mengetahui perasaan yang timbul didirinya ini sebenarnya perasaan apa, suka? Atau hanya sekedar kagum?, Sila belum nengetahui itu.

Memang aneh, tetapi itulah yang dirasakan Sila. Sila belum bisa menyimpulkan perasaan apa yang singgah dihatinya saat ini. Sila terlalu takut untuk menyimpulkan perasaannya.

Perasaan yang mungkin saja mudah untuk orang lain simpulkan, tetapi sulit untuk Sila simpulkan. Terkadang, perasaan kita bisa melukai diri kita sendiri, itu yang ditakuti Sila saat ini. Kejadian lampau yang membuatnya ketakutan akan hal itu.

Kejadian yang mungkin mudah untuk dilupakan oleh pihak kedua, tetapi tidak mudah dilupakan oleh pihak pertama, Sila.

Katakan bahwa Sila berbeda, tetapi memang seperti itu kenyataannya.

Aku adalah aku, kau adalah kau, dan semua orang itu berbeda. Itu prinsip Sila. Emm, atau bisa dikatakan prinsip semua orang? Entahlah.

Pikiran setiap orang juga berbeda beda untuk menanggapi satu hal dengan hal yang lainnya. Jadi, jangan menganggap tanggapan orang lain itu selalu benar dan kita harus menurutinya. Tidak, justru kita harus mempunyai tanggapan tersendiri akan suatu hal, bukan bergantung pada tanggapan dari satu sisi saja.

Seperti halnya dengan Sila, ia harus menimbangkan perasaannya sebelum menanggapi suatu hal.

Sila bimbang dengan hal itu, tetapi bukannya semua akan terjawab dengan seiring berjalannya waktu?

🐱🐱🐱

Sudah sebulan lamanya sejak kejadian itu, Sila dan Yoongi sekarang menjadi lebih dekat. Bahkan mereka sering bertemu seminggu sekali saat dirumah sakit bertepatan dengan jadwal cek up Yoongi.

Bahkan Ibu Yoongi dengan Sila sudah sangat akrab. Keluarga Yoongi juga sudah mengenal Sila, tetapi belum dengan Ayah Yoongi. Karena setiap cek up, ayah Yoongi memilih untuk menunggunya diparkiran rumah sakit.

"Annyeong haseyo" seru tiga orang wanita paruh baya.

Dan tidak ada jawaban dari sapaan itu.

Ke-3 wanita itu melihat sekelilingnya, sepi."YOONGI-AH, coba lihat eomma bawa siapa ini" teriak Ibu Yoongi.

Yoongi yang sedang berada didalam kamarnya langsung bergegas keluar untuk menemui ibunya. "Nee eomma"balas Yoongi.

Sesampainya diruang tamu, Yoongi melihat 3 orang wanita yang duduk dibangku yang disediakan. Tetapi, sepertinya Yoongi tidak asing dengan perempuan yang datang bersama dengan ibunya dan kakak iparnya itu.

Different Religion -Min Yoongi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang