02.

98 16 0
                                    

"Berhenti disini." Rea menegur Taeyong setelah hening cukup lama didalam mobil. Menyuruhnya berhenti disebuah jalan raya depan. Sepertinya rumah gadis ini masih masuk kedalam.

"Jalannya bisa dilewati mobil, kenapa disini?"

"Please. Gue gamau punya urusan sama lo. Tolong, berhenti disini."

Mengalah, Taeyong akhirnya menghentikan mobilnya didepan sebuah minimarket.

"Rumah lo masih jauh kan? Lo yakin?"

"Makasih." Ujar Rea singkat, lantas keluar mobil tanpa menghiraukan pertanyaan Taeyong barusan.

Kalau dia sampe ketauan dengan orang kampusnya, jika dia pulang bersama Taeyong. Habis sudah riwayat hidup tenangnya. Itu poin pertama, dan poin keduanya. Jika dia ketauan dengan orangtuanya pulang diantar lelaki, mungkin masa depannya sebatas angan saja.

Taeyong tak lantas melajukan mobilnya begitu saja. Ia memastikan gadis itu benar-benar masuk kedalam desa itu, setelahnya baru meninggalkan tempat itu ketika sosok Rea telah menghilang dari pandangan.

Sekali lagi, kenapa dia harus peduli?

____

Brak!

Tubuh itu terbanting kembali diatas matras. Nafasnya memburu, pikirannya tak fokus. Ia menatap langit-langit ruangan tanpa mau beranjak lagi.

"Papa sering pukul aku, kak." Dalam dekapan hangat seorang wanita yang lebih tua lima tahun darinya itu, Taeyong kecil mengadu.

Meminta pembelaan. Dan meminta perlindungan. Beberapa bagian ditubuhnya ia keluhkan sakit karena sering dipukul oleh ayahnya.

"Dimananya, hm?" Tanya kakaknya lembut, sembari mengusap-usap lengan kecil Taeyong.

Lelaki cilik itu menunjuk beberapa tempat, seperti punggung, kaki, dan juga pantat nya. Dan memang terdapat beberapa bekas memar disana.

Wanita itu menelan saliva nya susah payah. Air matanya siap meledak saat ini, namun sekuat tenaga ditahannya. Dia perempuan terkuat yang pernah Taeyong kenal.

"Papa benci aku ya, kak?"

"No, papa sayang sama kamu. Kamu laki-laki makanya harus kuat. Kamu nangis waktu dipukul papa?"

Taeyong menggeleng kecil. "Enggak, tapi rasanya sakit kak. Aku kadang susah tidur, soalnya sakit. Tapi papa ga pernah kasih aku obat nya."

"Taeyong, marah sama papa?"

Lagi, dia menggeleng. "Tapi, apa papa marah sama aku, kak? Kenapa papa pukul aku terus? Aku cuman mau main kayak temen-temen ku."

"Dek, inget kata kakak ini. Apapun yang terjadi, papa sayang sama kamu. Papa mau kamu jadi laki-laki yang kuat. Yang tangguh. Papa cuman nggak mau kamu lemah dimasa depan nanti. Jangan pernah benci papa, ya?"

"Aku nggak benci papa, aku cuman takut sama papa, kak."

"Jangan takut sama papa ya, nanti papa kesepian."

Dan isakan yang sedari tadi ditahan wanita itu, akhirnya terdengar oleh Taeyong yang semakin mengeratkan dekapannya pada kakaknya. Kakaknya yang berhasil membuatnya memiliki hati yang lembut, namun kuat.

Kakaknya bilang apa, papa nya sayang dengannya? Lantas bagaimana dengan percakapan yang tak sengaja ia dengar dari tangga rumahnya itu. Yang membuatnya hanya meringkuk, memeluk dirinya sendiri. Diusia, sebelia itu.

"Papa nggak harus pukul dia! Papa tau? Dia ngeluh nggak bisa tidur karena ulah papa itu! Papa sadar nggak sih, pa? Dia nggak pantes dapet semua kelakuan kayak gini." Suara Lee Aera menggema diruang tamu rumahnya.

dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang