Taeyong menaruh segelas air putih hangat dimeja samping ranjang utama. Lantas masih berdiri disamping ranjang, tangannya terulur untuk menyingkirkan anak rambut Rea yang terjatuh menutupi wajah ayu gadis itu.
Tanpa ia duga, Rea berjengit kaget. Matanya menatap nyalang kearah Taeyong yang juga sedikit terkejut. Lantas ia memejamkan matanya, menangis.
"Re," Taeyong berjongkok. Menyejajari wajah Rea.
"Hey, it's okay." Ujarnya lirih. Menenangkan.
Rea justru sesenggukan. Dan kemudian beranjak duduk. Taeyong masih berada didepannya, kembali menyejajari wajahnya. Tapi tetap menjaga jarak. Menahan dirinya untuk tidak menarik Rea kedalam dekapannya.
"I met him." Satu kalimat yang keluar dari bibir Rea sudah cukup membuat Taeyong paham segalanya.
"Who?"
"My rapist."
Taeyong hanya mampu menghela nafas pendek. Ia sudah mencoba segala cara untuk meyakinkan Rea kemarin. Meyakinkan gadis itu jika segalanya baik-baik saja. Tapi sekarang? Segala penyebabnya justru berada disekitarnya.
"Y– yong.."
"Hm?" Taeyong menatap dalam mata basah gadis didepannya. Ia sendiri bingung. Ia harus melakukan apa.
"C– can you hug me?"
Cowok itu membelalak terkejut. "For real?"
Rea mengangguk mantap meskipun dalam hatinya ketakutan. Tapi ia hanya membutuhkan ketenangan. Ia hanya ingin tenang dan aman, dalam dekapan seseorang. Sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan dari keluarganya.
"Please." Rea kembali berujar lirih. Dan Taeyong dengan ragu akhirnya beranjak.
Mengulurkan lengannya, mendekap perlahan tubuh Rea. Ia tau, Rea sepenuhnya ragu. Tubuh gadis itu menegang, ketakutan.
Tapi sepuluh detik kemudian, Rea mulai membalas dekapan Taeyong. Bahkan menyembunyikan wajahnya di dada bidang cowok itu.
Ternyata begini rasanya dalam dekapan seseorang. Nyaman dan aman. Ketakutannya selama ini seperti hanya sebuah ilusi tak nyata yang menggentayangi nya lebih dari sekedar biasa.
Taeyong mengelus lembut rambut Rea. Aroma rambut gadis itu benar-benar membuatnya candu. Padahal sampo yang mereka gunakan sama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Feels better?" Rea mengangguk. Ia merasa berat untuk melepaskan dekapan ini. Taeyong sebenarnya juga, tapi pikirannya saat ini Rea masih ketakutan. Jadi ia perlahan melepaskan dekapannya.
Tangannya menyentuh lembut pipi gadis itu, mengusap air mata yang masih tersisa disana. Mata mereka kembali bertemu. Mencoba saling menyembuhkan satu sama lain.
Betapa Taeyong paham, ada begitu banyak perasaan yang tergambar jelas dalam sepasang mata yang kini menatapnya tak kalah dalam itu. Tentang perasaan jatuh namun diselingi keraguan. Tentang cinta yang masih abu-abu.