Taeyong baru saja kembali dari luar. Ia menyampirkan jasnya dibahu. Berjalan lunglai kelantai dua, perutnya masih sedikit terasa ngilu karena tendangan papanya tadi.
"Lah, ngapain pada disini?" Tanyanya heran pada kedua orang yang kini berdiri didepan pintu kamarnya.
Doyoung hanya menghela nafas pendek, menepuk pundak Taeyong. "Rea didalem, lo coba bujuk dulu aja."
"Dari kapan?" Tanyanya, pasalnya pintu kamar kini terkunci. Wajahnya mendadak pias, panik.
"Setengah jam yang lalu."
Mendengar jawaban Doyoung, Taeyong benar-benar tak lagi mampu menyebunyikan wajah khawatirnya.
"Re, Rea?" Tak ada jawaban.
Taeyong semakin cepat menggerakan gagang pintu yang digenggamnya kuat. Dan mencoba mendobrak pintu dengan tubuhnya yang sebenarnya lemah. Nyeri diperutnya semakin menjadi-jadi karena ia mencoba mendobrak.
"Kenapa gak didobrak dari tadi?" Serunya panik, bertanya pada kedua temannya yang kini hanya mampu menghela nafas panjang.
"Gue pikir nunggu lo bakalan mau buka pintu." Sahut Johnny.
"Dia kenapa? Dia habis ketemu siapa?"
Doyoung menghela nafas panjang. "Mingyu."
Satu kata yang keluar dari bibir Doyoung mendadak membuat Taeyong seperti memiliki kekuatan lebih untuk menabrakkan tubuhnya ke pintu. Dan akhirnya pintu terbuka pada dobrakannya yang ketiga.
Ia segera berlari masuk kedalam, dan membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci.
Rea terduduk memeluk kedua lututnya dibawah shower yang mengalir dengan keadaan berantakan. Bajunya berantakan, wajahnya pucat pasi dengan bibirnya yang membiru dan terlihat sangat menggigil.
Taeyong segera mematikan keran air dan ikut terduduk, menyejajarkan wajahnya pada wajah Rea yang sudah persis seperti mayat hidup. Suara isakan Rea begitu memilukan untuk didengar, bibir gadis itu bergemetar hebat. Matanya bengkak, namun pucat. Jantung Taeyong rasanya seperti diremas begitu kuat.
Ini sangat menyakitkan.
"Re." Panggilnya lembut.
Rea menunduk dalam, semakin menyembunyikan wajahnya dan menggeleng kecil. Pandangan Taeyong akhirnya jatuh kearah leher dan sekitar dada Rea yang penuh bekas merah. Detik itu juga hatinya terasa seperti merosot, jatuh dan seperti hancur berkeping-keping. Pilu.
Ia menahan nafasnya beberapa saat. Tidak tega. Ternyata semenyakitkan itu untuk mengetahuinya secara langsung.
"Rea." Suaranya bergetar, ada sesuatu yang tertahan dalam dirinya. Taeyong perlahan mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Rea. Tapi gadis itu sempat menjauh sesaat.
Suara isakan kembali terdengar. "G- gue kotor." Suara itu sangat lirih. Namun masih mampu terdengar hingga telinga Taeyong.
Taeyong melepaskan nafasnya yang sedari tadi dirasanya tertahan. Ia segera merengkuh gadisnya itu kedalam dekapannya. Tak peduli jika ia akan basah juga nantinya.
"Enggak. Lo berharga. Lo berharga banget, Re." Bisiknya, sembari semakin mengeratkan dekapannya. Menaruh dagunya dipucuk kepala gadisnya. Rea semakin menangis, terisak pilu.
Dirinya kotor, dia seharusnya tidak berada disini. Dia tidak seharusnya menjadi parasit untuk orang-orang ini. Karena dia, terlalu kotor untuk sebatas dikatakan berharga.
Doktrin itu, lagi-lagi menguasai pikirannya saat ini.
____
Beberapa saat sebelumnya, ketika Johnny, Yuta dan Doyoung sedang berada didepan kafe untuk mengecek sekilas kondisi kafe setelah tutup Jeffrey datang dengan motornya. Mereka berdiri didekat motor Jeffrey, mengobrol ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔
Fanfiction"Gue hidup bukan buat diri gue lagi. Gue cuman takut sakit waktu mau mati. Meskipun hidup gue rasanya lebih sakit." -Kang Zurrea, 2021