Rea baru saja keluar dari kelasnya begitu sebuah pesan masuk diponselnya. Dari Johnny.
|re, tupperware nya Kezia malah ketinggalan di gue.
|gue habis ini kelas
|boleh minta tolong lo yang kesini gak?
|lo udah selesai kelas kan?Rea segera mengetik balasan. Mengiyakan permintaan tolong Johnny. Hanya mengambil tupperware. Toh kini banyak orang yang sudah tau jika ia bekerja dikafe milik mereka, jadi sepertinya bukan masalah untuk sekedar datang dan mengambil tupperware Kezia.
Pasalnya, Johnny tidak mau lagi bertemu Kezia. Ia tak ingin memberikan harapan lagi pada gadis itu. Ia ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan mulai hidup tenang. Katanya, 'kalo jodoh pasti ntar ketemu. Tapi gue gak berharap juga sih.'
Rea segera menuju gedung fakultas teknik. Hanya sedikit perempuan yang berada disini. Karena fakultas teknik memang rata-rata berisi mahasiswa laki-laki. Rea berulang kali meneguhkan hatinya, tidak apa-apa.
Ia berusaha mati-matian menulikan pendengarannya dari setiap suara yang menggodanya. Berusaha tidak peduli meskipun nyatanya seluruh atensi kini beralih menuju dirinya.
'Wuih, si cantik dari fakultas mana nih?'
'Neng, sendirian?'
'Nyari siapa, dek?'
Rea lantas mengeluarkan ponselnya, mengirimkan pesan pada Johnny begitu tiba didepan kelas cowok itu. Banyak mahasiswa berlalu lalang disana. Dimana semua atensi masih tertuju padanya, dan itu membuatnya tidak nyaman. Ketakutannya perlahan muncul.
Begitu melihat Johnny yang muncul diambang pintu, Rea melangkahkan kakinya untuk mendekat. Tapi seseorang tak sengaja menghalangi jalan nya.
Rea mendongak. Dan begitu ia mengenali pemilik wajah itu, ketakutannya benar-benar kembali.
"Re," Johnny mendekati Rea yang memaku ditempatnya.
Mengapa mereka bertemu? Mengapa dia ada disini? Selama tiga tahun ia disini, mengapa baru sekarang ia menyadari jika orang yang telah menghancurkan hidupnya ada disini? Bagaimana dengan image nya selama ini nantinya? Bagaimana cara membuat orang ini diam? Bagaimana– ah. Kepalanya pusing.
Kim Mingyu.
Nama itu, terasa begitu menyakitkan ketika Rea membaca nametag itu sekilas. Terasa begitu perih dan menyebabkan kedua tangannya kembali tremor hebat.
"John? Cewek lo?"
Johnny menoleh kearah Mingyu yang berdiri didekat Rea. "Enggak. Kenapa emang?"
Mingyu tersenyum miring, penuh cemooh. "Enggak, gue kira cewek lo. Kalo beneran cewek lo, rendah juga selera lo."
Alis Johnny bertaut, tak suka. "Maksud lo, bro?"
Mingyu menggeleng. Menatap rendah kearah Rea. Seolah Rea adalah barang kualitas terburuk yang pernah dijumpainya.
Gadis itu menunduk. Menghindari tatapan Mingyu. Dan kembali merutuki dirinya sendiri. Ayolah, bukankah dulu ia terbiasa dengan semua tatapan itu? Tapi mengapa terasa masih menyakitkan? Mengapa perasaan sakit itu terus menerus menggerogotinya?
"Duluan bro."
Setelah Mingyu melalui nya, baru Rea berani menatap kearah Johnny.
"Lo kenal dia Re?" Rea menggeleng. Tapi tangannya yang bergemetar hebat cukup menjawab segala pertanyaan yang bersarang dikepala Johnny.
"Eh, ini tupperware nya Kezia. Sorry ya bikin lo repot."
Rea mengambil tupperware itu. Lantas tersenyum tipis. "Iya, gak papa kok. Gue udah selesai juga kelasnya." Bahkan bibir gadis itu memucat. Juga bergetar ketika berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔
Fanfic"Gue hidup bukan buat diri gue lagi. Gue cuman takut sakit waktu mau mati. Meskipun hidup gue rasanya lebih sakit." -Kang Zurrea, 2021