01.

167 18 3
                                    

Lee Taeyong, atau biasanya dipanggil Taeyong. Mahasiswa semester tujuh yang sedang sibuk-sibuknya menyiapkan skripsi. Mantan sekretaris himpunan. Pangeran fakultas hukum, kata orang-orang. Wajahnya sangat tampan.

Dan semua orang mengenalnya. Sebagai sosok yang keras dan dingin. Ralat, tepatnya semua orang taunya. Jika mengenalnya, ia orang yang hangat. Namun sedikit keras.

Saat ini, kantin fakultas tengah ramai. Taeyong duduk di bangku sebelah kanan, urut nomor tiga dari pintu kantin bersama dengan empat teman dekatnya dari beberapa fakultas lain.

Tempat itu menjadi spot favorit mereka. Tidak ada yang berani mengganggu nya. Tidak ada yang berani merebutnya. Ayolah, siapa yang berani mengganggu tempat keramat para pangeran kampus.

Jeffrey dari fakultas ekonomi, Johnny dan Yuta dari fakultas teknik. Doyoung, si mantan ketua himpunan dari fakultas hukum, sama dengan Taeyong.

"Dari sekian banyak pertanyaan, kenapa harus bahas itu sih Jeff." Doyoung menyanggah pertanyaan yang Jeffrey lontarkan.

Tentang sesuatu yang absurd. Dan terkadang membingungkan. Johnny hanya sebatas tersenyum, hafal di luar kepala tabiat temannya itu. Yuta masih terfokus pada makanannya sedangkan Taeyong, pandangan nya tertuju pada seseorang yang duduk selang dua bangku di belakang Jeffrey yang berhadapan dengannya.

"Ya kan gue cuman tanya. Suka bingung aja gitu."

Doyoung berdecak kesal. Ia memang terkadang kesal dengan pertanyaan random Jeffrey yang kebangetan. Mendadak menanyakan, jarak bintang, ikan bagaimana cara hamilnya, kenapa kotoran kambing bulat-bulat kecil-kecil pula.

Ia anak hukum. Mana paham dengan pertanyaan semacam itu.

"Mendingan lo nanya hukum. Gue pasti bisa jawab. Aneh lo."

"Hukum? Ck, gak dulu deh." Jawab Jeffrey enteng, lantas menyedot kembali esteh manisnya. Johnny, lagi-lagi hanya tertawa kecil.

Yuta diam-diam memperhatikan Taeyong yang ternyata tidak terfokus pada obrolan teman-temannya.

"Kecoa doang. Alay banget lo. Gak akan lo mati cuman karena dia nempel di badan lo."

"Serius ya, Re. Jorok tau gak. Geli banget."

"Heran gue. Kenapa diciptain bisa terbang gitu loh, kan anjing banget. Gue pernah lagi berak tiba-tiba ada kecoa terbang kearah gue. Ya kali gue mau lari."

Rea tertawa terpingkal-pingkal menanggapi curhatan kedua temannya. Tertawa lepas, seperti tidak pernah terjadi sesuatu dengan dirinya.

Taeyong menyipitkan matanya. Memperhatikan sebuah gelang yang melingkar di tangan kiri gadis itu. Gelang berwarna hitam dengan bandul huruf R berwarna emas. Ia dapat melihatnya dengan jelas.

Gadis itu benar gadis yang semalam. Yang semalam hampir meloncat ke dasar sungai terbesar dikota ini. Yang semalam hampir saja hanya menyisakan namanya.

"Cantik ya, Yong." Taeyong segera terbuyarkan dari lamunannya begitu Yuta menegurnya dengan senyuman menggoda.

"Hah? Apaan? Nyokap lo cantik, bener."

"Anj–" umpatan Yuta tertahan. Ia hanya mengernyitkan hidungnya lantas kembali menyuapkan makanannya. Tidak ambil pusing.

Jeffrey menoleh, dan segera paham.

"Oh, dia?"

"Siapa? Lo kenal Jeff?" Tanya Doyoung.

"Dia dia apaan. Aneh lo." Sanggah Taeyong seraya menyedot kembali minumannya.

Johnny tersenyum. "Anak hukum juga kan dia? Kok bisa lo ga kenal, Yong?"

"Hah? Dia siapa sih? Gue ngliatin siapa emang? Aneh lo semua."

dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang