Rea kembali berangkat kekampus. Kali ini dia berjalan bersama menuju kelas dengan Linda dan Kezia yang sedari tadi memang sengaja menantinya diparkiran. Ada perasaan takut yang tak mampu diutarakannya bersemayam dibenaknya.Ada perasaan ingin lari sejauh-jauhnya dari tempat ini, tapi janjinya pada Hanna tentang sukses membuatnya harus mampu mengalahkan segala ketakutannya yang bahkan ia sendiri tak tau lagi sebesar apa rasa takut itu sekarang.
Ia hanya perlu masuk kelas, mendengarkan dosen, dan kemudian pulang. Dia harus bisa.
Tapi nyatanya, sepanjang kelas berlangsung Rea hanya mampu terdiam. Tak fokus. Ketakutan nya seolah menyuruhnya untuk segera lari dari sini. Bersembunyi dimanapun yang sekiranya tak akan ditemukan oleh seorang pun.
"Re," Rea menoleh cepat kesamping. Linda sudah menarik kursinya dekat dengannya.
"Lo ngelamun terus. Ini udah istirahat." Lanjut Linda.
Rea segera tersadar. Dan kemudian tersenyum kecil. "Hehe, sorry. Mau ke kantin?"
Padahal jika diiyakan, dia sudah yakin jika dirinya tidak akan baik-baik saja nantinya.
Mau sampe kapan, Re? Mau sampe kapan jadi pengecut? Ayo, lo bisa. Lo bisa lawan takut lo.
"Ayo, gue pengen bakso." Kezia muncul disamping kirinya. Menyengir lebar.
Rea tertawa. "Ayo deh."
Ia kemudian beranjak dari kursinya. Berjalan bersama dengan Linda dan Kezia. Beberapa kali menyahuti ucapan kedua temannya itu dengan tawa kecil. Sulit sekali untuk bersikap seperti biasanya.
Meskipun tidak ada yang tau. Tapi benar-benar sulit untuk menjadi biasa saja. Padahal dirinya sudah sering untuk pura-pura baik-baik saja.
Ketika tiba dikantin, langkah Rea sempat terhenti karena tak sengaja berpapasan dengan seseorang.
Ya Tuhan.
Kim Mingyu. Melirik kearahnya sekilas, menatapnya yang membuat tubuhnya hampir merosot jatuh karena ketakutan. Lantas tersenyum miring dan berlalu begitu saja. Seperti tidak ada yang terjadi kemarin. Padahal Rea rasanya hampir mati.
Gadis itu kemudian segera berjalan menuju meja yang kosong bersama kedua temannya yang hanya menatap heran kearah Mingyu.
Ia duduk dengan tubuh yang sedikit menegang. Benar-benar ingin lari dari sini secepatnya. Tapi kemudian pikirannya teralihkan begitu saja. Mamanya beberapa waktu terakhir benar-benar tidak pernah lagi menghubunginya. Ia ingin menghubungi lebih dulu, tapi rasanya tidak mungkin.
Terlalu meragukan.
"Bakso tiga sama esteh tiga datang." Kezia datang membawa nampan makanan. Rea menerimanya dengan senyuman manis. Linda pun sama.
"By the way, kita gak pernah jalan bertiga gitu gak sih?" Kezia membuka obrolan sembari makan.
Linda mengangguk-angguk. "Iya sih ya. Tiga tahun kuliah Rea gak pernah ikut hunting-hunting gitu. Mau jalan gak, Re?"
KAMU SEDANG MEMBACA
dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔
Fiksi Penggemar"Gue hidup bukan buat diri gue lagi. Gue cuman takut sakit waktu mau mati. Meskipun hidup gue rasanya lebih sakit." -Kang Zurrea, 2021