22.

58 13 0
                                    

"Yong,"

Taeyong yang masih memainkan ponselnya melirik kearah Rea yang saat ini tengah berbaring miring, menatap kearahnya. "Hm? Kenapa?"

Rea terlihat berpikir sejenak. "Gue kayaknya gak usah digaji aja deh."

Alis Taeyong bertaut, ia menurunkan ponselnya dari hadapan wajahnya. "Kok gitu? Kenapa emang?"

"Gue ngerugiin gini. Udah kerja gak mesti, kebanyakan drama trauma yang gak jelas. Terus gue numpang hidup sama lo. Gue–"

"Bisa bahas hal lain aja ga?"

Rea menggeleng. "Gue emang mau bahas ini. Ini harus dibahas. Gue gak bisa terus-terusan hidup bergantung sama lo gini."

Taeyong beranjak duduk. Disusul Rea yang kemudian ikut duduk ditepi ranjang sisi kanan, sisi ranjang Taeyong berada.

"Kan gue sendiri yang bilang, gue mau bikin lo bergantung sama gue."

"Tapi ini salah. Bukan bergantung kayak gini kan yang lo maksud? Gue, gue gak bisa kayak gini terus Yong. Gue cuman jadi parasit kalo gini caranya. Lo punya kehidupan lo sendiri yang seharusnya gak gue ganggu."

Taeyong berdecak. "Lo ngomong apa sih, Re? Siapa yang bikin lo overthinking kayak gini?"

"Yong, please."

"Gue udah bilang kan sama lo, tetep disini. Gue gak akan langgar semua batasan yang kita bikin. Gue bakal jagain lo terus. Tapi, tetep disini Re."

"I know, Yong. Tapi lo bener-bener punya kehidupan lo sendiri yang gak seharusnya gue ganggu. Apapun yang terjadi sekarang dan nantinya, kehidupan kita gak seharusnya ketemu, Lee Taeyong."

"Dan lo harus tau, Re. Apapun yang terjadi juga, sekarang ataupun nanti, gue tetep bakal bikin kehidupan kita ketemu. Gue mau ada lo di hidup gue. Apapun caranya gue bakal sengaja bikin lo ada di hidup gue."

Rea menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar lupa jika orang didepannya ini seorang Lee Taeyong. Ia kembali lupa, jika orang didepannya ini sosok yang keras.

Mata mereka bertemu dalam remang cahaya kamar. Helaan nafas panjang Taeyong terdengar hingga tempat Rea duduk.

"Istirahat, gue tau lo banyak pikiran. Berhenti punya pikiran buat pergi dari sini. Lo gak pernah ngerugiin gue sedikitpun. Gue berapa kali lagi harus bilang sama lo? Ayo sembuh bareng. Gue mau lo disini, karna gue juga mau sembuh."

Kedua alis Rea terangkat. Bertanya. Tapi Taeyong justru beranjak dari ranjangnya. Menghindari tatapan Rea yang penuh tanya. Ia sudah menceritakan poin pentingnya tempo hari pada Rea.

Persoalan segala ketakutannya selama ini pun, ia telah membicarakannya sedikit dengan Rea. Tapi soal trauma kehilangan, biarkan itu menjadi rahasianya sendirian.

"Lo mau kemana?"

Taeyong membuka pintu kamar. "Ambil minum bentar. Lo cepetan tidur."

Lantas pintu tertutup sebelum Rea sempat berujar sepatah katapun. Taeyong sepertinya benar-benar menghindari atau bahkan membenci pembicaraan malam ini.

_____

Rea baru saja tiba dikelas ketika tiba-tiba ponselnya ramai penuh pesan masuk. Disusul Linda yang berjalan terburu kearahnya dengan membawa ponsel. Kezia menyusul dibelakang Linda.

"Buruan ikut gue." Ujar Linda, dan segera menarik Rea keluar dari kelas. Membawa serta tas gadis itu bahkan belum sempat ia menaruhnya diatas bangku.

Mereka tiba dilantai tiga, dikelas yang kosong. Kezia bahkan mengunci pintu kelas itu.

"Lo pada kenapa sih?" Ujar Rea, heran. Juga waspada. Ia takut jika dua orang terbaik yang ia kenal pertama dikampusnya ini mendadak menjadi dua orang terburuknya.

dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang