"Lo bawa gue kemana? Gue harus pulang, Yong. Jangan gila. Gue harus pulang. Gue gak boleh pergi jauh. Yong, puter balik. Tolong."
Rea merengek. Hampir menangis karena ketakutan.
"Mama bisa hukum gue. Mama bisa marah sama gue, Yong. Gue mau balik, tolong. Tolong banget. Gue mohon sama lo." Mata basah itu menatap Taeyong penuh permohonan.
Mereka telah keluar dari pedesaan Rea. Mulai masuk kejalanan kota.
Taeyong menghela nafas panjang. "Kita bakalan ke kafe, lo bisa bilang lo berangkat pagi ke nyokap lo karena mau kerja, Re."
"Gak bisa. Mama pasti bakalan marahin. Tolong. Atau lo berhenti disini, gue bisa balik sendiri. Yong, tolong banget."
"Re–"
"Lee Taeyong, i beg you." Lirih Rea.
Taeyong tidak mengindahkan permintaan Rea. Ia tetap melajukan mobilnya menuju kafe.
"Sekali ini aja, lo pilih jalan lo sendiri, Re."
Cowok itu hanya ingin menunjukkan kepada Rea jika gadis itu bisa hidup dengan dirinya sendiri. Bisa hidup tanpa orangtuanya lagi. Dan, bisa mendapatkan bahagianya kembali.
Rea menggeleng. "Lo gak tau. Gue gak bisa, Yong. Please, berhenti. Gue bisa balik sendiri. Tolong berhenti disini."
Tetap saja, Taeyong tak mendengarkan permohonan Rea yang sebenarnya menguras hati nya itu. Ia harus membawa gadis itu pergi dari rumahnya. Menunjukkan kepada gadis itu, jika masih ada orang yang peduli padanya.
Pukul empat pagi. Mereka tiba di kafe yang masih gelap. Rea masih sesenggukan kecil ditempatnya duduk.
"Ayo, lo perlu beres-beres dulu." Ucap Taeyong, membujuk.
"Lo gak seharusnya sejauh ini."
Cowok itu mengangguk. "Iya. Tapi gue cuman mau kasih tau sama lo, masih ada orang yang peduli sama lo gak peduli apapun masa lalu lo. Sekarang, ayo keluar dulu."
Rea akhirnya turun dari mobil. Tanpa mau memandang ke arah Taeyong. Ia malu, matanya terlihat begitu sembab.
"Lo dikamar ini, gue ke lantai tiga dulu." Taeyong menunjuk sebuah ruangan dilantai dua. Ruangan yang sebenarnya adalah miliknya. Berjajar dengan ruangan lain milik teman-temannya.
Ia meninggalkan Rea sendirian dilantai itu dan segera menuju lantai tiga. Tempat yang biasanya ia gunakan untuk nongkrong dan barbeque an bersama.
Taeyong merebahkan tubuh nya diatas bangku lebar yang ada disana. Keras, dan dingin. Sesaat setelah memandangi langit pagi yang begitu indah, ia mengirimkan pesan pada Doyoung. Meminjam kamar untuk istirahat sejenak.
Tanpa menanti lama, ia segera kembali turun kelantai dua. Memakai kamar Doyoung untuk istirahat sejenak.
Apakah keputusannya tepat? Membawa gadis itu pergi dari rumahnya begitu saja. Ah, semoga tepat. Ia tak ingin melihat air mata seseorang lagi.
Cowok itu terbangun ketika seseorang tiba-tiba masuk kedalam kamar yang ditempatinya. Rupanya Doyoung, si empu kamar.
"Jam berapa sekarang?" Tanya nya pada Doyoung dengan suara serak sisa bangun tidur.
"Udah jam sembilan. Lo gak ada kelas?"
Ia menggeleng. "Gue libur."
"Bolos kan lo?"
"Ck, masih nanti siang elah." Taeyong beranjak duduk ditepi ranjang.
"Kenapa make kamar gue, tumben." Tanya Doyoung, akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔
Fiksi Penggemar"Gue hidup bukan buat diri gue lagi. Gue cuman takut sakit waktu mau mati. Meskipun hidup gue rasanya lebih sakit." -Kang Zurrea, 2021