36.

70 8 0
                                    

Taeyong masuk kedalam ruangan dingin yang sudah lama tidak ditempatinya itu. Ia berjalan masuk dan kemudian terduduk dipinggir ranjang. Matanya menelisik sekitar. Tidak ada yang berubah. Masih ruangan dingin yang sama sekali tidak ingin didatanginya lagi.

Cowok itu membuka kausnya sembarangan setelah menaruh tasnya diatas kasur. Ia berjalan menuju almari besar yang berada disisi kiri kamar dan membukanya. Mencari jas lamanya yang barangkali masih cukup untuk dikenakannya malam ini.

Pandangannya kemudian terjatuh pada sebuah jas tom ford berwarna hitam yang seingatnya dibelinya ketika usianya sekitar empat belas tahun. Jas yang digunakannya untuk merayakan acara Aera yang berhasil lolos menjadi model.

Ia menarik nafasnya panjang. Jas itu kini sudah sangat tidak muat untuknya. Membuka pintu almari yang satunya, pandangannya kembali terjatuh pada sebuah jas hitam yang begitu ngilu untuk dilihat.

Jas hitam yang digunakannya saat pemakaman Aera. Ia mengambil jas itu dan mencobanya didepan kaca. Masih cukup. Ah dia lupa, ini jas milik papanya dulu ketika menikah dengan mamanya. Jas yang hampir saja ikut terbakar bersama baju bekas lainnya andai tak diselamatkannya.

Melirik jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul setengah delapan, Taeyong akhirnya memutuskan untuk memakai jas itu malam ini. Ia segera berjalan masuk kekamar mandi setelah mengambil beberapa pakaian lainnya.

Setelah selesai berbenah, ia segera keluar dari kamarnya. Seorang maid menyambutnya didepan pintu kamarnya. Membawa sebuah kunci mobil.

"Ini kendaraan anda, pesan dari Tuan Lee, ditempat biasanya."

Taeyong menerima kunci itu dan segera berjalan cepat menuju garasi. Ia mengemudikan mobilnya sendiri, sebuah mobil suv mercedes benz gls‐class nya yang berwarna hitam.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk tiba disebuah hotel mewah yang papanya katakan. Tempat biasanya? Biasa untuk apa? Dirinya bahkan baru sekali datang kemari, itupun entah berapa tahun yang lalu. Ketika Aera masih hidup.

Taeyong memeriksa penampilannya sekali lagi sebelum keluar dari mobil. Memastikan jika ia tidak akan memalukan nantinya ketika masuk kerestoran mewah dilantai teratas gedung ini.

Dan begitu tiba dimeja yang sudah ditujukan oleh seorang pelayan, Taeyong tersenyum miring. Guess what? Ini makan malam acara apa? Pembentukan panitia pernikahan atau pengenalan calon istri baru? Ia tertawa dalam hatinya.

Cowok itu duduk dengan pandangannya yang sangat kentara tidak bersahabat. Tuan Lee berkali-kali harus menahan dirinya untuk tidak memukul putranya itu sekarang. Mata mereka sesekali bertemu, sangat tidak akur. Tajam, seolah saling ingin menghabisi satu sama lain. Melupakan fakta jika mereka adalah pasangan ayah dan anak.

Beberapa detik setelah mata mereka bertemu, Tuan Lee tersenyum. Membenarkan posisi duduknya dan menatap Taeyong penuh kasih. Seperti tidak ada yang terjadi beberapa detik lalu.

"Taeyong, gimana kuliah kamu?" Tanyanya, yang membuat Taeyong menghembuskan nafas pendek dan tersenyum miring.

Tapi detik berikutnya ia tersenyum ramah. Pandangannya bahkan melunak. "Baik. Udah mulai susun skripsi."

Wanita diseberangnya tersenyum begitu bangga. "Wah, anakmu benar-benar sempurna. Sudah ganteng, mandiri, pinter lagi ya."

Taeyong tersenyum, berbangga diri. Setengah dalam dirinya memberontak, merasa kasian dengan wanita itu.

"Nah, Taeyong. Kamu pasti sudah dengar dari berita. Ini Tante Rita, calon mama baru kamu."

Tante Rita tersenyum lebar kearahnya. Begitu ramah. Tapi terkadang, tak sedikit serigala yang bersembunyi dibalik bulu domba. Tak sedikit juga ular berbisa yang kulitnya terlihat begitu indah.

dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang