13.

73 14 0
                                    

Rea menatap layar ponselnya yang dingin. Ia tak menyentuh benda itu sejak kemarin. Dan kedua teman, ayah, mama ataupun kakaknya tidak ada sama sekali yang mengiriminya pesan.

Teman-temannya sebatas menanyakan bagaimana keadaan nya pun tidak. Tapi gadis itu tidak ambil pusing. Toh, mereka pasti memiliki kesibukannya sendiri.

Tapi tentang orangtuanya, mengapa tak ada satupun pesan yang mereka kirimkan. Mengapa tak ada pertanyaan Rea dimana, tak ada kalimat perintah untuk segera pulang.

Rea berulang kali mengecek kolom chatnya dengan mamanya. Sama sekali tak ada pesan masuk. Ia harus senang, atau bagaimana? Sekarang perasaannya hanya khawatir.

Khawatir mamanya akan menemukannya tinggal disini dengan seorang laki-laki asing. Khawatir mamanya tidak akan pernah mau menerimanya lagi, ketika ia tak lagi memiliki tempat kembali.

"Re, keburu dingin. Keburu gak enak." Taeyong menegur gadis didepannya yang sibuk melamun.

Rea menoleh, lamunannya buyar. "Hm?"

"Keburu dingin, gak enak. Makan dulu." Ulang Taeyong.

Gadis itu mendapatkan tatapan heran dari semua orang yang ada disana. Hari ini, ia memaksa dirinya untuk berani makan bersama laki-laki asing. Menguatkan kepalanya. Anggap saja sedang diwarteg, begitu kata otaknya.

"Iya." Balas Rea. Lantas kembali melanjutkan makannya.

"Gimana John? Malem minggu libur kan lo?" Doyoung membuka percakapan diantara mereka.

"Libur, tenang aja. Gue kayaknya sekalian pindahan sih. Makin lama tetangga kos gue makin agresif."

"Diapain lo emang?" Tanya Yuta.

"Bayangin aja, dia jemur bh sama semua dalemannya pas didepan pager kamar gue. Apa gak risih?"

Uhuk, uhuk.

Rea tersedak. Semua orang mengalihkan pandangannya menuju gadis itu, lagi. 

"Re," Panggil Taeyong. Panik. Matanya tak bisa berbohong.

"Bahasa lo terlalu vulgar bro." Jeffrey mengomentari ucapan Johnny barusan.

"Eh, sorry Re. Duh, lupa gue kalo disini ada cewek."

Rea menepuk-nepuk dadanya. Berusaha mengurangi batuknya, karena rasanya perih.

Disampingnya Jeffrey sigap memberikan air minum. "Ini, lo minum dulu aja."

"Yong," Doyoung memanggil cowok itu lirih. Mengode Taeyong untuk membantu Rea.

Taeyong pun akhirnya turun dari bangkunya, berjalan mendekati Rea dan dengan ragu menepuk lembut punggung gadis itu supaya lebih tenang. Ada sengatan listrik yang muncul dalam diri Rea.

Dan sejujurnya, jantung Taeyong pun ikutan menggila.

Rea meminum air yang Jeffrey berikan. Lantas menggerakan tangannya, mengode Taeyong untuk menjauh darinya.

Cowok itu segera kembali ke bangkunya diseberang Rea. Tanpa melepaskan pandangannya dari gadis itu.

"Sorry, gue kaget tadi." Ujar Rea, setelah membaik. Ia tersenyum canggung, merasa tidak enak dengan semuanya.

"Sorry juga, bahasa gue gak ke kontrol."

"Besok-besok lo jangan kagetan lagi, Re. Masih banyak kosa kata gak ke kontrol Johnny yang lain." Timpal Yuta. Yang mendapat tatapan sengit dari Johnny.

Tapi gadis itu malah tertawa kecil. Yang perlahan-lahan ikut menimbulkan senyuman kecil dibibir Taeyong yang sedari tadi tak lepas menatapnya.

Kak, serius. Aku kenapa?

dive in the blue || lee taeyong [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang