"Ga, gue.."
Jane mencoba bilang ke Dirga kalau dirinya itu tiba-tiba pusing.
Dirga yang super-super sibuk jelas tidak mendengar gumaman kecil Jane.
Jadinya Jane hanya menunggu, masih sambil membagikan takjil, Jane sesekali melirik Dirga. Dia menunggu mereka berkontak mata untuk bicara.
Apa karna gue sahur sedikit ya?
Belakangan ini susu gue abis jadi ga minum susu juga. Aelah besok makan segentong dah gue.
Sialnya, kepalanya semakin pusing, rasa diperutnya juga makin tidak enak.
Pasrah dengan kesibukan Dirga, akhirnya Jane mencari teman nya yang lain.
Begitu menoleh dia jadi tersadar, dia lupa kalo teman-teman nya berada di bagian ruas jalan yang lain.
Dia kan kesini sendirian, yang lainnya anak organisasi alias teman-teman Dirga.
Padahal di list kemaren, Jane, Dirga, Megi dan Lulu berada di ruas jalan yang sama. Tapi entah bagaimana list jadi berantakan 2 jam sebelum mereka berangkat tadi pagi.
Jadinya Megi dan Lulu berpisah dengan Jane dan ikut mobil Cloe. Jemjem, Lery Hejun pun berpencar.
Ya Allah, ini gue bilang ke siapa ya?
Mana masih jam 3, masih ada banyak kotak yang harus dibagikan.
Belum lagi mereka akan berbuka bersama di panti asuhan nanti. Panti asuhan nya sih tidak apa apa, tapi jalan menuju ke panti asuhan nya ituloh yang emh, serasa hiking.
Cukup menguras tenaga.
Setiap Jane merasa akan pingsan atau menyerah, akan ada dialog seperti ini didalam hatinya.
Gue kan pernah ngerasain yang lebih parah dari ini. Masa nahan pusing bentar doang gabisa?
Dalam hati Jane meringis kencang, Gini amat sahur dikit!
Dia merutuki dirinya karena salah sendiri kan tidak mempersiapkan perut dengan maksimal padahal sudah tau akan ada kegiatan hari ini.
Akhirnya Jane menarik nafas panjang, lampu merah kembali menyala dan dia langsung sigap mengangkat plastik merah untuk membagikan takjilnya.
Dengan ramah tentunya.
Dirga yang diseberang jalan menyunggingkan senyum, dia tahu, dari wajahnya saja Jane terlihat sangat lelah.
Akan Dirga belikan sesuatu untuk Jane berbuka nanti. Sebagai hadiah kecil karena telah kuat hari ini.
Ya, hari biasa saja harus Dirga gendong kalau Jane sudah tidak sanggup jalan. Apalagi kerja ekstra begini.
Sebenarnya Dirga tahu, Jane memang bukan yang sengaja melemahkan diri didepan Dirga. Seperti kata Riley waktu itu.
Dirga tahu persis itu. Tapi Dirga hanya menyediakan bahunya untuk Jane. Tidak peduli akan hal lain, pokoknya,
"Kalo Lo cape, Lo bisa ngeluh ke gue"
Awalnya Jane tidak pernah mengeluh. Tapi lambat laun setiap hari dia mengeluh. Mengeluarkan semua yang dia pendam.
Bahkan hal hal sepele seperti keluhan tentang kinerja otaknya yang selalu buntu saat kuis. Atau tentang jerawat yang muncul di hidungnya.
Dan Dirga menyadari, lewat tawaran yang bisa dibilang tak terlalu penting itu, Jane jadi berubah. Menjadi lebih lega karena nya. Setidaknya tidak ada yang Jane pendam sendiri dan pikirkan.
Kalau Jane mengeluh dia capek, tidak sanggup berjalan. Dirga selalu menawarkan.
"Sini naik, sekalian gue cek ini otot gue worh it gak dilatih angkat beban"
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat Beauty
Novela Juvenil"Dirga pacaran sama anak Maba? Seriusan?! " "Jangan ganggu Gerald, dia lagi latihan nembak" "Tapi Jane, lu gak nolak kak Adnan kan?" . . . 'Metamorfosa ini... Sebenarnya berhasil, atau gagal?' 'Dia mulai membuat dunianya sendiri, dimana dia dapat hi...