62. Peran Teman🍷

15 2 0
                                    

"Pak? Gak budek kan ya? Saya udah bilang kalo saya ditampar duluan! Makanya saya balas Jambak dia! Perempuan gila ini ngelaporin nya salah! Seolah dia korban nya!" Bentak Jane nyaring, dia duduk ogah ogahan sambil bersedekap.

"Benar begitu mba?" Tanya polisi ke Seli memastikan.

"Mana ad--"

"Ngomong yang jujur ya bangsat! Lo mau gue Jambak lagi hah ?!" Potong Jane nyaring. Membuat Dean dan Teo serentak mengelus dada karena kaget.

"Ck! Dia ini selingkuh! Pelakor pak pelakor! Wajar dong gue nampar dia. Berani beraninya jalan sama pacar orang dasar gak tau malu!"

Plak!

Dean terkejut lagi. Ini live duel terseru sekaligus paling gak dia duga. Mulut Seli di pukul telak tepat setelah dia selesai berbicara.

"Mulut Lo gada dosa banget ngatain gue pelakor, yang ngajak cowok Lo, dia ngakunya single. Pantes Lo gak diakuin pacar, cantik engga sopan juga engga, gila pula"

Seli jelas terkejut, mulutnya dipukul tiba tiba sambil dahi nya ditunjuk-tunjuk begini.

Dalam hati Dean 'Lu juga ga sopan njir itu bahasa lu men depen pak polisi cuy. Deg degan banget gue'

"Heh!!" Seli memekik, pak polisi didepan mereka langsung melerai, mendorong Seli agar duduk kembali.

"Sudah sudah, kesalahpahaman kecil aja kalian perbesar begini"

"Sst pak, kalian? Dia aja kali, yang manggil polisi dan buat tuduhan palsu siapa? Dia kan? Bapak juga, sampe capek saya jelasin kalo saya ditampar duluan juga masih aja saya ga di bebasin"

"Yaudah panggil orang tua kamu atau wali kamu dulu," mungkin bapak ini sudah biasa menangani berbagai macam orang gila, jadinya selow saja ketika dihadapkan dengan banteng modelan manusia begini.

"Gak ada!" Potong Jane datar, dia menegaskan kembali kalau dia sangat tidak ingin terlihat lebih banyak di dalam kasus gak jelas ini.

"Saya gak bersalah disini, jadi jangan bikin saya repot dong pak. Bapak gak ngerti ngerti ya dikasih tau daritadi"

Dean mengelus dadanya kembali, agak menguras tenaga ketika melihat Jane berbicara. Dia lalu melirik Dirga bergantian dengan Teo yang duduk agak jauhan. Teo akhirnya sadar juga kalau ada Dirga disini.

"Tetap harus ada mb--"

Brak!

Jane berdiri spontan. Tidak terima kalau dirinya harus mengikuti prosedur seolah olah ini adalah kasus berat dimana dia berstatus sebagai pelaku kejahatan.

Lagi pula siapa yang mau datang ke kantor polisi sebagai walinya? Menjemputnya, mengikuti prosedur dan meminta maaf seperti yang seharusnya?

Anne? Jangan harap.

"Gak mau, saya mau pulang" kata Jane lalu dia memakai tasnya. Dia harus menjaga dirinya sendiri, membela dirinya sendiri. Mengharapkan Teo? Oh ayolah Jane sudah lelah. Dia hanya ingin pulang  dan tidak terikat masalah apapun.

Di sela menikmati hidup seperti biasa saja, Jane memang selalu didatangi masalah. Masalah emang fans berat Jane.

"Duduk Jane" sebuah tangan dingin mendorong bahunya agar kembali duduk. Jane mendongak, menatap Dirga yang duduk ditengah tengah Jane dan Seli.

"Dirga?! Lo ngapain kesini!" Jane melotot, tambah marah karena perempuan sialan ini, juga Teo membuat Dirga sampai datang kesini.

Dirga bilang, kalau dia walinya Jane pada pak polisi.

"Ga, Lo gak perlu begini. Gue gak salah ga, gue yang dipukul. Gue gak mukul orang ga, " mata Jane memanas, benci sekali kalau orang-orang jadi terlibat masalah sepele karena nya.

IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang